"Gue khawatir."
Aldrean bisa melihat tatapan Deon yang bersungguh-sungguh dalam mengkhawatirkannya. Senyum tipis tersungging di wajahnya. "Deon ga perlu khawatir, Al baik-baik aja."
Tapi, berbanding terbalik dengan ucapannya darah merah segar malah meluncur keluar dari hidung Aldrean.
Darah itu keluar dengan begitu deras membuat Deon yang awalnya merasa aneh pada sikap Aldrean yang tidak biasa berubah menjadi panik saat melihatnya. "A-al..."
Aldrean sendiri tampak kebingungan, dia melihat telapak tangannya yang telah dipenuhi darah setelah mencoba menahan darah yang keluar dari hidungnya.
Tidak ada tisu di dalam kamar jadi Deon meraih selimut di atas kasur dan membantu Aldrean menghentikan mimisannya.
Kenapa darahnya begitu banyak? Darah itu terus mengalir dan bahkan membuat selimut putih polos itu hampir dipenuhi warna merah.
"Sshh..."
Ringisan Aldrean menyadarkan Deon dari kepanikannya, bisa Deon lihat wajah Aldrean sudah sangat pucat.
Aldrean tampak mencengkeram rambutnya sebelum tubuh pemuda itu jatuh meluruh menimpa kasur yang mereka duduki.
Aldrean tidak sadarkan diri.
Melihat Deon yang kehilangan kesadarannya dengan wajah panik Deon keluar dari kamar, dia perlu menemukan seseorang untuk membantu.
Di lantai bawah Deon melihat Ron yang muncul dari halaman belakang, tanpa ba bi bu Deon langsung berlari menghampiri pria dengan pakaian pelayan itu.
Ron yang melihat Deon berlari ke arahnya mengerutkan kening. "Tuan muda Deon, apa yang membuatmu berlari--"
Belum sempat Ron menyelesaikan perkataannya, Deon telah memotongnya. "Tolong!" Dia benar-benar panik dan terburu-buru.
Lalu tanpa mencoba mendengarkan penjelasan lainnya, Ron sudah berlari ke arah tangga. Tujuannya jelas adalah kamar milik Tuan muda barunya-- Aldrean.
Karena tentu saja Ron tahu jika tidak ada hal yang akan membuat pemuda bermarga Liu itu panik jika bukan menyangkut Tuan mudanya.
Satu jam kemudian kepanikan yang sempat melanda Villa besar itu telah mereda. Frans yang diundang untuk datang memeriksa Aldrean pun telah selesai melakukan tugasnya.
Saat ini, Aldrean yang masih belum sadarkan diri itu memiliki infus yang bersarang di lengan kanannya.
Deon hanya menatap nanar pemandangan itu. Aldrean yang berbaring di depannya terlihat begitu tenang dan damai. Seolah-olah pemuda itu hanya sedang tertidur lelap.
Tapi, Aldrean bahkan tidak akan pernah tahu sepanik dan setakut apa perasaan Deon saat melihat pemuda itu tidak sadarkan diri di depannya.
"Hahh..." hembusan napas panjang Deon keluar. Dia melirik kedua tangannya yang tidak berhenti bergetar.
Saat melihat warna merah darah yang membasahi selimut, Deon menjadi teringat kembali dengan saat-saat dia menemukan Bisma yang terbujur bersimbah darah di jalan.
Deon tidak tahu tapi tampaknya dia mulai membenci warna merah.
Warna itu seakan memberinya perasaan buruk.
Beruntung saat ini selimut dan bahkan seprei yang Aldrean gunakan telah diganti dengan yang baru jadi Deon tidak perlu melihat hal-hal itu lagi.
Sementara itu di ruang tengah, Louis yang memang juga kembali ke Villa hampir bertepatan dengan kedatangan Frans tengah mengintrogasi pria itu mengenai kondisi Aldrean.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [Selesai]