Aldrean menghela napas setelah ketiga teman-temannya pergi meninggalkannya sendiri di depan gerbang sekolah.
Membutuhkan seribu satu alasan agar ketiganya bisa merelakan Aldrean yang menolak untuk diantar salah satu dari mereka. Membuat alasan-alasan itu membuat Aldrean merasa lelah secara mental.
Hampir dua menit Aldrean berdiri sendirian sampai akhirnya sebuah mobil berhenti tepat di depannya.
Adam, pengendara mobil itu menurunkan kaca mobilnya. Dia menatap Aldrean dan memintanya untuk segera naik.
"Naik."
Walaupun dengan setengah enggan tapi Aldrean tetap membuka pintu mobil itu dan masuk tanpa mengatakan apa pun.
Setelah Aldrean duduk di jok di sampingnya, Adam kembali melirik pemuda itu. Melihat Aldrean yang hanya diam saja setelah duduk membuat Adam menghela napas.
Tanpa mengatakan apa pun Adam bergerak untuk memasangkan sabuk pengaman untuk Aldrean membuat Aldrean terkejut karena gerakannya yang tiba-tiba.
"Jangan lupa pake sabuk pengaman." Adam mengatakannya dengan nada suaranya yang datar.
Aldrean masih tidak mengatakan apa pun. Sabuk pengaman telah terpasang dan dia juga enggan protes walaupun sebenarnya dia ingin mengatakan bahwa dia bisa melakukannya sendiri.
"Kita ke rumah sakit dulu."
"Ga, ke rumah Bibi dulu." Aldrean cepat-cepat meralat saat Adam mengatakan tujuan pertama mereka.
"Gue ga nanya. Pokoknya kita ke rumah sakit dulu."
Aldrean langsung menatap Adam dengan sinis. "Ke rumah Bibi dulu atau gue nolak ke rumah sakit?" Ancamnya.
Adam menyadari tatapan sinis dari Aldrean untuknya walau pun dia fokus melihat ke depan karena sedang mengemudi. Dia pun menghela napas untuk ancaman yang Aldrean berikan. "Oke. Ke rumah Bibi."
Hanya membutuhkan setengah jam sampai akhirnya mobil yang Adam kendarai berhenti tepat di kediaman Hendrawan.
"Di sini?" Adam cukup terkejut saat arah yang ditunjukkan Aldrean menuntunnya sampai ke kediaman salah satu pengusaha kerabat keluarganya.
Adam cukup mengenal baik seluruh anggota keluarga Hendrawan terutama putra pertama mereka Nicholas yang sering datang untuk acara-acara besar perusahaan.
"Bibi lo kerja di sini?" Tanya Adam tidak yakin soalnya sebelumnya Aldrean mengatakan ingin datang ke rumah Bibinya bukan ke tempat di mana Bibinya bekerja.
Tapi, selama ini yang Adam tahu, menurut gosip-gosip yang beredar di sekolah, Aldrean adalah anak miskin yang beruntung bersekolah di YHS karena beasiswa, Adam sama sekali tidak terpikirkan jika Bibi yang dimaksud Aldrean adalah seseorang yang akan berasal dari keluarga berada.
Walaupun keluarga Hendrawan berada di bawah keluarga Wijaya tapi tetap saja mereka termasuk keluarga kaya dengan perusahaan besar.
Mendengar pertanyaan yang diajukan Adam, Aldrean hanya balas meliriknya dengan raut tenang. "Tunggu di sini atau ikut masuk?" Tanyanya.
Tanpa mendengar jawaban dari Adam, Aldrean telah membuka pintu mobil dan melangkah keluar.
Aldrean seutuhnya mengabaikan Adam yang mengikuti pergerakkannya di belakang.
Sampai di pintu utama, Aldrean langsung membunyikan bel dan tidak lama kemudian seorang wanita paruh baya datang untuk membukakan pintu.
Melihat jika yang datang adalah Aldrean, wanita itu tersenyum dengan ramah. "Den Al, udah lama baru ke sini lagi? Ke mana aja?" Tanyanya akrab.
![](https://img.wattpad.com/cover/345633113-288-k260736.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]