Bagian 23

6.3K 707 13
                                    

"Al..."

Aldrean membuka paksa matanya yang sebenarnya masih ingin terpejam. Pusing di kepalanya membuat pandangannya menjadi tidak fokus.

Tapi, Aldrean mengenal pemilik suara itu.

"Edwin?"

Edwin yang saat ini sudah berdiri di depan Aldrean langsung menubruk tubuh kurus itu dengan sebuah pelukan.

Pemuda yang lebih tua tampak senang membiarkan pemuda yang lebih muda menyandar pada bahunya yang lebar.

"Makasih Al, makasih banget... gue ga tau lagi harus ngomong apa selain terima kasih. Beribu-ribu terima kasih gue ucapin sama lo, Al."

Aldrean yang tiba-tiba dipeluk dan diberi ucapan terima kasih hanya mengerjap. Dia belum sepenuhnya memahami situasi.

Tapi, Aldrean tetap membalas pelukan itu, sedikit sulit baginya karena posisinya yang masih duduk saat Edwin tiba-tiba menerjang tubuhnya dengan pelukan, dan dia mengangguk pelan untuk ucapan terima kasih yang diterimanya.

Saat Edwin kemudian akhirnya melepaskan pelukannya, pemuda itu menatap Aldrean yang masih kebingungan dengan senyuman di bibirnya. "Lo malaikat gue, Al."

Aldrean mengerjap.

Satu kali.

Dua kali.

Tiga kali.

Edwin yang melihatnya menjadi gemas sendiri. Tawa renyah tanpa bisa ditahan keluar dari mulutnya.

Sementara Aldrean semakin dibuat kebingungan karena Edwin yang tiba-tiba tertawa. Dia kenapa? Apa dia mulai gila karena masalah Keluarga Atmaja?

Berbeda terbalik dengan isi pikiran Aldrean, Edwin tertawa karena dia begitu gemas dengan sikap Aldrean.

Melihat Aldrean yang kebingungan tapi sikap pedulinya masih sama, pemuda itu tidak menolak pelukannya dan malah membalas pelukannya, pemuda itu sangat-sangat menggemaskan dengan ekspresi wajahnya saat ini.

Itu datar tapi kebingungan terlihat jelas dari kedua matanya.

"Edwin," setelah lama terdiam akhirnya Aldrean buka suara.

Edwin sudah menghentikan tawanya. Dia melihat Aldrean dengan senang. "Kenapa?"

"Bisa lo minggir?"

"Hm?"

Edwin tidak menyadarinya sebelumnya jika posisinya saat ini sangat ambigu. Dia berada di depan Aldrean yang telah duduk menyandar di sofa setelah pelukan mereka terlepas sementara tangannya sendiri terlihat mengukung pemuda yang lebih muda.

"Ekhem!"

Sebelum Edwin sempat beranjak suara deheman terdengar dari arah pintu yang terbuka.

Keduanya menoleh secara bersamaan. Baik Aldrean mau pun Edwin, keduanya sama-sama bisa melihat pria berpakaian pelayan yang saat ini menatap tajam ke arah mereka.

Seolah terpergok tengah melakukan sesuatu yang buruk, Edwin langsung berdiri tegak. Dia menjadi salah tingkah dan menatap dengan tatapan bersalah pada Aldrean.

Aldrean sendiri mengabaikan tatapan bersalah itu dan hanya melihat acuh pada kedatangan Ron.

Setelah melihat Ron, Aldrean baru teringat dengan 'teman' yang dikatakan pria itu.

Melihat ke arah Edwin lagi. Aldrean mengeluarkan rasa penasarannya. "Kenapa lo tau gue di sini?"

'Teman' yang dimaksud Ron adalah Edwin.

Aldrean cukup terkejut.

"...Tuan Kei." Edwin tampak berpikir sebentar sebelum menjawab.

Seolah mengerti keingintahuan tuan mudanya, Ron pun angkat bicara tanpa disuruh. "Dia datang bersama Tuan muda Kei."

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang