Bagian 24

4.2K 506 28
                                    

Sepulang sekolah Nevan dengan sengaja mendatangi kost an Aldrean untuk mencari pemuda itu. Sudah lebih dari seminggu Nevan tidak melihat keberadaan Aldrean di sekolah.

Jika bukan karena Nevan tidak suka melihat Mamanya yang terlihat sedih, Nevan tidak akan sudi mencari Aldrean.

Akhir-akhir ini Hana lebih sering melamun dan itu membuat Nevan cemas.

Nevan sendiri sangat yakin jika sumber masalah Mamanya adalah Aldrean.

Sampai di depan kost bercat hijau itu, Nevan tidak mendapati kehadiran siapa pun. Tempat itu sepi dan bahkan seorang tetangga kost yang Nevan tanyai mengatakan jika dia sudah lama tidak melihat Aldrean.

"Dia sebenernya ke mana?"

___

"Bisma, kamu--" Cakra dibuat tidak percaya dengan pemandangan di depannya. Bisma yang berdiri tegak tanpa bantuan apa pun. "Kaki kamu?"

Setelah terlibat kecelakaan besar yang hampir merenggut nyawanya, Bisma dinyatakan koma selama tiga hari sampai akhirnya pemuda itu membuka matanya kembali.

Bisma harus bisa menerima keadaan di mana kedua kakinya dinyatakan tidak bisa lagi berfungsi dengan normal setelah kecelakaan itu.

Cakra dan Selena, sebagai orang tua keduanya memutuskan untuk membawa Bisma keluar negeri untuk melakukan pengobatan di sana. Walau sulit tapi mereka tidak ingin menyerah.

Sudah hampir satu minggu sejak mereka tinggal di negara asing untuk pengobatan kedua kaki Bisma yang tidak ada kemajuan sama sekali, Cakra dan Selena pesimis tapi mereka tidak ingin menyerah.

Hari ini sebuah keajaiban yang sangat dinantikan Cakra telah terjadi di depan matanya.

"Pih..." Bisma juga tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi padanya saat ini. Dia menatap Cakra masih dengan keterkejutan yang sama saat dia baru menyadari bahwa dia bisa berdiri.

Bisma tertidur di kursi rodanya sebelumnya saat dia tengah melukis di dalam kamar. Setelah kehilangan fungsi kakinya, Bisma memang menjadi lebih penyendiri dan suka menghabiskan waktunya sepanjang hari di dalam kamar. Bisma juga mulai menggulati lagi hobi lamanya yaitu menggambar.

Saat bangun tidur tiba-tiba saja Bisma bisa menggerakkan kedua kakinya yang sebelumnya bahkan tidak bisa dia rasakan sama sekali.

Masih dalam keterkejutan, Bisma mencoba berjalan, melompat dan bahkan berlari ditempat. Kakinya, yang bahkan dokter profesional menyerah untuk menyembuhkannya tiba-tiba kembali berfungsi dengan normal seolah diagnosis cacat permanen sebelumnya tidak pernah terjadi.

"...Bisma bisa jalan, Pih..." Bisma menatap Cakra yang sudah berdiri di depannya dengan kesenangan yang tidak bisa dia sembunyikan.

Seolah-olah semua hari buruk yang telah dilewatinya hanya mimpi.

Dan, saat ini Bisma terbangun dengan perasaan lega luar biasa.

"Iya, Papi liat. Kamu bisa--" Cakra tidak kuat melanjutkan kata-katanya lagi. Dia langsung memeluk bungsunya itu dengan penuh haru.

Terlalu bahagia, kedua mata Cakra bahkan berkaca-kaca.

Pria itu ingin menangis tapi bukan karena kesedihan seperti yang lalu, melainkan untuk rasa syukur yang terlalu besar dan sulit untuk diungkapkan hanya dengan kata-kata.

Bisma yang dipeluk sang ayah pun membalas pelukan itu dengan bahagia. "Bisma bisa jalan Pih..." lagi, dia mengatakan kalimat yang sama.

Bisma benar-benar bahagia. Ketakutannya yang akan cacat seumur hidup nyatanya hanya seperti ilusi.

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang