1

245K 3.7K 35
                                    

"Ayolah Navia, kita harus segera sampe di TKP! Bisa nggak sih lo cepetin langkah lo yang lelet banget? Jalannya siput aja lebih cepet daripada larinya lo!" oceh Karin padaku.

Karin antusias banget narik tanganku ampe merah. Dia nggak punya perikemanusiaan sama aku. Hanya demi acara pameran lukisan, aku dibikin sengsara kayak gini.

"Nah, itu gedungnya! Buruan!" kata Karin dengan geram.

"Gue udah capek Rin. Lari-larian kayak gini bikin gue dehidrasi!" keluhku.

Karin tak bergeming. Justru semakin mencengkeram lenganku. Alhasil aku mengerang kesakitan. Dengan muka tanpa dosa, Karin membawaku masuk ke gedung pameran. Hawa dingin menyambut kami saat kami masuk.

"Wow... this is amazing!" seru Karin.

Karin norak! Iya sih dekorasi dan tata ruang galeri pameran lumayan bagus, tapi nggak se-ekstrem gitu mujinya. Ah, memalukan!

"Navia, ayo kita lihat ke lukisan di sebelah situ!" ajaknya.

Ku ikuti ajakan Karin. Kami berpapasan dengan mas-mas pembawa minuman. Ku berhentikan dia, ku minta minumannya, dan ku minum dengan segera. Lumayan untuk basahin tenggorokanku yang kering.

"Ishh, cara lo minum kok nggak elegant gitu ya?" Karin menatapku jijik.

"Eh, lo yang nggak elegant. Narik gue nggak punya etika! Nih lengan gue lecet. Sakit tau!" keluhku kesal.

Karin mendengus kesal.

"Oke gue yang salah. Sekarang ikutin gue!" kata Karin.

Iya dia ngaku salah. Tapi kata maafnya nggak tulus. Ngajaknya juga terkesan maksa. Ini kalo bukan sohib deket, udah aku jambak rambut ikalnya. Karin ngacir menuju galeri lukisan bertema kerajaan.

PRAAANNNGGG....!!!!!

Sebuah guci berukuran besar, pecah setelah terjatuh dari penyangganya. Aku yang menjatuhkannya. Ini efek lamunanku yang berniat mengerjai Karin. Tapi masalahnya, aku membuat masalah untuk diriku sendiri.

"Apakah Anda yang menjatuhkan gucinya?" tanya security tiba-tiba.

DEG. Sejak kapan ada security di sini? Mana tubuhnya gede lagi. Bisa apa aku? Apa aku akan dibawa ke kantor polisi? Aku nggak mau dipenjara. Itu menyedihkan sekali. Aku nggak mau. Hiks hiks hiks...

"Pergilah! Biar gue yang urus permasalahan ini!"

Ku buka tanganku yang mendekap wajahku. Sesaat ku tatap pria berpostur tinggi yang setidaknya menolongku dari security itu.

"Lo nggak papa?"

"I... iya nggak papa. Tapi makasih ya, gue udah ditolongin!" kataku senang.

Dia mengangguk. Sekilas tersenyum kepadaku. Manisnya kebangetan. Aku mana tahan dikasih senyum kayak gitu. Aku meleleh...

"Ikut sama gue!" perintahnya dingin.

Loh, kok tiba-tiba sikapnya aneh. Senyum malaikatnya berubah jadi senyuman devil. Aku bergidik ngeri. Karin juga kemana? Dia tak ada saat aku membutuhkannya. Sahabat macam apa dia itu?

Ku ikuti langkah kakinya yang berjalan cepat. Aku ingin protes padanya, tapi aku nggak mau dia tambah kesal. Senyuman devil-nya itu sudah cukup mewakili betapa kesalnya dia padaku. Tibalah kami di sebuah ruangan yang cukup ekslusif. Ruangan privasi pria itu mungkin. Aku cuma bisa mereka-reka saja.

"Lo tau apa salah lo?"

DEG. Jantungku serasa copot dibuatnya. Kenapa tatapan matanya horor begitu? Aku jadi bergidik ngeri.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang