CINTA ATAU OBSESI?

2.3K 65 16
                                    

Met sore ya, Inem datang lagi nih. Maaf, kalau part ini lumayan banyak scene Ruq dan Surya, biar part depan bisa dipertemukan dengan Inem dan Tuan Muda ya. Hehehe...

Jodha membuka matanya. Terdengar suara kokok ayam saling bersahutan, suara debur ombak, dan...suara orang bercakap-cakap. Dia menajamkan pendengarannya dan mendengar suara tersebut dari luar kamarnya. Dia meraih ponselnya dan melihat jam sudah menunjukkan hampir waktu subuh. Disampingnya Nadia masih terlelap, tubuhnya meringkuk dibawah selimut yang tidak terlalu tebal.

Jodha tidak segera bangun, dia terdiam beberapa saat. Mengumpulkan ingatannya dimana dia berada sekarang. Suara debur ombak yang menghantam tebing dengan keras terdengar berulangkali. Dia baru ingat dimana dia sekarang. Iya, dia berada dirumah ayahnya. Kedua ujung bibirnya naik keatas membentuk lengkungan sebuah senyuman yang lebar, mewakili perasaan bahagianya. Akhirnya, ayahnya akan kembali seperti dulu lagi, ayahnya tempat dia biasa bermanja dan berkeluh kesah. Meskipun itu ketika dia masih kecil.

Terdengar suara orang bercakap-cakap dari ruang tamu sekaligus ruang keluarga. Karena memang rumah sederhana milik ayahnya itu hanya mempunyai satu kamar tidur, ruang tamu didepan kamar tidur, dan sebuah dapur kecil untuk memasak. Memasak pun masih menggunakan kayu bakar dari ranting-ranting kering.

Nadia merapatkan selimutnya karena hawanya dingin, sambil sesekali menggeretakkan giginya. Jodha tertawa kecil melihat adik angkatnya sekaligus sahabat baiknya itu, ketika tidur hilanglah wajah usilnya berganti dengan wajah polos. Dia sangat menyayangi gadis itu, dibalik sifat usilnya terselip kasih sayang yang jarang terlihat. Nadia menyayangi dirinya dengan caranya sendiri. Jodha mengusap kepala Nadia dengan sayang, dia merasa seperti mempunyai adik kandung, kehangatan keluarga angkatnya itu seolah menghilangkan garis penghalang bahwa dia adalah orang lain. Mungkin karena Nadia tidak punya saudara perempuan, makanya dia senang sekali Jodha hadir dalam keluarganya. Terlebih kedua orang tua Nadia, terutama Ibunya, Bu Nunik tidak pernah membedakan kasih sayang antara keduanya. Hanya Jodha saja yang merasa harus menjaga jarak, statusnya yang hanya anak angkat membuatnya tidak bisa sebebas Nadia.

Jodha bangkit dari tidurnya, merenggangkan ototnya sebentar, dan mengikat rambutnya. Dia turun dari dipan milik ayahnya, dan membuka jendela. Keadaan masih gelap di luar sana, udara juga rasanya masih sangat dingin. Dia kembali menghampiri Nadia yang masih bergelung dengan selimutnya. Dia duduk di pinggir dipan untuk membangunkan gadis kecilnya itu.

"Nad, Nad, bangun." Kata Jodha mengguncang pelan lengan Nadia.

"Ng...dingin Jo." Gumamnya, namun matanya masih tertutup. Jodha tersenyum.

"Kita sholat dulu Nad, udah subuh ini. Itu ayah sama yang lainnya sudah bangun." Nadia perlahan membuka matanya pelan dan duduk, meski selimutnya masih menutupi seluruh tubunya.

"Masih ngantuk Jo, bentar lagi ya." Tawarnya sambil menutupi mulutnya yang mnguap dengan telapak tangan.

"Kamu nggak sholat Nad?" dengan setengah mengantuk, Nadia mengangguk.

"Ya sholatlah, kamu duluan gih. Gantian. Aku mau tidur bentar lagi." Ucapnya seraya menjatuhkan tubuhnya dikasur, dan meringkuk lagi. Jodha hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya. Dia pun melangkah meninggalkan Nadia yang kembali terpejam matanya.

Begitu membuka pintu, Jodha melihat ayahnya sedang duduk ngobrol berdua dengan Mansingh. Tuan mudanya mana? Eh, kenapa jadi tuan muda sih? Bukankah mereka sudah tunangan dan bentar lagi mau menikah, pasti laki-laki itu akan marah lagi kalau dipanggil seperti itu. Bilang sayang saja susah amat, pasti gitu omelnya nanti. Membayangkannya saja Jodha tersenyum sendiri.

"Selamat pagi, Cinta." Jodha menoleh ke arah dapur, ternyata orang yang baru saja dia pikirkan berada di dapur. Di tangannya membawa nampan berisi beberapa gelas minuman teh dan kopi, "mau sarapan apa pagi ini? Teh? Kopi? Atau aku?" goda Jalal seperti biasa dengan percaya dirinya. Dia tersenyum menggoda, membuat bibir Jodha berkedut-kedut ingin ketawa. Hadeh...pagi-pagi sudah disuguhi ucapan yang membuatnya mual. Benar-benar bikin morning sickness. Belum sempat ketawa Jodha terlepas dari bibirnya, dari arah dalam kamar terdengar suara...

BIARKAN AKU JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang