HADIAH ISTIMEWA

4.4K 90 73
                                    

Hai, Inem datang lagi nih buat nemanin malam mingguan. Makasih banyak untuk yang sudah mengapresiasi ceritaku yang absurd ini dengan ngasih like dan komen. Senang banget, masih ada yang suka. Hehehe...

==============000===============

Sesampainya mereka di rumah hari sudah mulai senja. Jodha segera memasak pesenan suaminya setelah terlebih dahulu mencatat resepnya. Sedangkan Jalal kembali ke kamarnya sambil mengerjakan pekerjaannya melalui tab yang selalu dibawanya. Jodha memasak dengan dibantu Bi Ijah. Meski keduanya belum pernah mengenal masakan yang sedang mereka masak, tetapi keduanya tetap bersemangat mengerjakannya.

"Ini masakan apa sih Jo?" tanya Bi Ijah sambil mengupas udang, memotong cumi dan kakap fillet dan membersihkan kerang. Sementara Jodha menyiapkan bumbu-bumbunya.

"Katanya sih masakan luar negeri Bi." Sahut Jodha sambil tersenyum. Bi Ijah terkekeh.

"Emang apa bedanya sama masakan kita Jo?" Jodha mengangkat bahunya.

"Aku juga nggak tau Bi. Ntar kalau sudah mateng kita cobain ya. Emang rasanya gimana kok kayaknya suka banget." Bi Ijah terkekeh.

"Iya Jo, Bibi juga penasaran nih. Kok Tuan Muda sampai pesen minta dibikinkan dan mau repot-repot mengantar belanja." Jodha tersenyum dengan tangan yang masih sibuk memasak.

"Iya Bi, aku juga penasaran. Kalau dilihat resepnya seperti resep masakan yang biasa aja."

"Makanya Bibi jadi penasaran Jo." Jodha terkekeh.

Iya, dia juga penasaran kenapa suaminya sampai ngebet sekali ingin dibikinkan masakan seperti itu. Namun seperti biasa, dia tidak banyak tanya. Dia selalu menuruti keinginan suaminya itu semenjak bekerja dirumah ini dulu, meski terkadang harus menahan jengkel.

Selesai memasak, Jodha dan Bi Ijah mencicipi rasa masakannya. Kening keduanya berkerut.

"Walah, begini aja toh rasanya?" gumam Bi Ijah setelah mencicipi masakan mereka. Jodha tertawa cekikikan.

"Iya Bi. Ternyata cuma begini ya. Rasanya sama aja kayak masakan kita." Bi Ijah mengangguk.

"Iya Jo. Bibi pikir rasanya gimana gitu."

"Apa kita salah masaknya ya Bi?" tanya Jodha lagi sembari melihat lagi catatan resepnya. Bi Ijah menggeleng.

"Sepertinya enggak kok Jo, semua sudah sesuai. Ya sudah, sekarang kita siapin makan malam aja. Ntar tanyakan sama suami kamu, bener tidak rasanya seperti itu."

"Iya Bi."

Selesai memasak, keduanya menyiapkan makan malam dan membereskan dapur sehabis memasak tadi. Setelah itu, dia naik ke kamarnya dan melihat suaminya sedang bersandar di sandaran ranjang dengan tangan memegang tab untuk kerja. Sesekali keningnya berkerut, dia terlihat serius sekali.

Jodha tersenyum. Dia menghampiri suaminya dan duduk disampingnya, di pinggir tempat tidur. Jalal menoleh dan tersenyum, lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Sibuk sekali ya?" tanya Jodha dengan lembut.

"Enggak juga Sayang, hanya memeriksa aja. Lagian daripada bengong ditinggal istri masak, lebih baik dibawa kerjakan?" Jodha tersenyum lagi, "gimana? Sudah matang belum Tom Yam pesananku?" tanya Jalal mematikan tab miliknya dan meletakkannya di nakas. Jodha mengangguk.

"Sudah. Tapi, aku nggak tau apa rasa seperti itu atau gimana. Karena aku belum pernah memakannya." Jalal terkekeh mendengar ucapan istrinya. Kedua tangannya menggenggam tangan istrinya dengan satu tangannya menepuk-nepuk punggung tangan Jodha.

"Nggak apa-apa Sayang, apapun rasanya yang penting kamu yang masak. Pasti aku makan kok." Jodha tersenyum malu, "kalau begitu, ayo kita turun. Aku sudah laper nih." Jodha mengangguk.

BIARKAN AKU JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang