Hai semua, met malem. Ketemu lagi sama si Abang yang lagi galau nih. Maafkan bila part sebelumnya sudah membuat pada nangis semua. Jujur aku nggak nyangka loh, dan responnya? Ya ampun..., aku merasa speechless banget. Termasuk komen-komen yang masuk, aku jadi merasa tidak sia-sia menulis seperti ini. Seandainya bisa, ingin ku bukukan saja komen-komennya tuh, agar setiap waktu bisa aku baca. hahaha... oke, ini lebay. Lupakan.
Aku cuma mau bilang kalau paling cepat update hanya dua kali seminggu. Itu sudah paling cepat menurutku. Maafkan aku yang terlalu lemot untuk menulis, tetapi memang hanya segitulah kemampuanku. Tidak bisa dipaksa, jadi ya terima saja ya. yang penting update kan? Hihihi...
Oke, segitu aja pidatonya. Aku nggak tau part ini bikin baper atau enggak, tetapi nggak ada salahnya siapin tisu atau serbet. Siapa tahu ada kristal yang lolos dan jatuh. Salah khilaf mohon dimaafkan, juga termasuk typo yang selalu setia mengiringi tulisanku. Hehehe...
=========0000=======
Tak ku mengerti mengapa begini
Waktu dulu ku tak pernah merindu
Tapi saat semuanya berubah
Kau jauh dari ku pergi tinggalkanku
Mungkin memang kucinta
Mungkin memang kusesali
Pernah tak hiraukan rasamu dulu...
Aku hanya ingkari
Kata hatiku saja
Tapi mengapa
Cinta datang terlambat
(Cinta Datang Terlambat. By. Maudy Ayunda. Ost. Refrain)
=========0000========
Tangan Rahim semakin gemetar memegang kertas surat dari Aram. Rasa bersalah dan penyesalan kini menyeruak dalam dadanya. Dia tidak menyangka kalau gadis kecil itu akan meninggalkannya dengan membawa kekecewaan. Meski Aram tidak mengatakan rasa kecewanya, namun dari kata-kata itu terungkap rasa kecewa yang mendalam.
Rahim mengusap pipinya yang basah tanpa dia sadari. Kenapa rasanya begitu sesak? Begitu sakit. Harusnya dia lebih peka, lebih mengerti. Tetapi kenapa sikap bodohnya itu malah membiarkan sesuatu yang berharga didepan matanya kini menghilang akibat terlalu mengagungkan kata cinta, tetapi ternyata malah dia sendiri yang tidak tahu akan makna cinta yang sesungguhnya.
"Maafin Abang, Dek. Abang yang salah. Harusnya Abang tidak menyia-nyiakan kesetiaan kamu dan menyakiti hati kamu terlalu dalam. Abang sadar, bukan kamu yang tergantung sama Abang, tetapi justru Abanglah yang butuh kamu. Maafin Abang yang terlalu egois, maafin Abang yang terlalu lemah sampai membuat kamu menjauh dari Abang. Please Dek, beri Abang kesempatan sekali lagi. Abang janji, kali ini Abang nggak akan pernah membiarkan hati Abang bimbang lagi."
Sekali lagi Rahim membaca surat tersebut, berharap itu hanya kesalahan penglihatannya saja. Tetapi ternyata kata-kata yang sudah dibacanya tadi tidak berubah. Kini barulah dia sadar kalau dia sudah terlalu dalam menyakiti perasaan gadis kecilnya yang bertahun-tahun setia hanya untuk menunggunya. Namun dengan sombongnya dia menyangka kalau dia tidak mempunyai perasaan cinta kepada gadis itu.
Dengan perasaan lemas, Rahim bangkit dari duduknya. Dia melangkah menemui bundanya yang berada di dapur. Rahim mendekat, namun Salima mengabaikannya. Dia merasa kesal dengan kebodohan putranya. Usia matang ternyata tidak menjamin kalau dia akan berpikir secara dewasa.
"Bun..." panggil Rahim.
"Hm..." Salima tetap menekuni pekerjaannya. Dia tidak menoleh.
"Ka-kapan Dek Aram ngasih surat ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
FanfictionAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...