Bagian 47 (Season 2)

1.7K 258 13
                                    

"Aldre..."

Suara Diki yang berbisik kecil terdengar sampai ke telinga Aldrean tapi pemuda itu hanya diam, memilih untuk mengabaikannya, berpura-pura tidak mendengar atau melihat apa pun.

Aldrean mengambil bangku yang semula Diki duduki dan duduk di sana dengan raut wajah yang tidak berubah.

"Kamu akan menyesal."

Suara itu teramat kecil dan mungkin hanya diperuntukkan untuk dirinya sendiri tapi Aldrean dengan telinganya yang tajam bisa mendengar suara itu dengan jelas. Bahkan, gerak langkah kaki yang dibawa dengan terburu-buru di daerah kantin yang luas, Aldrean masih bisa menangkap semuanya dengan baik.

Semua orang tampaknya tidak mempedulikan kepergian Diki. Bisma menjadi orang pertama yang menyambut kedatangan Aldrean dengan pertanyaannya.

"Lama banget Al. Abis ngapain sih?"

"Kebelet." Jawab Aldrean acuh.

"Beneran kebelet?" Bisma menatap Aldrean, matanya memicing curiga. Tapi, ekspresi itu hanya bertahan beberapa detik saja. Dia menjadi santai. "Udah gue duga sih." Ujarnya kemudian.

"Hm." Aldrean lalu menatap makanan miliknya yang kali ini terlihat sama seperti yang lain. Kecuali, jus alpukat yang Aldrean tahu adalah minuman yang cukup digemari oleh pemilik tubuh asli, Bisma pasti memesan itu khusus untuknya.

Tapi, perhatian Aldrean lebih tertuju ke arah noda makanan yang mengotori meja miliknya. Bekas nasi dengan kuah kuning itu jelas bukan dari makanan miliknya yang tumpah.

Seolah menyadari apa yang menjadi fokus Aldrean, Deon yang telah berhenti melihat ponsel langsung mengeluarkan tisu yang entah dari mana dan mengelap noda kotor itu.

Tanpa mengatakan apa pun, Deon lalu kembali memainkan ponselnya.

Aldrean melirik pemuda itu sebentar sebelum memilih untuk mengabaikan perilakunya. Bahkan tanpa bertanya Aldrean sudah bisa menebak bekas siapa noda makanan itu.

"Cepet makan. Nanti jam istirahat keburu abis." Edwin melerai. Makanan miliknya juga sudah habis dan bahkan makanan Bisma juga hanya tinggal sedikit. Hanya Aldrean saja yang belum menyentuh makanannya.

Aldrean hanya mengangguk dan mulai memakan makanannya. Walau pun tidak memiliki selera makan tapi perutnya memang cukup lapar jadi dia perlu mengisi perutnya.

Di antara Revano dan teman-temannya juga hanya tinggal Revano yang belum menyelesaikan makannya. Masalahnya Revano baru saja menambah porsi makanannya.

"Uhuk-uhuk..." Revano terbatuk. Dia tersedak kuah pedas miliknya dan membuat wajahnya langsung memerah. Beruntung Agam dengan sigap memberinya minum.

"Pelan-pelan."

Wajah Revano benar-benar memerah karena kuah pedas itu membuat tenggorokan dan hidungnya menjadi perih. Dia bahkan hampir menangis.

Tapi, pemandangan di mana Revano yang tersedak dan hampir menangis itu malah menjadi pemandangan lucu bagi Agam dan teman-temannya yang lain. Agam bahkan tidak bisa menahan tawanya dan membuat tawa kecilnya keluar.

"Ga ada yang bakal rebut makanan lo jadi pelan-pelan aja, Rev."

"Iya, kita-kita tungguin kok."

"Kayak anak kecil!"

"Ah diem lo pada!" Revano menatap semua teman-temannya dengan wajah sewot. Terutama Agam yang benar-benar tertawa di depannya dan mengatainya seperti anak kecil.

Tapi, Revano juga tidak bisa berbuat apa-apa pada pemuda yang tiga bulan lebih tua darinya itu jadi, dia hanya bisa melampiaskan kekesalannya pada teman-temannya yang lain.

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang