Hai semua, Inem datang lagi nih. Maaf ya akhir-akhir ini updatenya lemot. Sebisa mungkin aku usahakan untuk update, meski gak rutin seperti biasanya. Yang penting hadir yaaa... maaf, maaf banget. Semoga masih ada yang menunggu.
Maafkan nggak sempat balas komen kemarin, maklum dikejar tugas harus selesai sebelum cuti lebaran. Jadi minta dimaklumi ya. hehehe...
========00000=======
Rahim melajukan motornya kearah sekolah Aram dengan tidak sabar. Diantara semua adik-adiknya, hanya Aram yang selalu ingin dekat dengannya. Dan secara tidak langsung membuatnya merasa dekat dengan gadis kecil itu. Pikirannya was-was memikirkan sesuatu yang terjadi kepada bocah tersebut.
Untung saja jalan belum terlalu macet karena belum waktunya jam pulang kerja, sehingga dia bisa ngebut untuk sampai ditujuannya.
Sesampainya di depan gedung sekolah, nampak pagar sudah tertutup dan tergembok rapi. Rahim bingung ingin masuk kesana. Mau manjat pagar nanti malah dibilang maling, mau nungguin siapa tahu ada yang keluar atau masuk tapi sampai kapan? Takut terjadi apa-apa dengan Aram.
Eh tapi,
Bukankah biasanya disekolah itu ada penjaga sekolahnya? Ada yang khusus ngurus dan merawat sekolah. Siapa tahu penjaga sekolahnya bisa membantunya mencari Aram.
Rahim masih celangak-celinguk melihat keadaan gedung sekolah dari balik pagar, siapa tahu ada orang disana. Namun karena tidak ada orang yang terlihat, dia mencoba menelpon ponsel Aram. Berulangkali namun hasilnya tetep sama. Tidak aktif. Rahim semakin cemas.
Tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada yang menelpon, ternyata temannya Egi.
"Ya Gi?"
"Kamu dimana, Den?"
"Sorry, tadi aku tinggal. Aku keburu masalahnya."
"Emang kamu kemana?"
"Sorry Gi, aku nyari adikku nih. Nggak pulang-pulang dari sekolahnya. Tanteku panik dan minta tolong aku buat nyarikan."
"Adik kamu yang mana? Yang gadis kecil kemarin?"
"Iya."
"Kok bisa? Emang dia kemana?" Rahim berdecak.
"Kalau tau kemana pasti nggak akan bingung Gi."
"Oh iya ya. dia bawa ponsel nggak?"
"Bawa, tapi nggak aktif."
"Sudah coba lacak pake GPS belum?" dahi Rahim berkerut.
"Emang bisa dilacak ya kalau ponselnya mati?"
"Paling nggak kan bisa tau terakhir kali dia ada dimana?" Rahim mengangguk-angguk.
"Benar juga Gi. Ya udah, aku tutup dulu ya. Aku mau coba lacak GPS nya. Siapa tahu bisa."
"Oke."
"Ya udah, sekarang alamat kamu dimana? Biar aku susul, siapa tahu bisa bantu."
"Oke. Ntar aku sms."
Rahim segera menutup teleponnya dan segera mengirim sms kepada Egi sahabatnya. Setelah itu dia kembali fokus dengan ponselnya untuk melacak GPS terakhir dari ponsel Aram.
Lagi sibuknya memeriksa GPS ponsel Aram, tiba-tiba terdengar suara orang menegurnya, Rahim sedikit tersentak, "nyari apa Dek?" ternyata seorang pria setengah baya berdiri dibalik pagar sekolah sambil tersenyum ramah.
"Maaf Pak, apa boleh saya masuk?" tanya Rahim dengan sopan. Pria tersebut mengernyitkan keningnya.
"Ada keperluan apa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
FanficAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...