Bagian 53 (Season 2)

3.1K 402 47
                                    

Sepanjang mata pelajaran Nevan tidak bisa fokus karena teringat dengan perkataan Aluna.

Aldrean di bawa ke rumah sakit?

Tapi, kenapa?

Nevan tidak mungkin mencemaskan Aldrean, Nevan cuma takut jika Mamanya sampai mendengar kabar itu dan akan berimbas buruk lagi pada kesehatannya.

Walau pun akhir-akhir ini, semenjak Nevan memergoki Aldrean datang ke rumahnya bersama Adam, Nevan tidak pernah lagi mendengar Hana-- Mamanya membicarakan Aldrean, padahal biasanya Mamanya itu selalu membicara Aldrean sepanjang waktu.

Aldrean ini lah Aldrean itu lah.

Pokoknya semua tentang Aldrean.

Nevan sendiri selalu kesal setiap mendengarnya tapi mau bagaimana lagi karena Aldrean itu kan anak kesayangan Mamanya.

Tapi, beberapa hari terakhir ini secara ajaib Nevan belum mendengar nama Aldrean keluar dari mulut Mamanya. Nevan senang, tentu saja. Hubungan Mama dan Papanya yang sempat merenggang beberapa waktu lalu pun telah membaik semenjak kejadian Mamanya masuk ke rumah sakit.

Jika sampai Mamanya tahu Aldrean masuk rumah sakit, apa yang terjadi?

Apa Mamanya akan drop lagi?

Atau, Mamanya mungkin akan mencemaskan Aldrean sampai setengah mati.

Hanya memikirkannya saja sudah membuat Nevan tidak bisa menahan perasaan cemburu dalam hatinya.

___

"Jadi adik kecil, apa kamu benar baik-baik saja?"

Aldrean menatap Kei yang mengajukan pertanyaan. Sebenarnya dia risih dengan panggilan 'adik kecil' yang pemuda itu gunakan karena jika mengingat sudah berapa lama dia hidup, bukankah dia sudah menjadi kakek-kakek? Tidak, dia bahkan sudah seharusnya menjadi mayat lalu tulang belulangnya mungkin telah dimakan cacing tanah.

Intinya dia sudah sangat sangat sangat dan sangat tua.

Mengingat berapa tua umurnya jika dijumlahkan dari kehidupan pertamanya sampai saat ini membuat Aldrean mengerutkan kening tidak suka.

"Kenapa? Ada yang sakit?" Kei terlihat cemas menyadari kening Aldrean yang mengerut. Dia takut saja jika Aldrean menyembunyikan rasa sakitnya diam-diam.

Aldrean hanya diam. Dia masih sibuk dengan pemikirannya sendiri yang tiba-tiba bercabang ke mana-mana.

Aldrean tidak suka dianggap anak kecil karena menurutnya dia sudah tua karena banyak kehidupan yang telah di laluinya tapi, kenyataannya Aldrean tidak pernah benar-benar menjadi orang tua.

Setiap kali Zero mengambil alih sebuah raga, raga itu pastilah seorang anak atau sebatas remaja seperti raga Aldrean saat ini. Itu pun hanya akan dia ambil alih selama beberapa tahun. Sebelum raga yang ditempatinya memasuki usia 30 tahun, raga itu pasti akan menemui kematian lebih dulu lalu, Zero, dia akan mengambilalih raga lainnya.

Selalu seperti itu. Berulang.

"Hei ada apa?" Kei menjadi benar-benar panik karena Aldrean yang mengabaikannya.

Saat ini keduanya sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah karena Aldrean yang tidak ingin berlama-lama di rumah sakit tapi, jika Kei tahu Aldrean menyembunyikan rasa sakitnya dia sudah pasti akan membatalkan rencana kepulangan Aldrean.

Tiba-tiba Aldrean menatap Kei, tatapannya terlihat sangat serius. "Kakak bisa memanggilku Al karena jika memanggilku Zero itu bisa memunculkan pertanyaan bagi orang lain. Tapi, jangan memanggilku adik kecil!"

"Ya?" Kei terkejut. Apa anak di depannya sedang melakukan protes karena dia memanggilnya adik kecil?

Tanpa sadar Kei menatap penampilan Aldrean dari atas sampai bawah. Dilihat dari sudut mana pun Aldrean terlihat kecil di matanya.

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang