Met malam semuanya. Inem datang lagi nih. Semoga masih ada yang menunggu ceritanya ya. hehehe....
Maaf kalau typo.
======000=====
Tiga bulan kemudian.
Dua setengah bulan yang lalu, Sujamal menepati janjinya untuk melamar Zeenat secepatnya. Dan hanya butuh dua minggu untuk mereka merencanakan acara lamarannya. Karena pada intinya, orang tua dan keluarga Zeenat sudah setuju dengan hubungan mereka berdua.
Sebulan kemudian, mereka berdua benar-benar menikah. Jodha dan Jalal tentu saja sangat senang melihatnya. Tidak sia-sia mereka jadi mak comblang. Memang agak susah sebenarnya hubungan mereka berdua kalau dibiarkan berjalan dengan sendirinya tanpa adanya ikut campur pihak lain, karena Zeenat adalah tipe orang yang santai sedangkan Sujamal adalah tipe orang pemalu. Jadi kalau tidak ada yang memaksa dan mendesak, maka hubungan mereka akan ngalir terus tanpa tujuan. Gitu terus sampai terus sampai kebo bertelur, dan ayam beranak. Hahaha...
Sementara itu hubungan ayahnya Jodha, Pak Bharmal dengan Bu Meenasudah semakin dekat. Shivani sudah mau berbicara dengan pria tersebut. Terkadang Jodha dan suaminya main lagi ketempat Bu Meena sekedar ingin mendekatkan diri dan mengakrabkan hubungan mereka. Sekarang hanya tinggal menunggu waktu bagi Pak Bharmal memantapkan diri untuk melamar wanita pujaannya.
Tentunya Pak Bharmal dan Bu Meena tidak ingin egois, mereka menghormati keinginan anak-anak mereka. Sebagai orang tua mereka juga tidak ingin anak-anak mereka merasa tidak nyaman dengan hubungan mereka berdua, karena tentu tidak mudah menerima orang yang asing tiba-tiba hadir di dalam keluarga untuk jangka waktu yang lama. Apalagi mereka berdua sama-sama tidak sendiri, masing-masing punya anak yang harus dipertimbangkan perasaannya.
Sementara itu, kandungan Jodha sudah menginjak usia enam bulan. Perutnya sekarang sudah terlihat membesar. Baju-baju yang dulu terpaksa harus disimpan, dan dia harus memborong baju-baju longgar untuk dipakainya seiring bertambahnya usia kandungannya.
Sementara itu sifat ngambeknya perlahan sudah mulai berkurang, hanya saja sifat possesif, mudah curiga, cemburuan, masih saja tidak bisa dihilangkan.
"Ganti. Terlalu terang."
"Ganti. Terlalu ketat."
Jalal menghela nafas. Ini yang ketiga kalinya, istrinya menyuruhnya mengganti pakaian. Rencananya sore ini dia akan mengantarkan Jodha untuk melakukan senam hamil. Namun perempuan itu tidak mau suaminya berpakaian yang rapi dan terlihat tampan. Dia tidak mau nanti para ibu hamil dan perempuan disana gagal fokus karena kehadiran suaminya.
Jalal masuk lagi ke walk in closet untuk mengganti pakaiannya. Dia bingung sekarang harus pakai baju apalagi. Tiba-tiba matanya tertumbuk kepada baju koko yang biasanya dia gunakan untuk sholat. Dia tersenyum miring, semoga saja kali ini istrinya tidak menyuruhnya ganti lagi.
"Kalau ini gimana, Sayang?" tanya Jalal kepada istrinya yang duduk dipinggir tempat tidur sembari melihat layar ponsel. Jodha mendongak. Dia melongo dengan mulut menganga.
Jodha merutuk dalam hati melihat penampilan suaminya. Sekarang malah penampilan suaminya lebih berwibawa dan ganteng. Jalal memakai baju koko berwarna krem dengan celana jeans. Haduuuh, bagaimana caranya ya agar suaminya itu tidak terlalu terlihat mencolok kalau dibawa didepan umum. Pusing Jodha memikirkannya.
"Bagaimana, Sayang? Ini saja ya?" tanya Jalal karena melihat istrinya yang terdiam.
"Kalau ini malah bikin kamu tambah berwibawa, Sayang." Bahu Jalal merosot. Ada sedikit rasa kesal dihatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
FanfictionAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...