Setelah Aldrean bangun, Frans langsung datang untuk memeriksa keadaannya.
Louis juga mengikuti sang dokter karena dia ingin mengetahui kondisi Aldrean sementara, yang lain menunggu di luar.
Saat Frans memeriksa Aldrean, Aldrean hanya bisa memalingkan wajahnya enggan menatap pria itu. Frans yang melihat itu hanya tersenyum kecil.
"Apa yang saat ini anda rasakan tuan muda?" Tanya Frans ramah.
Aldrean masih enggan menatap Frans, bahkan Louis yang memperhatikan dari sisi lain juga Aldrean abaikan. "Pusing, lemas." Jujurnya.
"Baiklah itu wajar karena anda sudah tertidur selama seminggu." Frans terlihat mencatat beberapa hal dalam catatannya sebelum memperbaiki infus di tangan kiri Aldrean. "Untuk saat ini saya akan membiarkan infusnya karena anda masih membutuhkannya."
"Apa dia baik-baik saja?"
Aldrean tidak menjawab sebagai gantinya Louis yang bertanya pada Frans.
Frans pun melihat ke arah Louis. "Kondisi tuan muda untuk saat ini terbilang stabil tapi kita harus tetap berjaga-jaga."
Louis mengangguk mengerti dan pria itu berjalan mendekati Aldrean. Sebelumnya Louis tidak menyadarinya tapi saat dia mendekat dia bisa melihat sudut mata Aldrean yang memerah, juga ada sedikit genangan bening di sana.
"Ada apa? Kamu menangis?" Tanya Louis.
Pantas saja Aldrean selalu menatap ke arah lain, kemungkinan besar anak itu tidak ingin ketahuan habis menangis, pikir Louis.
Aldrean yang ditanya hanya menggeleng. Frans yang juga melihatnya sekali lagi hanya tersenyum kecil. Frans juga tahu jika Aldrean baru saja menangis tapi dia memilih diam saja.
"Tuan, saya akan pergi dulu untuk menyiapkan obat tuan muda." Pamit Frans.
"Pergilah."
Setelah kepergian Frans, Louis melihat Aldrean dengan lebih lembut. "Zero..."
Aldrean tersentak pelan saat Louis memanggilnya Zero disertai usahan lembut pria tua itu pada puncak kepalanya.
Aldrean masih enggan menatap Louis, mendengar ada seseorang yang memanggilnya Zero entah kenapa membuat Aldrean kembali ingin menangis.
Melihat Aldrean yang tidak banyak merespons, Louis tidak keberatan. Dia terus mengusap pelan rambut Aldrean yang saat ini warnanya sudah 70% kembali menghitam.
"Apa kamu mengalami mimpi buruk selama tidur?" Tanya Louis.
"Hem." Walau pun tidak menatap Louis tapi Aldrean masih menjawab pertanyaannya.
"Apa kamu tidak ingin bercerita?"
Aldrean terdiam. Dia ingin bercerita tapi ragu.
Kemudian, Aldrean berusaha mendudukkan tubuhnya. Dia masih lemas jadi Louis bergerak untuk membantunya dan membiarkan Aldrean duduk dengan bersandar pada kepala ranjang.
Aldrean menatap Louis, dia ingin tahu apa yang sebenarnya Louis pikirkan tentangnya.
"Papa," panggil Aldrean pelan.
Louis langsung meresponnya dengan sebuah senyuman kecil. Walau wajahnya sudah tak lagi muda tapi aura ketampanan Louis sama sekali tidak memudar. "Mau bercerita?"
"Papa, apa Zero terlihat seperti monster?" Aldrean menunduk, tidak berani melihat bagaimana cara Louis memandangnya saat ini. Di bawah selimut, kedua tangan Aldrean diam-diam terkepal erat.
Dia takut.
Aldrean takut jawaban Louis akan membuatnya kecewa dan kembali sakit hati.
Tidak disangka Louis malah tertawa kecil. Tidak lupa pria tua itu mengusak rambut Aldrean dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]