Di kelas ketiga teman-teman Aldrean telah menantinya sejak pagi buta. Begitu melihat orang yang dinantikan muncul dari pintu masuk kelas dengan gaya santai dan acuh tak acuhnya, sontak helaan napas lega keluar dari bibir semua orang.
Padahal kemarin mereka bertiga rela hanya tidur dua jam dan masih bergegas untuk datang ke sekolah karena mereka ingin menemui Aldrean setelah tidak berhasil menemui pemuda itu dikost annya setelah pesta ulang tahun Deon selesai.
Tapi kemarin mereka bertiga tidak bisa menemui Aldrean karena pemuda itu tidak masuk sekolah tanpa izin.
Mereka sangat cemas karena Aldrean tidak bisa dihubungi dan ditambah pemuda itu yang tidak mendatangi sekolah.
Melihat keadaan Aldrean yang terlihat baik-baik saja, mereka semua mau tidak mau merasa lega.
Seolah akhirnya menyadari adanya tambahan orang baru, Aldrean baru menyadari atensi Bisma yang sudah duduk dibangkunya.
Melihat pemuda itu sudah kembali dalam keadaan baik-baik saja, Aldrean tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis.
"Al," Edwin yang bersuara.
Aldrean menoleh melihat pemuda itu. "Hm?"
"Ga papa. Syukur kalo lo baik-baik saja." Sebenarnya Edwin masih penasaran dengan masalah apa yang terjadi antara Aldrean dan Tuan Louis, tapi dia enggan mengutarakan rasa penasarannya dengan begitu jelas. Edwin tidak mau jika Aldrean sampai beranggapan bahwa dia telah berlebihan karena ingin tahu masalah orang lain.
Yah, walau pun Edwin tidak pernah menganggap Aldrean sebagai orang lain.
Edwin hanya menunggu Aldrean mengatakannya sendiri.
"Tidur di mana?" Deon bertanya tanpa basa basi. Dia sangat cemas mengetahui Aldrean tidak ada dikost annya dan khawatir sesuatu telah terjadi pada pemuda itu.
"Kost an."
"Bohong. Kita udah ke kost an lo dan lo ga ada." Bukan Deon yang menyahut melainkan Bisma.
"Gue--"
"Kita juga udah tau kalo lo pergi dari rumah Tuan Louis." Edwin yang bersuara.
Ketiga orang itu sama-sama menatap Aldrean meminta penjelasan.
Bibir Aldrean terkatup. Dia ingin berbohong awalnya tapi ketiga orang di depannya jelas telah mengetahui apa yang terjadi, mana mungkin dia bisa berbohong jika seperti ini.
Beruntung pada saat yang tepat bel tanda masuk berbunyi berhasil menyelamatkan Aldrean dari kecanggungan.
Aldrean cukup malu karena kebohongannya gagal.
Biasanya dia tidak pernah gagal dalam berbohong.
Tepat setelah Aldrean duduk dibangkunya dia bisa mendengar suara Deon yang berbisik kecil di sampingnya.
"Gue mau penjelasan."
___
Pada akhirnya Aldrean mengatakan yang sebenarnya tentang dirinya yang menginap ditempat Keluarga Wijaya dan tentu saja dia mengecualikan tentang adegan penusukan yang terjadi padanya kemarin malam.
"Keluarga Wijaya?" Ekspresi Edwin dan bahkan semua orang termasuk Deon dan Bisma berubah datar setelah mendengar nama keluarga itu.
Aldrean menghela napas berpikir jika mereka mungkin masih tidak mempercayainya padahal dia saat ini tidak sedang berbohong.
"Kalo kalian ga percaya tanya aja sama Bang Adam." Ujar Aldrean.
"B-bang Adam?" Bisma mengulang kata-kata Aldrean dengan ekspresi tidak percaya yang sangat jelas diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Подростковая литератураDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]