Aku mengerjapkan mataku perlahan. Menyesuaikan dengan pencahayaan, namun rupanya aku masih berada di kamar.
Suasana pagi telah benderang. Cahaya matahari di jam 7 pagi menembus tirai jendela. Ah, rupanya aku bangun terlambat karena badanku terasa lelah.
Hampir saja aku melupakan seseorang yang tertidur diatas tubuhku. Ia memelukku erat dan wajahnya ia benamkan di leherku. Selimut yang menutupi tubuh kami tersingkap sehingga punggung polos miliknya terpampang jelas didepan mata.
Ia sedikit menggeliat saat aku membelai lembut kulit punggungnya yang halus dan cerah. Kemudian ia kembali terlelap saat menemukan posisi yang lebih nyaman. Aku tersenyum kecil dan memberikan kecupan manis di kepalanya.
Ia masih begitu nyaman dalam tidurnya. Aku tahu, ia pasti lelah sama seperti ku. Kami baru tidur pukul 3 pagi setelah berpetualang menghabiskan malam penuh cinta berdua.
Ah, kami tidak sempat berpakaian karena terlalu lelah. Jadi kami biarkan saja pakaian kami berserakan di lantai. Kami tidur berpelukan dengan tubuh sama-sama bertelanjang.
Sebenarnya, kami sangat rutin bercinta. Bahkan sejak kami masih tinggal di Dusun, kami sudah begitu sering berhubungan badan. Namun tetap saja, setiap kami selesai bercinta, aku pasti selalu tersipu bagai anak remaja yang baru mengenal apa itu cinta.
Bahkan di usia ku yang tidak lagi muda, aku selalu merasa seperti jatuh cinta kembali. Lagi dan lagi, jatuh cinta setiap hari, pada orang yang sama.Aku memejamkan mataku kembali. Tak peduli kami akan bangun jam berapa. Tapi rasa kantukku benar-benar telah menghilang. Aku justru teringat beberapa kesalahpahaman yang terjadi diantara kami. Beberapa kali aku dan Padma Lintang bertengkar.
Semua itu terjadi karena kesalahanku sendiri. Aku yang sering meragukan akan semua ketulusan dan kasih sayangnya. Ia tidak pernah ingkar atas nama cinta yang ia ikrarkan. Namun aku yang selalu dihantui rasa bersalah kerap kali membuat ku merasa hubungan kami terasa timpang.
Sama halnya kaki yang salah satunya tidak sempurna, maka kita akan berjalan dengan timpang. Hubungan kami pun seperti itu. Padahal kami sudah hidup bersama selama beberapa tahun. Bahkan Padmaya sudah semakin besar. Namun mengapa aku selalu meragukannya?Ia tak pernah menyakitiku, tak pernah pula berkata kasar. Bahkan ketika kami bertengkar, ia tetap berusaha untuk menstabilkan suaranya. Semata-mata agar aku tidak merasa dibentak olehnya. Setiap kali kami salah paham, ia yang akan berakhir mengalah. Kami tetap saling mencintai. Walau masalah sering hadir sesuka hati. Itu hanya secuil ujian untuk kesetiaan masing-masing.
Ia semakin matang di usianya yang sekarang. Ia menjadi wanita yang diimpikan banyak orang dengan segala kesuksesan yang telah ia raih.
Seringkali aku merasa takut kehilangannya. Aku takut orang lain akan merebutnya dariku. Aku takut ia akan berpaling dari wanita tua sepertiku.Seringkali aku merasa rendah diri setiap kali ia hendak berangkat bekerja. Melihat penampilan nya yang sederhana namun terlihat begitu elegan. Ia wanita berkelas yang juga berada dilingkungan orang-orang berkelas. Begitu cantik dan diinginkan banyak orang. Sementara aku hanyalah wanita tua yang tidak tahu kehidupan orang-orang muda.
Iblis sering menggoyahkan ku dengan bisikan nya. Mencoba mengambil rasa percayaku dan berkali-kali mengatakan "dia tidak akan tahan hidup bersama wanita tua yang membosankan".
Pemilik hatiku kembali menggeliat, kali ini ia mulai membuka matanya. Wajahnya bergerak turun dan menggerak-gerakkan wajahnya di dadaku. Wajah ngantuk nya begitu menggemaskan. Aku memeluk kepalanya, terkekeh karena geli akibat ulahnya.
"Selamat pagi kesayangan" aku mengucapkan selamat pagi sembari mencubit pipinya. Ia mendongak dengan wajah ngantuk nya. Lalu mencebikkan bibirnya seperti biasa saat meminta ciuman. Aku tersenyum kemudian mengabulkan permintaan nya.
Lalu aku mengecup bibir nya cukup lama.Kami memang tidak semuda dulu. Gadis manis kesayanganku kini sudah menjadi wanita matang berusia 32 tahun. Itu artinya aku pun semakin menua.
Tapi meski kami telah berusia matang, setiap harinya kami layaknya sepasang remaja yang sedang kasmaran.Aku ingin berbagi cerita selama kami hidup bersama selama 4 tahun ini.
Kami masih tinggal di Surabaya. Dirumah yang sama. Bertiga bersama Padmaya yang kini sudah menjadi siswa kelas 3 Sekolah Dasar.Aku dan Padma Lintang memang tidak menikah. Itu hal yang sulit dilakukan di negara ini. Meski sebenernya itu adalah impian terbesar kami. Bisa saja kami pergi ke luar negeri dan menikah disana. Tapi kami mempertimbangkan banyak hal.
Awalnya aku berpikir jika Padma Lintang hanya menjadikanku sebagai pelarian nya saja karena suaminya meninggal. Tapi setiap saat ia selalu meyakinkan diriku bahwa ia mencintaiku dengan ketulusan.
Orangtua Andriyo tak pernah lagi datang berkunjung. Mereka hanya berkomunikasi dengan cucunya saja. Mereka membenci kekasihku. Tetapi mereka tidak mengetahui hubungan kami.
Yang mengetahui hubungan kami justru keluarga Padma Lintang yang tinggal di Dusun. Walau di awalnya mereka menentang keras hubungan kami, namun pada akhirnya mereka memilih untuk lepas tangan.
Mereka tidak pernah mengusik kami. Mereka hanya diam namun bukan berarti mendukung hubungan kami. Kecewa? Tentu saja mereka kecewa. Tapi Padma Lintang bukan lagi anak remaja yang hanya menurut. Ia bersikeras ingin hidup sesuai keinginannya. Itu lah mengapa keluarga nya lepas tangan, tak mau lagi ikut campur.Namun yang paling menyakitkan adalah, Padmaya yang semakin menjaga jarak denganku. Gadis kecil berusia 8 tahun itu semakin jarang berbicara denganku. Jika pun berbicara, itu hanya seperlunya saja. Kami tidak lagi seperti bibi dan keponakannya layaknya 4 tahun silam.
Aku sendiri telah menganggapnya seperti anakku sendiri, meski pun aku tak pernah mengatakan nya secara langsung.
Gadis kecil itu semakin cantik dan begitu mirip dengan ibunya. Ia seperti duplikat Padma Lintang.Soal Padma Lintang, ia benar-benar menjelma menjadi wanita matang yang menawan. Penuh karisma dan tegas didepan orang lain. Namun jika bersamaku, ia akan menjadi gadis kecil yang manja. Mirip seperti ia 12 tahun yang lalu.
Sejak hidup bersama Padma Lintang, aku semakin mengerti banyak hal. Ia mengajarkanku banyak sekali keragaman hidup. Karena meski aku lebih tua darinya, hidupku hanya berpusat pada menari dan pekerjaan rumah. Tidak pernah keluar dari Dusun sehingga aku tidak mengenal dunia luar. Dan tentunya kami lahir dari generasi yang berbeda.
Sementara ia adalah orang yang berwawasan luas. Sejak kecil hidup di kota dengan segala kelayakan nya. Ia diajari banyak pelajaran, dikenalkan pada banyak hal. Sehingga tidak heran jika sekarang ia benar-benar menjadi wanita yang sukses.Walau pun ia lebih muda. Namun ia selalu memenuhi segala kebutuhan materi ku. Sejak hidup bersama Padma Lintang, aku tidak pernah merasa kekurangan. Aku sering menolak pemberian nya yang menurutku berlebihan. Namun ia selalu berkata, bahwa aku pantas menerima semua itu.
Aku bukan lagi Mahika Maya dengan pakaian nya yang sederhana. Karena Padma Lintang selalu membelikanku pakaian-pakaian mahal. Ia rutin mengajakku untuk melakukan perawatan. Rutin mengajakku untuk berolahraga. Karena menurutnya, semakin bertambahnya usia, kita harus memperhatikan kesehatan.
Lihatlah, ia merawatku dengan sangat baik. Ia memenuhi segala kebutuhanku tanpa kurangnya. Aku seperti Nyonya gedongan yang menikah dengan daun muda.
Akhir-akhir ini kami sudah jarang berselisih paham. Kami selalu belajar untuk saling mempercayai.
Terkadang aku takut ia berpaling dariku, aku takut ia bosan hidup bersama wanita tua seperti ku. Namun ia selalu mengatakan padaku bahwa usia bukanlah masalah jika dua hati sudah saling terikat.
Ia selalu berkata bahwa aku tetaplah cantik berapapun usiaku. Menurutnya, aku tidak berubah. Masih seperti Mahika Maya 12 tahun yang lalu. Ah, wanita ini gemar sekali menggombal.
Aku seperti sekarang ini juga karena ia yang merawatku dengan baik dan memenuhi segala kebutuhan ku.Ia tak pernah meminta macam-macam padaku. Ia hanya ingin aku selalu berada di sisinya dan tidak pernah pergi darinya. Bagaimana mungkin aku akan meninggalkan nya, sementara ia telah mencuri hatiku bahkan sejak ia masih kanak-kanak.
Aku masih tidak percaya jika wanita yang aku peluk saat ini, pernah aku gendong puluhan tahun yang lalu. Takdir mempertemukan kami kembali pada suatu masa yang tak pernah kami sangka.
BERSAMBUNG
bentar lagi bakal ada bonus part. Sorry ye klo jarang apdet. Hayati sibuk jualan

KAMU SEDANG MEMBACA
"PELET" Mahika Maya (GxG)
FantasíaKetika seorang gadis muda hampir gila karena guna guna sebuah ilmu pelet seorang penari