Bagian 32

3.8K 500 52
                                    

"...Aldrean sudah mati."

Louis sontak menatap Aldrean yang menunduk di depannya dengan penuh tanya. Benar-benar tidak mengerti atas maksud perkataan yang keluar dari mulut anak itu.

"Bagaimana seandainya jika aku bukan Aldrean?"

Tidak tahu apa yang merasukinya tapi dia merasa perlu menanyakannya. Walau pun itu beresiko tapi,

Satu orang saja.

Zero berharap ada satu orang yang mengetahui siapa dia sebenarnya.

Saat wajah yang semula menunduk itu terangkat, Aldrean yang biasanya memiliki sepasang mata berwarna cokelat cerah itu saat ini memiliki sepasang mata berwarna merah. Louis yang melihat perubahan itu tertegun walau untuk sesaat.

Wajah cemas Louis berubah datar dan pria itu memiliki tatapan yang sangat dingin. "Siapa?" Bahkan suaranya sangat dingin dan penuh penekanan.

Zero yang melihat reaksi yang ditunjukkan Louis hanya bisa tersenyum pahit dalam hati.

Seharusnya dia tidak perlu merasa kecewa karena sudah menduganya, tapi tetap saja dia tidak bisa menahan rasa kecewanya.

Sudah dia duga tidak mungkin semudah itu orang lain akan menerimanya.

Bahkan di masa lalu, tidak ada satu pun orang yang menerimanya sebagai Zero.

Seharusnya dia tidak melakukan ini. Melakukan tindakan bodoh yang sia-sia.

Pengakuan sialan yang tidak berguna.

Seharusnya dia diam saja, berpura-pura sebagai Aldrean sebagaimana biasa dia lakukan.

Lagi pula mau itu Aldrean atau dirinya-- Zero, dia tetap tidak bisa menampik bahwa raga yang ditempatinya adalah raga seorang Aldrean.

Mengabaikan pertanyaan Louis, kelopak mata itu tertutup dan lalu terbuka kembali. Warna merah pada irisnya berubah ke warna semula. Cokelat cerah.

Tatapan itu tidak lagi tertuju pada Louis, mereka jatuh pada tempat di atas pergelangan tangan kirinya yang saat ini memiliki jarum infus. Secara ajaib sebuah tanda yang hampir menyerupai sebuah tato muncul di sana dengan tiba-tiba.

Tanda berwarna merah gelap itu membentuk kubus tiga dimensi. Gambarannya persis seperti sebuah tato yang telah ditanam lama padahal beberapa saat lalu tanda itu tidak pernah ada.

Louis tidak memperhatikan tanda yang muncul, fokus pria itu hanya tertuju pada wajah Aldrean di depannya. Louis butuh penjelasan lebih.

Dalam pikiran Louis saat ini hanya ada satu kemungkinan. Yaitu, Aldrean memiliki alter ego.

Sosok dengan mata merah itu adalah alter ego Aldrean. Itu menurut Louis.

Walau pun sebelumnya Louis tidak pernah tahu jika Aldrean memiliki alter ego dan bahkan tidak ada keterangan apa pun dalam catatan medisnya, menurutnya hal itu bukanlah hal yang mustahil.

Tapi mengenai mengapa sosok itu mengatakan Aldrean sudah mati, Louis tidak bisa mengerti. Dan, mendengarnya rasanya membuatnya marah.

Jika di depannya bukanlah Aldrean lantas siapa?

___

"Hahh..." helaan napas panjang Louis keluarkan. Pria paruh baya itu memijat pelipisnya saat rasa pening tiba-tiba terasa menyerang kepalanya.

Sudah beberapa jam sejak dirinya dengan sengaja mengurung diri di ruangan pribadinya. Louis masih terkejut dan pria itu hampir tidak bisa mempercayai semua yang telah didengarnya.

Perpindahan jiwa? Bukankah itu konyol.

Flashback

"Anda bisa memanggil saya Zero."

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang