Bagian 31

5K 573 33
                                    

Bayu menatap sendu sang istri yang saat ini terbaring lemah di atas ranjang pesakitan. Menurut dokter istrinya mengalami tekanan secara mental dan itu membuat tubuhnya menjadi rentan.

Siang tadi saat Bayu masih dikantor dia tiba-tiba menerima kabar dari salah satu pelayan di rumahnya jika istrinya pingsan di dalam kamar.

Bayu merasa bersalah. Secara tidak langsung dia salah satu penyebab istrinya seperti saat ini.

Setelah kedatangan Louis ke rumah mereka beberapa hari yang lalu, Bayu memang kerap kali mengabaikan Hana karena dia masih kecewa atas rahasia yang istrinya itu simpan. Bayu sama sekali tidak mengira jika perbuatannya dalam mengabaikan Hana malah membuat istrinya berakhir di rumah sakit saat ini.

Bayu memang kecewa pada Hana tapi Bayu tidak bisa menampik bahwa dia merasa sangat cemas melihat keadaan Hana saat ini.

Sampai saat ini Bayu juga belum mengetahui semua kebenarannya, dia belum berani bertanya karena takut semakin kecewa pada istrinya.

Hana, istrinya pasti sangat tertekan karena harus memendam semua rasa bersalah itu sendirian.

"Sebenarnya apa yang terjadi saat itu Na? Kenapa Tuan Louis bisa mengatakan jika kamu adalah penyebab Hera seperti itu?"

Tahun saat Hera tiba-tiba dinyatakan mengandung itu adalah tahun kedua setelah kelahiran anak kedua mereka-- Nevan. Saat itu kondisi Hana sedang buruk karena setelah melahirkan Hana terpaksa harus mengangkat rahimnya, tahun-tahun itu Hana sering sekali jatuh sakit.

Kondisi perusahaan yang tengah buruk juga membuat Bayu menjadi sibuk dengan perusahaan, untuk itu Bayu meminta tolong pada Hera untuk menemani Hana setiap kali pulang sekolah.

Hera adalah gadis yang baik, dia juga sangat menyayangi kakaknya, walau usia keduanya terpaut cukup jauh tapi Hera tidak pernah bermanja pada Hana. Hera adalah gadis yang mandiri.

Untuk itu Bayu merasa tenang saat mengetahui ada Hera yang menjaga Hana di rumah.

Semua tampak baik-baik saja sampai akhirnya Bayu mendengar kabar jika Hera tengah mengandung. Bayu sangat terkejut dan bahkan memarahi Hera agar gadis itu mau mengatakan siapa ayah dari bayinya.

Tapi, Bayu tidak pernah mendapatkan jawaban.

"Papa!"

Lamunan Bayu buyar karena suara Nevan yang memanggilnya. Pria itu menoleh. "Kamu sudah datang?"

Nevan mengabaikan pertanyaan itu, fokusnya lebih tertuju ke arah brangkar rumah sakit di mana mamanya tengah memejamkan mata di sana. Rasanya hati Nevan berdenyut nyeri melihat keadaan mamanya yang terlihat begitu lemah.

"Mama..." lirih pemuda itu.

Melihat Nevan yang terpukul karena kondisi istrinya, Bayu menjadi semakin merasa bersalah. "Van,"

Nevan langsung berbalik menatap Bayu. Sepasang mata pemuda itu memerah, berkaca-kaca, tapi ada emosi gelap dalam tatapannya. Nevan menatap Bayu dengan kemarahan. "Semua salah papa! Mama seperti ini gara-gara papa!" Tekannya penuh emosi.

Bayu tidak terkejut dengan Nevan yang menyalahkannya. Bayu sangat tahu jika Nevan begitu menyayangi mamanya. "Maaf Van, papa--"

"Ga perlu minta maaf ke Nevan tapi minta maaf ke mama!"

Nevan tahu setelah terakhir kali Nevan melihat papanya membuat mamanya menangis, papanya itu terkesan seperti menghindari mamanya. Nevan juga tahu jika mamanya terluka karena diabaikan oleh papanya.

Beberapa hari ini mamanya menjadi sering melamun, walau pun Nevan mencoba bertanya kenapa tapi mamanya hanya akan membalasnya dengan senyuman dan mengatakan tidak apa-apa. Nevan sungguh muak dengan drama para orang dewasa.

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang