Deon keluar dari kantin untuk mencari Aldrean yang pergi entah ke mana. Menurut keterangan salah seorang siswi yang melihat, Aldrean di bawa pergi oleh Nevan.
Tentu saja hampir semua orang di YHS mengenal siapa itu Nevan karena di antara anak kelas sebelas, setelah Revano, Nevan berada diurutan kedua dalam kepopuleran.
Bukan hanya karena wajahnya yang tampan, kulit putih tan pemuda itu juga sangat terlihat seksi saat dia bermandi keringat ketika bermain masket. Semua siswi sudah menggilainya karena visualnya yang menawan, tampan dan keren, di tambah latar belakang keluarganya yang berada. Jika menjelaskan tentang Nevan rasanya tidak ada kekurangan dari pemuda itu kecuali emosinya yang cukup mudah meledak.
Di koridor Deon bertemu Edwin yang baru keluar dari ruangan kepala sekolah. Edwin menaikkan sebelah alisnya, heran dengan kehadiran Deon yang seharusnya ada dikantin untuk makan siang.
"Ngapain lo di sini? Al mana?" Tanya Edwin.
"Nevan."
"Kok jadi Nevan?"
"Aldrean di bawa Nevan."
Baru setelah mendengar kalimat yang lebih jelas itu Edwin mengerti kenapa dia melihat Deon di koridor lantai dua, yang kebanyakan ruangan adalah ruang kelas sebelas di mana kelas Nevan juga berada.
Edwin lumayan heran karena tidak biasa bagi Nevan untuk membuat interaksi langsung dengan Aldrean. Pemuda yang satu tingkat di atas mereka itu sangat menghindari Aldrean demi apa pun.
Tanpa banyak kata Edwin melangkahkan kakinya dengan lebih cepat untuk menuju ke arah kelas Nevan yang dia tahu.
Kelas 11-5.
Sampai di depan pintu kelas, Edwin dan Deon langsung melongok ke dalam. Tidak ada siapa pun, kelas itu sepi.
"Ayo cari ke tempat lain!" Edwin langsung berbalik kembali karena tidak mendapati seseorang yang dia cari.
Deon pun mengikutinya tanpa banyak berkomentar.
"Udah coba lo telepon?" Tanya Edwin.
"Ga diangkat." Deon sudah mencoba menelepon Aldrean sebelumnya tapi tampaknya pemuda itu tidak menyadari telepon darinya atau memang sengaja tidak mengangkat panggilannya.
"Kita pencar gimana? Lo ke lapangan gue ke taman. Kalo lo ketemu nanti hubungin gue."
Deon mengangguk menyetujui saran dari Edwin. Keduanya lalu berpisah untuk menuju tempat yang dituju masing-masing.
Begitu sampai di taman, tempat itu ramai oleh murid-murid yang tengah bersantai menikmati waktu istirahat. Entah sekedar mengobrol, bercanda atau menikmati makanan yang mereka bawa untuk disantap di sana.
Terlalu ramai, Edwin juga tidak bisa menemukan Aldrean di antara orang-orang itu.
Saat masih sibuk mencari, dering ponsel dari saku celananya berbunyi. Edwin merogoh ponselnya dam langsung mengangkat panggilan yang terhubung.
"Gimana?"
"Ga ada."
"Udah cari ke kemana aja?"
"Lapangan. Toilet di lantai satu."
Toilet di YHS memang ada disetiap lantai, gedung sekolah itu sendiri terdiri dari lima tingkat. Lantai satu khusus kelas kelas sepuluh, lantai dua untuk kelas sebelas dan lantai tiga untuk kelas dua belas. Ruang OSIS dan Guru ada di lantai empat ditambah dengan ruangan lainnya. Sementara dilantai lima khusus untuk ruangan berbagai Klub ekstrakulikuler yang ada di YHS.
Kantin sekolah sendiri ada tiga. Satu, kantin di lantai satu, biasanya digunakan anak-anak kelas sepuluh dan sebelas. Dua, kantin dilantai tiga, biasanya khusus anak-anak kelas dua belas. Tiga, kantin dilantai empat yang merupakan kantin khusus bagi guru dan staf.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]