Bagian 34

3.6K 448 59
                                    

Pesta ulang tahun Deon berlangsung dengan mewah dan meriah. Semua tamu terlihat menikmati berbagai sajian yang telah disajikan.

Alexander sebagai tuan rumah acara kali ini menyambut para tamu yang hadir dengan senyuman ramah tersungging dari bibirnya. Di sampingnya ada Tiffany yang ikut memamerkan senyuman serupa. Jika dilihat sekilas keduanya benar-benar seperti sepasang suami istri yang memiliki hubungan baik dan romantis.

Walau pun itu semua hanya citra untuk publik tentu saja.

Sementara itu pemilik pesta masih betah mengurung diri diruangannya bersama sang sahabat Edwin, pikiran Deon tidak bisa tenang dan dia tidak bisa menikmati keramaian pesta.

"De," panggil Dara.

Gadis itu datang ke kamar adiknya karena tidak bisa menemukan adiknya ditengah-tengah pesta.

Dara mengenakan gaun berwarna biru cerah panjang yang mempertontonkan kedua bahunya yang mulus, rambut hitam panjangnya disanggul dengan indah memperlihatkan lehernya yang putih dan jenjang. Penampilan Dara terlihat cantik dan elegan.

"Kakak." Deon melihat kakaknya.

Pemuda itu juga tampil baik dengan setelan tuxedo berwarna hitam yang terlihat sangat pas ditubuhnya. Dasi berwarna biru dan sebuah pin bros berwarna biru sapir yang menghias di atas dada kirinya semakin melengkapi penampilannya untuk mendekati sempurna.

Di sisi Deon ada Edwin yang mengenakan tuxedo dengan warna abu gelap. Edwin juga melengkapi penampilannya dengan dasi berwarna merah dan pin kecil yang cukup sederhana. Untuk menghormati pemilik acara Edwin tidak berdandan dengan berlebihan. Meski begitu dia tetap terlihat tampan.

Terutama saat Edwin tersenyum hingga memperlihatkan kedua lesung pipinya.

Dara yang melihat paduan penampilan mereka merasa takjub walau untuk sesaat. Baru menyadari jika adik yang dulu begitu kecil kini telah tumbuh bahkan tingginya telah melebihinya. Adiknya yang dulu begitu manis dan menggemaskan telah menjadi seorang pemuda yang tampan dan menawan.

"Kenapa masih di sini? Edwin juga?" Dara bertanya tapi masih dengan senyuman di bibirnya. Sama sekali dia tidak marah karena adiknya itu memilih untuk bersembunyi alih-alih menyapa para tamu di luar. Dara tahu jika adiknya tidak pernah menyukai sesuatu yang terlalu ramai. Jika bukan karena keinginan orang tua mereka mana mungkin Deon mau merayakan ulang tahun dengan begitu meriah.

"Ga pa-pa kak." Balas Edwin sementara Deon hanya diam. "Di luar rame banget jadi aga pengap kak. Di sini dulu bentar." Jelasnya.

Dara mengangguk mengerti. "Sekarang keluar dulu gih, ada Bisma loh di luar."

"Bisma?" Serentak Edwin dan Deon saling berbagi tatapan. Seolah memiliki pemikiran yang sama keduanya tanpa kata langsung bergerak cepat menuju pintu.

Dara yang melihat kelakuan keduanya menatap dengan heran tapi gadis itu memilih mengabaikannya.

Langkahnya dia bawa ke single sofa di tengah ruangan. Ditinggalkan sendirian, raut cantik yang semula terlihat bersinar itu perlahan menampilkan ekspresi lelahnya.

Jika saja bukan karena adiknya-- Deon, sudah lama Dara ingin menanggalkan marga Liu yang tersemat dalam namanya.

___

Hotel Luxery tepatnya dari lantai 14 sampai 16 memiliki desain khusus seperti ballroom sebuah kerajaan. Ada tangga melingkar panjang yang menyambungkan ketiga lantai itu juga lift khusus yang hanya bisa diakses dari lantai 14. Desain itu bukan tanpa sebab, melainkan karena sudah merupakan suatu tradisi bagi keluarga Liu untuk merayakan pesta jamuan di hotel mereka jadi hampir seluruh hotel milik keluarga Liu pasti selalu memiliki tempat untuk sebuah jamuan yang mewah.

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang