Saat jam menunjukkan pukul tiga tepat, dua pengawal yang harus begadang di depan kamar Aldrean terkejut dengan kehadiran tuan mereka. Kei, yang muncul pada dini hari memiliki ekspresi yang sangat dingin diwajah tampannya. Sosok tegapnya yang berjalan dengan kedua kakinya yang jenjang itu muncul dari balik lorong rumah sakit.
Kedua pengawal merinding. Mereka ketakutan karena aura gelap yang seolah-olah berkobar di sekitar Kei. Meski tuan mereka itu terkesan tidak banyak bicara tapi Kei adalah sosok yang terkenal ramah di antara bawahannya, melihat sosok Kei yang saat ini seperti harimau yang akan menerkam mangsa membuat kedua pengawal benar-benar terkejut dengan kesannya yang tidak biasa.
"Selamat datang Tuan!/Selamat datang Tuan!"
Kedua pengawal itu menyapa serentak secara bersamaan. Berusaha menahan getaran pada nada suara mereka karena gugup.
"Apa terjadi sesuatu selama aku tidak ada?" Tanya Kei tanpa basa basi.
Berbeda dari kesan pertama, Kei yang berdiri langsung di depan dua bawahannya terlihat lebih tenang dan terkendali. Walau tidak dipungkiri aura menakutkan itu tidak sepenuhnya hilang tapi itu benar-benar jauh lebih tenang.
Kedua pengawal saling menoleh, menatap satu sama lain. Diam-diam pikiran mereka menyerukan satu pikiran yang sama. Siapa pun yang telah membangkitkan sosok menyeramkan tuan mereka-- Kei maka, habislah.
"Semua aman, Tuan. Hanya saja tadi setelah baru saja sadar tuan muda Al berkata ingin pulang." Pengawal satu menjawab sembari mengingat kembali kejadian tadi malam.
"Untungnya Ketua datang dan berhasil membujuk tuan muda." Tambah pengawal dua.
Walau kata membujuk tampaknya tidak sesuai untuk menjelaskan prilaku Louis pada Aldrean tetap saja, kedua pengawal itu mengangguk seolah-olah mereka telah memberikan keterangan yang sebenar-benarnya.
"Apa Ketua masih ada di dalam?"
"Iya."
Kei tidak bertanya lebih lanjut dan langsung membuka pintu ruang rawat Aldrean. Berjalan dua langkah dan tatapannya langsung bertemu dengan milik Louis yang ternyata masih terjaga.
"Ah sepertinya aku benar-benar sudah tua. Begadang sepanjang malam seperti ini membuatku kelelahan."
Kei akhirnya memilih untuk menghampiri Louis lebih dulu setelah melihat ke arah ranjang rumah sakit dan mendapati Aldrean yang tengah tertidur dengan tenang di sana. Menghela napas begitu sampai di depan pria yang menjadi ayahnya itu. "Seharusnya Papa mengikuti saran Frans untuk lebih memperhatikan kesehatan Papa. Ingat, Papa sudah tua."
"Cih," Louis tidak terima dikatai tua tapi dia juga tidak bisa menyangkalnya. "Jadi, kamu sudah menyelesaikannya?"
Kei tidak langsung menjawab, dia lebih dulu mengambil duduk di sebelah Louis. Wajah tenang yang semula ditampilkan seketika berubah dingin. "Ada orang yang membantunya."
"Kamu tahu siapa mereka?"
Kei menggeleng. "Orang di belakang anak itu sepertinya cukup kuat. Semua bawahanku yang ditugaskan untuk menjaganya telah mati."
"Apa kamu membutuhkan bantuan dari Papamu ini?"
Kei menghela napas. "Aku masih bisa mengurusnya." Sedetik kemudian wajah dinginnya berganti dengan ekspresi khawatir. Dia membawa pandangannya untuk melihat sosok Aldrean yang tertidur. "Masalah yang sebenarnya adalah penawar racunnya. Jika penawar tidak segera ditemukan, aku tidak yakin sampai berapa lama adikku bisa bertahan."
Louis bukan tidak memikirkan hal yang sama, walau pun baginya Zero adalah anak ajaib tapi saat ini Zero berada di tubuh Aldrean yang merupakan manusia biasa, tentu saja seharusnya tetap ada batas dalam kemampuannya. Walau pun saat ini anak itu tampak baik-baik saja tapi, Louis tidak sepenuhnya percaya bahwa dia benar baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]