Bagian 58 (Season 2)

921 202 28
                                    

Ada tiga buah foto yang diposting di grup sekolah. Foto-foto yang mengandung konten 18+ itu langsung memperoleh tanggapan ramai. Bukan apa-apa, masalahnya semua orang sangat mengenal salah satu orang yang tertangkap dalam bidikan kamera.

'Asli ga sih?'

'Seriusan nih?'

'Ternyata gini ya sikap aslinya.'

'Astaga... ganteng-ganteng gay. Jijik banget!'

'Pantes aja dia cuek terus sama cewek.'

'Jangan-jangan Edwin sama yang lain juga kena peletnya lagi.'

'Bener juga. Dipikir-pikir aneh banget, masa cowok miskin kek dia bisa temenan sama para pangeran.'

'Duh, gue nyesel nih pernah kagum sama dia.'

Aldrean terdiam. Pandangannya menyapu ke depan. Telinganya cukup sensitif, bisikan orang-orang terdengar jelas ditelinganya.

Walau pun Edwin, Bisma dan Deon tidak bisa mendengar jelas apa yang orang-orang bisikan, tapi ketiganya peka, mereka bisa menyadari ketidaksukaan yang jelas dari tatapan orang-orang tertuju pada mereka, lebih tepatnya pada Aldrean yang duduk bersama mereka.

Sadar jika sikap orang-orang itu berubah setelah mereka melihat ponsel masing-masing, Edwin pun ikut membuka ponselnya. Awalnya dia mengabaikan notifikasi yang masuk karena dia merasa itu mungkin bukan hal yang penting.

Begitu layar ponselnya menyala dan Edwin bisa melihat apa yang menjadi sumber keributan orang-orang, wajahnya langsung berubah dingin.

Edwin bahkan tidak sadar jika dia telah mencengkeram ponselnya dengan erat.

Reaksinya mengundang rasa penasaran Bisma membuat pemuda itu ikut membuka ponsel miliknya untuk melihat notifikasi dari grup sekolah.

"Ini..." reaksi Bisma tidak lebih baik dari Edwin. Hanya saja lebih banyak ketidakpercayaan di wajahnya di bandingkan kemarahan.

Deon yang kebetulan duduk di samping Bisma bisa mengintip layar ponsel temannya itu, melihat apa yang ditampilkan di layar wajah datar Deon diisi dengan gurat keterkejutan dimatanya.

Aldrean juga memiliki pemberitahuan serupa. Setelah mendengarkan omongan orang-orang yang diam-diam membicarakannya, Aldrean langsung membuka ponselnya dan akhirnya menemukan sumber masalahnya.

Sekarang ini, melihat ketiga temannya tampaknya juga telah melihat foto-foto yang dikirim seorang anonim, Aldrean tidak tahu harus mulai menjelaskannya dari mana.

Atau, lebih tepatnya haruskah dia memberikan penjelasan?

Foto itu asli.

Itu adalah foto dirinya dan Antonio. Saat itu dia tidak sadarkan diri karena obat, dia sama sekali tidak menyadari ada orang yang telah memotonya dan sekarang telah menyebarkan foto-foto itu.

Benar-benar sebuah masalah.

"Al,"

Panggilan dari Bisma membuat Aldrean tertuju pada pemuda itu.

"Ini pasti editan kan...?" Suara tanya Bisma bahkan terdengar dipenuhi ketidakyakinan.

Edwin dan Deon juga sama-sama menatap Aldrean. Mereka menuntut jawaban.

"...itu asli."

"Asli?"

Bukan Bisma, Edwin atau bahkan Deon yang menimpali ucapan Aldrean melainkan seorang teman sekelas lain yang kebetulan duduk di meja yang sama dengan mereka dan ikut mendengarkan.

Suara orang itu cukup keras dan mampu didengar oleh banyak orang yang duduk di meja lain. Seketika kericuhan kembali terjadi.

"Dia bilang asli?"

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang