Hana terkejut saat mendapati sang suami pulang ke rumah bersama dengan orang yang tidak pernah diduganya.
Wanita itu terpaku di depan pintu untuk beberapa saat sebelum mempersilahkan tamu tak diundang itu untuk masuk.
Setelah tamu itu masuk, Hana melihat Bayu meminta penjelasan. "Mas," panggilnya.
"Tidak apa-apa. Kita bicarakan bersama."
Bayu melangkah masuk dan Hana setia di sampingnya. Walau Hana saat ini diam tapi tidak dengan pikirannya yang ramai mempertanyakan kedatangan seorang Alan di rumahnya.
Sampai di ruang tamu, Hana bisa melihat Alan yang sudah duduk dengan tenang. Hana kemudian memanggil pembantu rumah tangganya untuk membantu menyiapkan minuman.
Bayu dan Alan duduk berhadapan. Hana duduk di samping Bayu dan wanita itu bahkan tidak berani melihat ke depan.
"Sudah lama kita tidak bertemu, Na."
Mendengar namanya dipanggil dengan akrab oleh Alan, Hana tersentak, tubuhnya tanpa sadar merasa gelisah.
Bayu yang menyadari tingkah istrinya itu hanya mengusap lengan istrinya, berusaha membuatnya tenang.
"Alan datang ke mari karena dia mengatakan ingin mengambil hak asuh Al." Jelas Bayu.
Sebelum Bayu membawa Alan ke rumahnya, Alan memang sudah mendatangi kantornya lebih dulu, mereka juga sudah berbicara cukup banyak.
Tapi karena yang diinginkan Alan adalah hak asuh Aldrean, Bayu pun tidak bisa berkomentar banyak. Menurut Bayu bagaimana pun istrinya adalah orang yang harus memutuskan.
"Aldrean?" Hana menatap Bayu terkejut dan Bayu hanya mengangguk.
"Semua terserah kamu, aku akan mendukung apa pun keputusanmu." Balas Bayu.
Hana terdiam sebentar, wajahnya memperlihatkan ekspresi rumit.
Kemudian, Hana mulai berani mengangkat wajahnya untuk menatap Alan.
Walau sudah bertahun-tahun berlalu tapi penampilan Alan masih sama seperti apa yang ada dalam ingatannya. Wajah yang dulu selalu dirindukannya itu saat ini ada di depan matanya tapi, Hana tidak merasakan apa-apa lagi.
Hatinya justru terasa getir dan Hana hanya bisa mengukir sebuah senyuman pahit.
Orang yang pernah sangat dicintainya, orang yang merupakan nomor satu dihatinya, orang itu jugalah yang telah merusak kebahagiaan satu-satunya saudaranya.
Bertahun-tahun ini, bukannya tidak pernah ada kesempatan untuk keduanya saling berjumpa tapi, Hana memang selalu memilih untuk menghindari Alan.
Karena Hana tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat dia kembali dipertemukan dengan pria itu.
Seperti saat ini.
Bahkan saat Hana memutuskan untuk memberitahu Alan kebenaran tentang kelahiran Aldrean, Hana hanya melakukannya lewat sebuah panggilan telepon.
Saat itu, Hana berpikir jika Alan berhak mengetahui jika Aldrean adalah putranya dan Aldrean juga sudah cukup besar untuk mengetahui siapa ayah kandungnya yang sebenarnya.
"Kenapa kamu menginginkan hak asuh Aldrean?"
Walau pun Hana pernah memikirkan kemungkinan ini saat dia memutuskan untuk memberitahu Alan kebenarannya tapi, Hana tidak menyangka Alan akan benar-benar menginginkan hak asuh Aldrean.
Sejujurnya ada perasaan tidak rela dihati Hana jika dia harus melepaskan Aldrean, bagaimana pun selama ini Hana telah merawat Aldrean seperti dia merawat anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]