Met siang, hai semua. Aram datang lagi nih. Sekarang peran Inem sudah sedikit berkurang ya. hihihi... nggak apa-apakan?
Oh ya, sebelumnya aku ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga bisa melaksanakan puasanya dengan lancar tanpa halangan. Maafkan tadi malam nggak sempat posting, soalnya kemarin ada acara seharian, jadinya malam langsung tepar.
Sekalian aku mau bilang kalau selama puasa aku tetap update, hanya saja waktunya aku belum tau. Bisa sering, atau bisa juga agak telat. Tergantung keadaannya, bukan truk gantung loh ya. hahaha... #abaikan.
Ya sudah kepanjangan catatannya, silakan dinikmati ceritanya. Semoga nggak garing, dan maaf kalau ada typo ya.
Happy reading.
=======0000======
"Kita pulang ya Nda?" tanya Aram ketika melihat bundanya berkemas. Jodha mengangguk.
"Iya Sayang. Tapi nanti siang aja, Ayah mau ke kantor dulu." Aram manggut-manggut.
"Abang nanti kesini lagi nggak ya Nda?" gumam Aram, namun Jodha mendengarnya. Dia menghela nafas dan menghampiri putrinya. Jodha duduk dipinggir ranjang disamping Aram. Tangannya mengusap lembut rambut anaknya.
"Sayang..." Aram menatap bundanya.
"Ya Nda?"
"Aram sayang sama Abang?" Aram mengangguk cepat, "kalau sayang, mulai sekarang jangan sering-sering minta Abang nemenin Aram?" dahi Aram sedikit berkerut.
"Kenapa Nda?"
"Kan Abang sibuk latihan biar bisa diterima jadi tentara, nanti kalau Abang sering nemenin Aram trus Abang jarang latihan, ntar Abang gagal masuk sekolah tentara gimana? Kan kasihan." Kembali Aram manggut-manggut.
"Gitu ya Nda?" Jodha mengangguk, "tapi kalau Aram kangen gimana Nda?" Jodha menggeleng.
"Kan Aram bisa nelpon, atau chatting sama Abang. Kan hari minggu juga Aram pasti ketemu sama Abangkan?" lama Aram terdiam, dia sepertinya berpikir sebelum akhirnya dia mengangguk.
"Iya deh Nda. Aram janji nggak ganggu Abang. Kasihan nanti Abang nggak lulus masuk sekolah tentaranya." Jodha tersenyum.
"Nah gitu dong." Aram ikut tersenyum, "dan Aram juga harus janji..."
"Janji apa Nda?"
"Aram harus janji rajin belajar, biar cepat lulus dan pinter biar Abang bangga sama Aram?" Aram nampak sumringah mendengar ucapan bundanya. Dia mengangguk.
Iya Nda. Aram janji. Aram mau belajar yang rajin biar cepat lulus dan biar Abang tambah sayang sama Aram." Jodha tersenyum, dia mencium kening putrinya dan mengusap rambutnya.
"Ya sudah, kalau begitu Bunda berkemas dulu ya. Biar nanti Ayah jemput kita langsung pulang."
"Iya Nda."
Jodha meninggalkan Aram yang masih duduk diranjangnya. Dia hanya memperhatikan bundanya tanpa berkata apa-apa lagi. Senyum bahagia terpancar dari wajahnya yang polos.
Siang harinya Jalal menjemput mereka berdua untuk pulang. Kondisi Aram sudah mulai membaik. Dia termasuk gadis yang kuat, meski lebam di tubuhnya masih terlihat namun dia tidak terlihat kesakitan ataupun cengeng. Mungkin karena dia terbiasa berkelahi sehingga hal semacam itu tidak begitu berarti buatnya.
Sesampainya dirumah, ternyata neneknya, Bu Hamidah dan kakeknya sudah menunggu mereka beserta keempat adiknya.
"Selamat datang Aram Sayang? Gimana? Sudah sembuh?" Tanya Bu Hamidah memeluk dan mencium cucunya itu. Aram mengelinjang kegelian sekaligus meringis karena memarnya masih terasa sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
FanfictionAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...