Sion kembali ke ruangan Aldrean setelah mengembalikan baskom ke dapur. Dia kembali berdiri di depan pintu kamar karena dia belum memiliki keberanian untuk membuka pintu dan masuk.
Sion tahu apa yang terjadi di luar sana. Ada beberapa orang yang berusaha mencari keberadaan Aldrean. Tapi, Sion menghapus semua jejaknya yang membawa Aldrean malam itu hingga sampai hari ini keberadaan Aldrean pun tidak diketahui oleh orang luar.
Saat ini mereka semua, tepatnya Louis dan keluarganya juga Aldrean, mereka berada di Kota Bili. Salah satu kota besar di Negara C yang terletak sisi selatan.
Jika melakukan perjalanan dengan mobil, pergi dari Bili ke Monrou itu akan memakan waktu 3 sampai 4 jam.
Cklek.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Sion terkejut saat melihat Mary yang muncul dari dalam.
"Nona." Panggilnya.
"Sion, apa lukamu baik-baik saja?"
Mary juga tahu tentang Sion yang dihukum oleh Papanya. Sebelumnya dia belum sempat bertemu Sion dan belum menanyakan keadaannya.
Usia Sion dan kakaknya-- Kei tidak terpaut jauh dan karena selama ini Sion juga sering menjaganya, Mary juga sudah menganggap Sion seperti kakaknya sendiri.
"Saya baik-baik saja, Nona."
Mary mengangguk. "Syukurlah."
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Mary kemudian. Seingatnya, seharusnya papanya tidak memberikan Sion tugas untuk menjaga Aldrean lagi karena papanya itu masih kecewa pada Sion.
"Saya..."
"Apa kamu ingin melihat Al?"
Melihat Sion yang tidak melengkapi perkataannya, Mary hanya menebak apa yang ingin dilakukan pemuda itu.
Walau pun Sion selalu memasang tampang dingin kenyataannya Sion juga memiliki hati yang hangat. Mary tahu itu karena Mary telah lama mengenal Sion.
"Bolehkah?" Tanya Sion.
"Siapa yang melarangmu?"
Mary rasanya ingin tertawa tapi, dia menahannya.
Wajah Sion yang biasanya selalu terlihat dingin itu saat ini goyah oleh keragu-raguan dan dimata Mary itu cukup menggemaskan.
"Masuklah."
Mary mempersilahkan Sion untuk masuk sementara dia sendiri akan pergi tapi, Sion menahannya.
"Nona tunggu!"
"Ada apa?"
"Bisakah Nona menemaniku?"
Akhirnya Sion masuk ke ruangan Aldrean dengan ditemani Mary.
Selama beberapa hari ini Sion selalu ingin melihat keadaan Aldrean secara langsung tapi dia tidak berani masuk ke dalam ruangan Aldrean sendirian. Ingin meminta tolong pada Ron tapi Sion terlalu gengsi untuk mengatakannya.
Pemandangan pertama yang menyambut Sion begitu memasuki ruangan adalah keadaan yang tenang dan nyaman.
Tubuh Aldrean yang tidak sadarkan diri terlihat berbaring nyaman di atas tempat tidur. Mereka bahkan tidak menggunakan ranjang rumah sakit dan tempat tidur Aldrean itu cukup besar.
Ada tiang infus di sisi tempat tidur yang selangnya terhubung ke tubuh Aldrean. Cairan infusnya menetes demi tetes hampir seperti detik jam yang berjalan.
Di pojok dekat jendela ada sebuah meja kecil dengan pot bunga segar di atasnya.
Di bagian jendela, tirainya juga terbuka lebar membiarkan sinar matahari masuk menyinari kamar memberikan kehangatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]