PENASARAN

3.2K 92 29
                                    

Jalal menggenggam erat tangan Jodha. Mereka berdua saling berpandangan dan tersenyum. Dihadapan mereka berdua berdiri terhampar lembah yang luas. Hijaunya pemandangan yang terlihat sangat menyejukkan mata, dengan disinari mentari pagi yang masih bersinar malu-malu namun kehangatannya sangat terasa. Bahkan kehangatan itu menelusuk ke dalam hati kedua insan yang sedang berbahagia.

Jodha memejamkan matanya menikmati hangatnya mentari dan sejuknya udara. Aroma kesegaran khas alam membuat hatinya tenang, bahkan tanpa dia sadari sudah cukup lama dia memejamkan matanya. Sementara laki-laki disampingnya itu hanya menatapnya tanpa berkedip, seakan takut pemandangan gadis yang memejamkan matanya itu akan hilang seandainya dia mengedipkan matanya.

Perlahan Jodha membuka matanya dan menoleh ke samping. Tersenyum kepada laki-laki yang selalu menatapnya dengan penuh cinta. Jalal merasa hatinya terasa penuh dan sesak. Betapa gadis pujaannya kini ada di depannya dengan senyuman yang teramat menyejukkan jiwa.

Jalal membalikkan badannya menghadap Jodha. Kedua tangannya memegang bahu gadis itu, dan di tatapnya dalam-dalam wajah Jodha.

"Nem...,"

"Ya Tuan...,"

"Aku cinta sama kamu." Jodha menunduk dengan wajah memerah.

Jalal menyentuh dagunya dan mengangkat wajah Jodha. Gadis itu menatap Jalal dengan malu-malu.

"Saya juga cinta sama Tuan." Ucap Jodha kembali menunduk. Binar kebahagiaan terpancar di wajah Jalal.

"Benarkah?" Jodha mengangguk, "ucapkan sekali lagi Nem." Pinta Jalal dengan penuh harap.

"Iya. Saya juga cinta sama Tuan."

Tak dapat dibendung lagi kebahagiaan Jalal saat ini. Dilepaskannya pegangan tangannya yang berada dibahu Jodha dan berbalik menghadap ke arah lembah seraya berteriak kencang dengan gembira. Seakan semua rasa yang pernah menyakitkan hatinya hilang sudah tanpa berbekas.

Setelah puas berteriak, Jalal kembali menghadap ke arah Jodha dan melihat gadis itu tersenyum malu-malu menatapnya. Dengan penuh kerinduan Jalal memeluk erat tubuh Jodha. Diresapinya kebersamaannya mereka kali ini. Ah, dia tahu kalau dia adalah orang yang paling bahagia hari ini. Bersama terbitnya mentari pagi, begitu juga dengan cintanya seindah bias cahaya yang diberikan oleh matahari.

Jalal melepaskan pelukannya dan kembali menatap wajah Jodha dengan kebahagiaan yang tiada taranya. Senyumnya seakan enggan untuk hilang dari bibirnya.

"Kamu tahu nggak Nem, apa beda kamu dengan matahari?" Jodha berpikir sejenak dan menggeleng.

"Tidak tahu Tuan."

Jalal menunjuk ke arah matahari, "kalau matahari bersinar untuk menerangi alam setelah kegelapan dan memberikan panasnya untuk kehidupan mahkluk dibumi," Jalal berpaling lagi ke arah Jodha dan memegang tangan kanan Jodha serta menempelkannya di dadanya, "kalau kamu menerangi kegelapan hatiku dan memberikan kehangatan diseluruh syaraf kehidupanku." Jodha tersenyum malu mendengar ucapan dari tuan mudanya itu.

"Apa begitu berartinya kehadiran saya buat Tuan?" tanya Jodha membuat Jalal mengangguk cepat.

"Tentu saja Nem, kamu sangat berarti dan sangat berharga untukku." Kembali wajah Jodha memerah. Dia menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Nem...," panggil Jalal. Jodha mengangkat wajahnya dan menatap tuan mudanya yang sedang memberikan senyuman paling indah dimatanya saat ini.

Perlahan Jalal mendekatkan wajahnya ke wajah Jodha, dan gadis itu menanti dengan berdebar apa yang akan dilakukan tuan mudanya itu. Semakin lama wajah Jalal semakin mendekat, dan tatapan matanya terlihat menggelap berbeda dengan biasanya. Jodha tidak sanggup membalas tatapan itu karena dia tidak mengerti artinya, sehingga dia hanya memejamkan matanya dan menunggu apa yang akan terjadi.

BIARKAN AKU JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang