Brak.
Suara pintu rooftop yang dibuka terdengar jelas karena keadaan sekeliling yang sunyi. Aldrean tidak peduli pada siapa yang telah datang. Memikirkan jika saat ini masih jam pelajaran sangat mungkin jika orang itu adalah anggota OSIS yang tengah berkeliling melakukan razia. Aldrean tidak menoleh sama sekali. Jika itu benar OSIS paling dia hanya akan dihukum.
"Turun!"
Tidak diduga suara berat yang tidak asing yang Aldrean dengar. Sontak Aldrean menoleh dan saat dia menebak jika itu adalah Adam dari suaranya, tebakannya patut diberi nilai seratus.
"Bang lo bolos?" Tanya Aldrean menatap Adam.
Adam tidak sendiri ada juga Kris dan Juan yang datang bersamanya. Sayangnya, Aldrean tidak mengenal dua yang lainnya jadi perhatiannya hanya terfokus pada Adam yang berdiri paling dekat dengannya.
"Kita ga bolos. Kelas kita lagi jamkos. Lo sendiri ngapain disitu cil?"
Aldrean mengernyit tidak suka menatap pemuda tinggi yang berdiri di sebelah kiri Adam yang memangginya 'cil', entah apa maksudnya dan jelas Aldrean tidak menyukai panggilan jelek itu.
Orang yang berbicara itu adalah Juan.
Di sisi kanan Adam ada Kris yang hanya diam menonton situasi.
Tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan yang diberikan Juan padanya, Aldrean bersiap untuk melompat turun dari pembatas tapi sebelum Aldrean bisa melompat Adam sudah memelototinya.
"Gue aduin ke Papa kalo lo berani lompat." Ancamnya.
Aldrean tertegun. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa pada ancaman itu. Ancaman yang sebenarnya tidak menakutinya sama sekali.
Sebenarnya Aldrean malah heran karena Adam mengancam akan mengadukannya ke Alan jika dia melompat. Memang jika Aldrean lompat sekarang lalu diadukan apa yang akan terjadi padanya? Seolah-olah Alan yang sibuk itu akan memiliki banyak waktu untuk mempedulikan orang asing sepertinya.
"Luka lo nanti kebuka." Tambah Adam. Dia melangkah mendekat dan mengulurkan kedua tangannya bermaksud untuk membantu Aldrean turun dengan lebih mudah.
Aldrean diam dan menurut saja karena tidak ingin mendengar omelan yang mungkin saja akan keluar jika dia benar-benar melompat.
"Sejak kapan lo deket sama dia?" Kris yang semula diam saja akhirnya angkat suara.
"Kemaren." Jawab Adam datar. Tapi jawabannya seolah membenarkan jika dirinya memang dekat dengan Aldrean.
Kris mengangguk saja.
Di sisi Aldrean, dia tidak merasa dekat dengan seniornya itu tapi dia juga tidak membantah. Lagi pula dia tidak ditanya jadi menurutnya pendapatnya mungkin memang tidak dibutuhkan.
Setelah telah turun dari pembatas dan telah berdiri berhadapan dengan mereka bertiga, Aldrean hanya diam.
"Kenapa bolos?" Tanya Adam.
"Males."
Adam menghela napas. Aldrean masih memiliki luka yang belum pulih, dia akan memaklumi kelakuan anak itu untuk saat ini. "Lo masih sakit kenapa ga istirahat di rumah aja? Datang ke sekolah juga pada akhirnya lo malah bolos kan."
Juan menatap tidak percaya pada Adam yang untuk pertama kalinya dia dengar mengeluarkan kalimat yang begitu panjang. Seolah begitu kagum, Juan lalu melirik pada Kris seolah berkata dengan isyarat matanya 'dia beneran Adam si kutub es kan?'
Kris yang mengerti arti tatapan temannya itu hanya mengangkat bahu. Dia tidak tahu, dia juga merasa Adam aneh tapi, dia sebenarnya lebih ke tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]