DIPINGIT

2.7K 78 51
                                    

Met sore, Inem sama Tuan Muda datang lagi nih. Maaf ya kemarin nggak bisa tayang, laptopku minta diservice. Buat yang minta part yang panjang kemarin, ini part lebih panjang dari yang sebelumnya. Semoga saja nggak teler bacanya.

Terima kasih yang sudah request, makasih ya udah ngasih ide. Maaf kalau banyak typo.

=============00000000==========

Pagi-pagi Jalal sudah bangun. Seperti biasa, kebiasaannya setelah pulang dari pelatihan di Magelang, dia selalu melakukan olahraga jogging pagi. Apalagi kalau ditemani Inemnya, pastilah saat itu yang selalu ditunggunya. Setidaknya sekarang dia bisa menghabiskan waktu dipagi hari untuk bersama gadisnya, karena mungkin hari ini dan selanjutnya kemungkinan untuk selalu bersama akan sangat jarang.

Sepulang jogging Jalal mandi, membersihkan diri dan berpakaian rapi. Seperti orang yang akan bekerja layaknya pegawai kantoran pada umumnya, memakai kemeja dan setelan jas rapi. Dia bercermin dan mematutkan dirinya. Sesekali dia bersiul-siul sambil menyisir rambutnya yang mulai panjang. Tingkahnya seperti anak ABG yang lagi jatuh cinta. Padahalkan dia sudah lama jatuh cintanya, tetapi kenapa tingkahnya tetap sama saja? Hahahaha....

Selesai berpakaian dia turun dari kamarnya, sengaja dia hanya memakai kemeja dan jas saja tanpa memakai dasi. Dia tidak pernah merasa nyaman kalau memakai dasi, rasanya seperti dicekik. Begitulah yang selalu dijawabnya kalau mamanya menyuruhnya memakai dasi.

Di meja makan sarapan sudah siap tetapi orangnya belum ada. Dia melangkah ke dapur dan melihat Inemnya dan Bi Ijah sibuk berberes. Ckck...calon istrinya itu memang tidak pernah bisa diam. Dari pertama datang kerumahnya sampai sudah mau menjadi nyonya rumah tetap saja pekerjaannya tidak berubah. Kalau ditegur pasti bibirnya mengerucut dan jawabannya tidak enak diam saja. Badan pegal kalau tidak digerakkan.

"Nem..." panggil Jalal, Jodha dan Bi Ijah menoleh. Keduanya tersenyum. Jodha menghampiri Jalal yang berdiri di dekat meja pantry.

"Hai Sayang, sudah rapi banget. Sudah siap kerja nih?" tanya Jodha setengah memuji, Jalal memainkan kedua alisnya sambil tersenyum.

"Iya dong Sayang. Demi masa depan kita." Bi Ijah menggeleng mendengar jawaban tuan mudanya. Begitu juga dengan Jodha, namun dia maklum karena ini adalah hari pertama kekasih bekerja, setidaknya harus diberi semangat.

"Tuan kerjanya yang rajin ya," kata Bi Ijah, keduanya menoleh kearahnya, "biar Jodha bangga punya suami yang pekerja keras karena sayang dengan keluarga. Tuankan pemimpin keluarga nanti, harus jadi panutan dan contoh untuk keluarga." Jalal mengangguk.

"Tenang saja Bi, aku pasti akan melakukan itu." Jawab Jalal dengan mantap.

"Bagus itu Tuan, itu artinya Tuan bertanggungjawab."

"Laki-lakikan harus begitu, Bi." Dia menoleh ke arah Jodha, "ya nggak Nem?" katanya kembali memainkan kedua alisnya. Jodha mengangguk dan tersenyum.

"Iya Sayang."

Bi Ijah tertawa cekikikan mendengar jawaban Jodha. Hadeh, Jalal seperti anak kecil saja yang baru masuk sekolah, harus dipuji-puji dulu biar semangat. Tetapi Bi Ijah ikut terharu dan salut atas perubahan majikan kecilnya itu. Sudah banyak perubahan yang terjadi selama Jodha tinggal dirumah majikannya. Rumah menjadi terasa menyenangkan, karena penghuni rumah sering berkumpul. Apalagi akhir-akhirnya ini teman-teman majikan kecilnya itu sudah mulai sering main kerumah.

"Bibi kenapa ketawa?" tegur Jalal sedikit sewot, Bi Ijah menyembunyikan senyumnya sambil menggeleng.

"Bukan apa-apa Tuan. Bibi hanya senang sekarang Tuan sudah berubah banyak. Tidak lagi seperti dulu yang selalu lupa waktu, lupa rumah, dan lupa pulang."

BIARKAN AKU JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang