Peluru yang menembus dada kiri Deon berhasil melukai jantungnya tapi seperti sebuah keajaiban nyawa Deon masih tetap bertahan.
Meskipun dokter belum bisa memastikan kapan Deon bisa sadar setidaknya saat ini Deon telah berhasil melewati jurang kematian.
Setelah diberitahu tentang keadaan adiknya, Dara yang berada di Negara K langsung datang ke Negara C untuk melihat kondisi Deon.
Gadis itu saat ini tertunduk lesu di dalam ruang rawat Deon.
Alexander dan Tiffany, kedua orang itu masih sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga hanya mengutus Haris untuk mengurus segala keperluan Deon.
Saat ini Haris menemui Edwin untuk meminta penjelasan yang lebih rinci mengenai kejadian yang telah menimpa tuan mudanya.
Edwin pun menjelaskan semua yang dia ketahui tanpa dikurangi atau pun ditambahi.
Masalah yang sebenarnya terletak pada CCTV yang tidak berfungsi, padahal tempat mereka menginap adalah hotel besar yang terkenal, seperti pelaku memang sudah menyiapkan semuanya dengan matang.
Seandainya saja kejadian ini terjadi di tempat sendiri, Edwin mungkin bisa bergerak lebih bebas dalam memerintah anak buah Papanya tapi masalahnya saat ini mereka sedang berada di tempat orang lain, mereka sedang di luar negeri. Jika Edwin tiba-tiba datang dengan membawa pasukan, Edwin takut itu malah akan menyinggung pemilik wilayah.
Untuk saat ini Edwin tidak ingin terlibat dengan sesuatu yang merepotkan lagi.
"Kami akan membawa Tuan muda Deon ke Negara K setelah kondisinya jauh lebih stabil. Itu keinginan Nona Dara untuk merawatnya di sana."
Edwin hanya mendengarkan penjelasan Haris.
"Masalah mengenai pelaku, saya juga sudah meminta orang untuk menyelidiki, tuan muda tidak perlu khawatir. Masalah ini, serahkan saja pada orang dewasa."
Haris tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan Edwin yang terdiam, tidak mampu berkata apa-apa.
___
Bisma tidak ingin meragukan Aldrean. Walau pun fakta Aldrean yang menghilang setelah hanya meminta Edwin datang ke atap menjadi pertanyaan, Bisma tetap ingin mempercayainya.
Alasan kenapa Aldrean meninggalkan Deon yang sekarat seorang diri, Bisma ingin menemui Aldrean langsung untuk menanyakan alasannya.
Padahal hari ini seharusnya menjadi hari pertama tour dan sesuai rencana mereka berempat seharusnya saat ini akan bersenang-senang bersama tapi, takdir mempermainkan mereka.
Menatap ombak yang bergulung-gulung di tepi pantai, keramaian sekeliling tidak membuat Bisma merasa senang.
Yang ada dia merasa sesak dan rasanya ingin menangis.
Bisma tidak bisa melihat kondisi Deon yang saat ini tidak berdaya, Bisma juga tidak bisa melihat Edwin yang terlihat kacau karena pikiran buruknya sendiri, karena itu Bisma melarikan diri.
"Zero... ga tau kenapa gue tiba-tiba keinget lo." Bisma tersenyum miris melihat orang lain yang berlarian di pantai dengan bahagia. "Lo yang udah nyembuhin kaki gue kan? Kalo gue cerita ke orang lain, gue yakin mereka bakal nganggep gue gila... tapi, seandainya... seandainya lo ada di sini, bisa ga lo bantu sembuhin Deon juga?"
Mata Bisma terasa perih, sudutnya telah memerah.
Bisma hanya bisa menunduk, takut dianggap gila oleh orang lain karena terus berbicara sendiri.
"Deon sahabat gue. Gue ga mau terjadi apa-apa sama dia... Zero--" mulut Bisma terkatup. Bisma mengangkat kepalanya, sekali lagi dia memandang ke gulungan ombak yang menari-nari dilautan, warna putih yang muncul pada ombak tiba-tiba mengingatkan Bisma pada warna putih rambut Zero yang muncul dalam mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]