Sengatan rasa sakit pada kepalanya membuat tangan Aldrean tanpa sadar bergerak untuk mencengkeram letak rasa sakit itu.
Edwin yang berada di depannya langsung menyadari ada yang terjadi pada Aldrean. "Kepala lo masih sakit?" Padahal baru beberapa menit yang lalu Edwin melihat Aldrean meminum obat yang sebelumnya dibawakan oleh Ron.
Tidak tahu obatnya yang tidak manjur atau rasa sakit Aldrean yang terlalu kuat.
Edwin menjadi cemas. "Mau ke rumah sakit?"
Aldrean menatap Edwin dengan tatapan yang tidak berubah walau pun rasa sakit dikepalanya cukup sulit untuk diabaikan. "Gue ga pa-pa." Dia masih mengatakan kalimat itu dengan suaranya yang acuh.
"Ga pa-pa gimana? Kepala lo sakit kan? Mending kita ke rumah sakit, kalo ada apa-apa gimana?" Edwin benar-benar tidak habis pikir dengan pemikiran Aldrean di mana pemuda itu masih terus berkata 'ga pa-pa' sementara wajahnya yang pucat itu terlihat lebih jujur.
Aldrean tetap acuh. "Ga usah berlebihan."
Edwin tidak mendengarkan Aldrean. Dia maju menghampiri Aldrean. "Ayo! Lo kuat jalan apa ngga?" Dia mengulurkan tangannya.
Melihat tangan yang terulur di depannya, Aldrean menatap Edwin heran. "Ke mana?"
"Kantor polisi." Edwin menghela napas saat mendapati pandangan bingung dari Aldrean. "Ya ke rumah sakit lah Al."
"Ga usah--"
Belum sempat Aldrean menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya sudah terangkat dan berpindah ke gendongan Edwin yang hanya tersenyum senang saat Aldrean menatapnya dengan tajam.
"Tenang aja lo ga bakal jatoh."
Aldrean ingin mengumpat rasanya tapi, dia menahannya dan sebagai gantinya dia mencengkeram lengan Edwin yang menahan tubuhnya.
"Shh..." Edwin sedikit meringis. Cengkeraman Aldrean cukup kuat. "Sakit Al. Kalo lo ga sengaja gue jatohin--" kata-kata Edwin terhenti saat tatapannya tidak sengaja melihat ke arah pintu kamar yang setengah terbuka.
Di sana, di ambang pintu, Edwin bisa melihat Deon tengah berdiri.
Tatapan mereka bertemu.
Tersenyum, Edwin perlahan menurunkan Aldrean dengan hati-hati sementara tatapannya terus tertuju pada Deon. "Al, lo kedatangan satu tamu lagi."
Baru kemudian Aldrean menyadari kehadiran Deon yang masih berdiri di ambang pintu kamar.
Aldrean tidak terkejut karena sebelumnya Deon memang telah memberitahunya bahwa dia akan datang setelah sekolah selesai.
"Baru pulang?" Aldrean bertanya basa-basi.
Deon mengangguk. Dia melangkah masuk dan berdiri tepat berhadapan dengan Aldrean. Dia sepenuhnya mengabaikan kehadiran Edwin membuat pemuda itu berdecak sebal.
"De, lo ga kangen sama gue?" Edwin mencoba menggoda Deon yang sayangnya diabaikan.
Deon fokus menatap Aldrean. Tinggi keduanya memang tidak jauh berbeda, hanya lebih tinggi Deon sekitar 2-4 centi. Melihat wajah Aldrean dari dekat, Deon menyadari ada yang salah pada Aldrean.
"Lo sakit?" Tanyanya. Deon bisa melihat wajah pucat Aldrean yang sangat jelas terlihat.
Aldrean akan menggeleng sebelum Edwin yang berada di sampingnya menjawab pertanyaan itu lebih dulu. "Dia sakit tapi ga mau ngaku."
Hal itu sontak membuat Aldrean menoleh menatap Edwin dengan tatapan kesal. "Gue baik-baik aja, gue cuma--"
"Sakit kepala kan?" Edwin langsung menyela dengan ekspresi menyebalkan diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]