SAHABAT LAMA

3K 87 43
                                    

Sebelumnya aku mau bilang makasih atas apresiasinya dengan ff ku ini dengan like dan komennya. Jujur, komen di part sebelumnya dan juga sebelum-sebelumnya bikin aku merasa tersanjung. Baca komen-komen para reader, termasuk yang panjang kali lebar sekalian bikin aku senyum-senyum sendiri, (gantian ya kita. Hehehe...), aku cuma bisa bilang makasih dan makasih.

Kemarin ada yang nanya casting untuk Nadia siapa? Di foto itu ada Nadia, castingnya Maudy Ayunda. Semoga aja karakternya cocok ya.

Warning : terdapat adegan kasar. Kalau nggak kuat, bisa di skip aja. Makasih.

=====0000=====

Sore itu Jodha membuka pintu ketika tuan mudanya datang dari kampus. Wajahnya terlihat lelah sekali. Dia melangkah dengan lesu masuk ke dalam rumah. Di tangannya terdapat beberapa buah buku kuliahnya.

"Sore Nem." Sapanya dengan suara pelan sambil mengacak rambut Jodha, ketika melewatinya.

"Sore juga Tuan." Sahut Jodha dengan tersenyum manis. Dia berbalik mengikuti langkah tuan mudanya yang gontai menuju sofa diruang tamu dan menghempaskan tubuhnya. Berbaring, tanpa melepaskan sepatunya, kedua kakinya di angkat di atas sofa. Salah satu tangannya di letakkan di dahi, matanya terpejam. Sepertinya dia benar-benar lelah. Jodha hanya tersenyum geli melihatnya.

"Tuan..." panggil Jodha pelan. Dia duduk di sofa dekat kepala tuan mudanya.

"Hm..." sahut Jalal tanpa membuka matanya.

"Kelihatannya Tuan capek banget."

"Emang!"

"Kok bisa capek banget sih Tuan?" Jalal menghembuskan nafas lelah.

"Apalagi?, kalau bukan untuk memenuhi janjiku sama kamu." Jodha mengerutkan keningnya.

"Janji? Janji apa Tuan? Dan apa hubungannya dengan kondisi Tuan yang capek ini?" masih dengan mata terpejam Jalal berdecak.

"Ya ampun Inem, padahal belum lama kamu ngomong minta aku belajar supaya lulus dengan tanganku sendiri." Mulut Jodha membulat, dia mengerti, "masa masih nanya lagi sih?" Jodha terkekeh.

"Maaf Tuan, saya lupa. Karena nggak biasanya sih."

"Ck. Kok bisa ya aku sampai suka sama kamu, Inem lelet." Gumam Jalal. Matanya masih terpejam, kekehan Jodha semakin panjang.

"Siapa suruh Tuan suka sama saya?" Jalal mendengus, "saya bikinkan minum ya Tuan, siapa tahu capeknya berkurang." Jalal mengangguk. Lagi malas ngomong. Jodha tersenyum maklum, dia segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju dapur, untuk membuatkan secangkir teh hangat untuk tuan mudanya.

Tidak lama kemudian, Jodha datang membawakan secangkir lemon tea hangat dan berharap bisa sedikit mengurangi kelelahan majikannya. Jodha meletakkan tehnya di atas meja, sementara Jalal masih dalam posisi seperti semula, dalam keadaan mata terpejam. Jodha menggelengkan kepala melihatnya. Apa iya bisa secapek itu? Kayak orang habis nyangkul di ladang saja. Ck.

"Tuan." Kata Jodha menggoyang pelan tangan tuan mudanya. Jalal membuka matanya, dia bangun, menurunkan kakinya dan duduk bersandar, dan Jodha juga duduk di sampingnya. Dia mengambilkan teh tadi dan menyerahkan kepada tuan mudanya, "ini minum tehnya, Tuan."

Tanpa bicara Jalal mengambil teh itu dan menyesapnya pelan. Jodha hanya memandanginya seraya tersenyum. Jalal melirik sambil sesekali menyesap tehnya.

"Kamu kenapa senyum-senyum kayak gitu Nem?" Jodha menggeleng.

"Nggak kok Tuan. Hanya saja saya baru melihat Tuan secapek ini. Dan, bawaan Tuan sebanyak ini." Ucap Jodha menunjuk buku-buku di atas meja yang dibawa Jalal tadi, "wow, amazing" seru Jodha membuat Jalal tergelak.

BIARKAN AKU JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang