Hai semua, selamat malam. Inem datang lagi nih, buat kemarin yang sudah menebak siapa si "Dia" silakan dicek, benar apa tidak? Qiqiqi... tenang aja, aku nggak curang kok. Emang udah ada dalam draf alur ceritaku. Jadi kalau ada yang tebakannya benar, selamat aku akan posting hari kamis depan. Tapi kalau salah ya, seperti biasa. Hihihi.... silakan di cek ya.
==========0000=========
"Dia?" ucap mereka berdua bersamaan.
Keduanya kembali melihat kearah orang yang dimaksud Jodha tadi.
"Ayo Sayang, kita kesana. Aku jadi penasaran." Kata Jodha bersemangat. Jalal mengangguk. Keduanya keluar dari mobil dan berjalan kearah orang tadi.
"Sabar Sayang, jalannya pelan-pelan saja." Tegur Jalal ketika melihat istrinya berjalan cepat. Wanita itu mengurangi kecepatan langkahnya.
"Iya, iya. Aku kan penasaran." Sahut Jodha dengan wajah cemberut. Jalal tersenyum, dia menggandeng tangan istrinya. Sesampainya mereka didekat orang tersebut, lebih tepatnya dibelakang dua orang yang sedang asyik berbincang yang sesekali berpegangan tangan, keduanya kembali saling pandang. Tidak salah lagi. Mereka tidak salah lihat. Jodha tersenyum, sebelum akhirnya dia membuka suara menyapa.
"Permisi," sapanya dari belakang, Jalal hanya bisa menahan ketawa membayangkan ekspresi orang yang disapa istrinya. Kedua orang tersebut menoleh kebelakang. Nampak yang laki-laki terkejut melihat Jodha dibelakangnya dengan senyum senang.
"Rani?" kata laki-laki yang tidak lain adalah Pak Bharmal, ayah Jodha sendiri. Sementara wanita disampingnya itu hanya bisa menatap heran kearah Jodha dan ayahnya.
"Hai, Ayah. Sepertinya ada rahasia yang belum aku tau?" goda Jodha sambil tersenyum. Pak Bharmal salah tingkah, wajahnya sedikit agak merah, "aku nggak dikenalin nih?" Jalal tertawa melihat istrinya menggoda ayahnya.
"Ehm, i-ini teman Ayah. Namanya Meenawati." Kata Pak Bharmal sedikit gugup, Jodha mengangkat sebelah alisnya dengan senyum dikulum, kemudian Pak Bharmal menoleh kearah wanita disampingnya itu, "Meena, ini Rani, anakku yang aku ceritakan itu." Bu Meenawati mengulurkan tangannya menyalami Jodha dengan senyum malu.
"Meenawati, panggil Meena saja."
"Aku Rani, Tante. Bisa dipanggil Jodha." Sambut Jodha dengan hangat. Bu Meenawati mengangguk, "ini suami saya, Jalal." Kata Jodha memperkenalkan suaminya. Jalal pun mengulurkan tangannya menyalami Bu Meenawati.
Setelah bersalaman dengan teman wanita ayahnya, kini Jodha menatap ayahnya dengan senyuman menggoda, "Jadi? Apa yang kami nggak tau, Ayah?" Pak Bharmal kembali tersenyum malu, begitu juga dengan Bu Meenawati. Keduanya saling lirik. Jodha dan Jalal tersenyum geli melihatnya.
"Kami..., Ayah..." Pak Bharmal bingung mau berkata.
"Ya sudah, Yah. Kita cari tempat untuk bercerita dulu. Ya kan, Sayang?" kata Jalal menengahi kegugupan ayah mertuanya itu. Jodha mengangguk.
"Iya Benar. Ayo Yah kita cari tempat buat bersantai dulu." Dengan terpaksa Pak Bharmal dan Bu Meenawati mengikuti langkah anak dan menantunya itu.
Jalal membawa mereka ke cafe sederhana yang banyak terdapat di pinggir pantai. Dia sengaja memilih tempat yang agak jauh dari penunjung lain. Karena tentu saja, dia ingin menjaga perasaan istrinya yang sebelumnya marah hanya karena banyak wanita yang menatapnya.
"Ayo, Yah. Sekarang cerita. Kok Ayah nggak ngasih tau aku sih?" tanya Jodha ketika sudah duduk di cafe. Jalal memesan es kelapa muda yang diminum langsung dari batoknya.
Pak Bharmal kembali tersipu. Dia melirik teman wanitanya itu. Keduanya saling lirik, sembari tersenyum malu. Jodha ingin ketawa saja rasanya melihat ayahnya seperti itu, namun juga bahagia. Dia senang karena ayahnya mau membuka hati lagi untuk mengenal wanita lain selain almarhumah ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
FanfictionAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...