Hai, nih Inem datang lagi. Semoga bisa mengobati kangennya ya. Maaf kalau banyak typo, soalnya tidak sempat di edit terlalu banyak. Keburu dah janji mau di posting. Hehehe...
"Aarrgghhh..." jerit Jodha tertahan memegang bahu kirinya yang kesakitan. Dia jatuh berlutut dengan satu kaki. Wajahnya meringis. Jalal, Nadia, Mansingh yang terkejut melihat kejadian yang sekejap mata itu terjadi langsung berlari menghampiri Jodha. Bahkan Nadia langsung membuang kotak popcornnya dan meloncat menghampiri Jodha dengan tidak sabar.
"Nem..." panggil Jalal dengan panik, "ka-kamu kenapa? Astaga, Ka-kamu berdarah Nem." Kata Jalal melihat darah merembes di sela-sela jari tangannya yang memegang bahu. Wajahnya meringis kesakitan, membuat Jalal tidak tega melihatnya. Dia segera merangkul pinggal gadis itu dan membantunya berdiri.
"Jo, kamu di tembak. Kurang ajar mereka." Umpat Nadia.
"Stt, sudah Beb. Kita bawa Jodha kerumah sakit secepatnya." Kata Mansingh menenangkan Nadia yang emosi. Nadia mengangguk. Dia segera berlari menuju jeep Jalal, karena memang awal datangnya dia juga yang mengemudi. Dengan cepat dia membawakan jeep tersebut ketempat ketiga orang tersebut berada.
"Ayo naik." Teriaknya dari balik kemudi.
"Ayo Nem, kita kerumah sakit sekarang." Ucap Jalal dengan suara bergetar. Dengan wajah meringis Jodha bangkit, dibantu Jalal yang menggandeng pinggang dan bahu kanannya, karena tangan kanan Jodha membekap lukanya. Dengan tertatih-tatih Jodha berjalan menuju jeep itu yang pintunya sudah dibukakan oleh Mansingh. Sementara orang-orang mulai banyak berkerumun akibat mendengar suara tembakan tadi.
"Tolong minggir, beri kami jalan. Teman kami harus segera dibawa kerumah sakit." Bentak Nadia kepada orang-orang yang menghampiri jeepnya untuk melihat keadaan Jodha yang sudah dalam pelukan Jalal. Dengan perlahan kerumunan orang-orang itu pun membubarkan diri. Mansingh naik dan duduk di kursi penumpang disamping Nadia, "pasang seat belt dengan kencang Bang. Kita harus segera sampai nih." Perintahnya kepada Jalal dan Mansingh. Kedua orang tersebut menuruti perkataan Nadia. Bahkan Jalal memasangkan seat belt itu kepada Jodha yang masih diam meringis kesakitan.
"Bertahan sebentar sayang, sebentar lagi lukamu akan di obati." Ucap Jalal tanpa sadar memanggil Jodha dengan panggilan sayang, karena memang dia panik tidak tahu harus berbuat apa kecuali memeluk tubuh Jodha.
Jodha tersenyum tipis di sela wajah kesakitannya, "saya tidak apa-apa Tuan, nggak usah terlalu panik gitu." Ucap Jodha pelan, berusaha menenangkan tuan mudanya.
"Tidak apa-apa bagaimana? bahumu luka dan peluru itu masih di dalam kamu masih bisa bilang tidak apa-apa, heh?" bentak Jalal tanpa sadar sambil memasangkan seat belt untuk Jodha, dan gadis itu hanya diam saja. Dia mengerti kepanikan tuan mudanya. Keringat dingin membasahi dahinya, Jodha hanya bisa tersenyum dalam hati. Yang sakit siapa yang panik siapa?
"Sudah Bang?" Nadia menoleh kebelakang. Jalal mengangguk.
"Sudah Nad."
"Oke. Let's go." Ucap Nadia menginjak pedal gas dengan kencang, sampai ketiga orang tersebut tersentak karena dia langsung tancap gas.
"Hati-hati Beb." Kata Mansingh dengan wajah tegang karena Nadia menjalankan jeep itu dengan kecepatan tinggi. Sesekali dia menekan klakson tanpa mengurangi kecepatannya.
"Oke, tenang saja. Serahkan saja kepadaku Bang." Sahut Nadia dengan pandangannya fokus ke depan. Bahkan, ketika lampu kuning sudah menyala dia tidak mengurangi kecepatannya. Dengan berkali-kali menekan klakson panjang dia menyuruh kendaraan lain minggir dengan sendirinya. Untunglah, hari sudah malam sehingga kendaraan yang berada di jalan raya itu sudah banyak berkurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
FanficAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...