Bagian 50 (Season 2)

2K 336 40
                                    

Diki kembali ke rumah kontrakan yang disewanya dengan senyuman lebar di wajahnya. Dilihat dari penampilan luarnya, anak itu terlihat bahagia sekali seperti sudah mendapatkan undian berhadiah besar.

Dalam setiap langkahnya dia bahkan tidak segan-segan bersenandung kecil.

"Hm~ hm~"

Begitu sampai dikamarnya, Diki melemparkan tasnya sembarangan, melemparkan tubuhnya ke atas kasur dan dengan wajah yang begitu gembira dia membuka ponselnya.

Di layar ponsel itu menampilkan foto Aldrean yang tengah tersenyum yang dia ambil diam-diam. Di foto itu Aldrean terlihat tampan, senyumannya terlihat sangat manis dan matanya yang berwarna cokelat cerah itu bersinar dengan indah di bawah sinar matahari.

Sungguh penampilan yang indah, terlalu indah sampai-sampai Diki penasaran ingin merusaknya. Jika keindahan itu rusak, apa dia akan tetap indah atau berubah menjadi sampah? Diki sangat penasaran.

"Aldre harusnya minum jus alpukat, kenapa Aldre malah minum tehnya? Yang ada racunnya lagi... sekarang Aldre jadi sakit, Andre harus gimana?" Berbeda dengan ucapannya yang seperti sebuah penyesalan, wajah penuh senyumnya tidak menunjukkan penyesalan sama sekali.

Iris hitam dibalik kaca mata itu bahkan berbinar dengan ceria.

Tugas yang dimiliki Diki sebenarnya adalah untuk melenyapkan Deon, seorang yang dia panggil 'Tuan' adalah orang yang memintanya untuk melakukannya, orang itu juga yang menyediakan racun yang bisa dia gunakan untuk menyingkirkan Deon.

Menurut bawahan 'Tuan' yang menemuinya tempo hari racun itu tidak berbau dan tidak berwarna, itu merupakan sebuah obat yang diracik khusus hingga penawarnya sendiri sebenarnya tidak ada.

'Tuan' berjanji akan membayar Diki sebanyak 200 juta jika Diki berhasil dengan misinya.

Diki sebagai seseorang yang berasal dari kalangan menengah, mendengar uang senilai 200 juta langsung menyanggupi permintaan itu tanpa banyak berkomentar. Bukan apa-apa, selain bayaran uang yang besar, 'Tuan' juga memiliki kelemahan Diki, jika dia menolak maka Diki harus bersiap-siap kehilangan masa depannya.

Demi rencananya Diki sudah berusaha untuk mendekati Deon dan berteman dengan pemuda itu tapi Deon ternyata sangat sulit didekati. Walau terlihat menerima sebenarnya ada tembok tinggi yang membuat Diki tidak bisa menjangkau Deon.

Itu membuat Diki kesal.

Rencananya bahkan harus terus menerus diundur karena Diki tidak memiliki kesempatan untuk bergerak sama sekali.

Karena 'Tuan' terus mendesaknya, Diki akhirnya membuat taruhan untuk dirinya sendiri.

Saat istirahat Diki tahu Bisma memesan jus alpukat khusus untuk Aldrean karena Diki juga tahu jika Aldrean sangat menyukai minuman satu itu, Diki tidak peduli pada yang lain, Diki hanya tidak ingin Aldrean terluka jadi, Diki memasukkan racun pada gelas teh secara acak.

Mau itu Deon, Edwin atau Bisma, Diki tidak peduli.

Selama salah satu di antara mereka meminumnya, orang itu akan mati karena racun itu tidak memiliki penawar.

Diki mungkin akan menerima sedikit ceramah dari 'Tuan' tapi dia juga tidak akan dihukum jika bisa memusnahkan salah satu keturunan Atmaja atau Bagaskara.

Taruhannya tidak akan merugikan dirinya sama sekali.

Itulah yang Diki pikirkan.

Tapi, perkiraannya meleset.

Bukan Deon, bukan juga Edwin atau Bisma tapi, Aldrean, pemuda itu yang meminum gelas dengan racun miliknya.

Entah Diki harus mengatakan Aldrean sedang sial atau bagaimana tapi saat ini rasanya Diki merasa sangat bahagia. Bagaimana mungkin saat melihat wajah Aldrean yang terlihat pucat saat pemuda itu kehilangan kesadaran itu terasa sangat menyenangkan baginya? Melihat Aldrean yang lemah dan tidak berdaya, Diki menjadi bersemangat ingin memeluk dan menghancurkan tubuh itu.

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang