Lingkungan itu memang gelap karena sekitarnya sendiri hanya ada hutan dan jalanan yang lenggang.
Kedua hal itu yang dimanfaatkan para anak muda untuk menuntaskan hobi mereka. Sebuah tempat tenang untuk melakukan balapan ilegal tanpa takut dengan adanya gangguan.
Bisma, orang yang selalu menyukai tempat itu saat ini mulai berpikir untuk meratakan seluruh tempat karena dia yang saat ini kesulitan menemukan jejak Aldrean.
"Lo di mana?" Tanpa basa basi Bisma langsung bertanya tepat setelah panggilan itu terhubung.
"..."
"Anjin*! Harusnya lo langsung kasih tau gue, Yon. Lo malah pergi gitu aja."
"..."
Entah apa yang Deon utarakan sebagai balasan dari kalimat tajam itu tapi Bisma lagi dan lagi hanya bisa mengumpat. "T*i lo! Oke, gue otw."
Tanpa mematikan sambungan telepon itu karena dia yakin pihak lain akan mematikannya, Bisma langsung menambah kecepatan motornya.
Hanya berlangsung sekitar satu menit setelah itu, Bisma yang akan melewati sebuah tikungan tidak mengetahui adanya truk muatan besar yang tiba-tiba muncul dari arah berlawanan.
BRAAKK.
Terlambat untuk menghindar, jalanan itu kecil dan kondisi malam yang gelap semakin memperburuknya.
Tidak ada yang menyaksikan peristiwa naas itu kecuali bulan yang menggantung di langit malam dan seseorang yang saat ini terpaku menatap layar ponselnya yang menghitam.
Panggilan dari Bisma terputus begitu saja setelah Deon mendengar bunyi tabrakan yang keras dari seberang sana.
Tangan Deon terkepal, wajah datar itu goyah.
___
Bruak.
Motor yang dikendarai Aldrean jatuh terguling saat pemuda itu kehilangan keseimbangannya akibat rasa sakit yang diterima kepalanya.
Ingatan lain datang di saat yang terburuk.
Terutama itu bukan ingatan yang penting.
Aldrean sungguh ingin berdoa agar dia bisa menghapus segala kesialannya.
"Akh!" Kaki kirinya terasa sakit, saat ini posisi kaki itu tengah tertimpa badan motor.
Aldrean tidak bisa bergerak.
Bruumm.
Ckiit.
Para preman yang mengejarnya datang tidak lama kemudian. Mereka berhenti di dekat Aldrean yang masih tidak bisa bergerak dan tertawa, menertawakan kondisi pemuda itu.
"Wah wah wah, coba liat siapa ini?"
"Makanya kalo ga bisa naek motor jangan sok-sok an kebut-kebutan."
"Jatoh kan? Mampus!"
"Hahaha."
Aldrean berdecih melihat keempatnya. "Gue nyerah. Kalo kalian mau ambil nih motor, ambil aja!" Dia berbicara seperti itu walau pun kenyataannya motor itu bukan miliknya sama sekali.
Dia bahkan menggunakan motor itu tanpa izin sebelumnya, sepertinya ini adalah karma.
Para preman itu saling tatap untuk beberapa saat sebelum mereka mengangguk satu sama lain. Mereka kemudian bekerja sama untuk membangunkan motor yang terguling.
Begitu beban yang menimpa kakinya berhasil diangkat, Aldrean tanpa sadar menghembuskan napas lega.
Tetap saja kakinya terasa sakit karena tertimpa benda berat sebelumnya. Setidaknya, walau memaksakan diri, Aldrean sudah bisa berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]