Hai datang lagi nih. Part kali ini adalah part galau buat tuan muda, namun part menyenangkan buat authornya dan part membingungkan buat Inem. Hehehe.... bingung ya Nem? Kalau bingung berpegangan aja Nem, berpegang pada hati tuan muda aja maksudnya. Ciee...ahahaha.....
Intermezzo :
Jalal : "Nem, dulu waktu kecil kamu cita-citanya mau jadi apa?"
Jodha : "Hm...ingin jadi guru Tuan."
Jalal : (mengangguk), "kenapa nggak cita-cita jadi astronot aja Nem?"
Jodha: "Emang kenapa tuan?" (bingung)
Jalal : "Biar kamu bisa melihat besar dan luasnya lautan cintaku padamu dari atas sana." Ahayy.....
Jodha : (merona), "sayangnya dulu belum ketemu Tuan sih jadi saya nggak kepikiran bercita-cita jadi astronot. Kenapa nggak Tuan aja yang kuliah di jurusan Arsitektur sekarang."
Jalal : (heran) "Kenapa aku harus kuliah jurusan arsitektur Nem? Yang ada aja kuliahku belum kelar."
Jodha : (malu-malu) "Biar Tuan nanti bisa membangun istana yang besar dan megah agar bisa menampung limpahan kasih sayang dan besarnya cinta saya di hati Tuan."
Jalal : (jingkrak-jingkrak sampai masuk got) "Katanya dengar kata-kata gombal kamu pengen muntah Nem, kenapa sekarang malah bisa menggombal?"
Jodha : (Nyengir) "Saya kasihan sama Tuan, dipart ini dibikin galau sama authornya, makanya saya membalas gombalan Tuan, biar Tuan bisa sedikit bahagia."
Jalal : (gigit sendal kuat-kuat).
================000===============
Jalal masih terduduk di balkon rumahnya. Dipandanginya Inemnya yang berjalan memasuki gerbang rumahnya. Senyum manis gadis itu terukir lebar di bibirnya yang mungil. Sesaat Jalal menjambak rambutnya pelan. Pikirannya masih terbayang laki-laki yang memeluk Inemnya. Tetapi, semakin dipikir membuatnya semakin pusing. Akhinya dia memutuskan untuk jalan keluar.
Dengan segera dia menyambar kunci mobil jeepnya dan turun dari kamar. Di ruang tamu Jalal berpapasan dengan Jodha. Ingin hatinya menegur Inemnya seperti biasa, tetapi bayangan lelaki yang memeluknya membuat Jalal mengeraskan hatinya untuk tidak menegur. Melihat wajah ceria gadis itu membuat hatinya sakit.
"Tuan mau kemana?" tegur Jodha dengan ramah seperti biasa.
Jalal menatap Jodha dengan wajah tanpa ekspresi beberapa lama sebelum akhirnya dia berlalu melewati gadis itu tanpa menjawab, membuat Jodha hanya terbengong melihatnya. Ada apa dengan tuan mudanya begitu? Kenapa hari ini dia begitu diam? apa ada yang salah dengannya?
Jodha menoleh kearah Jalal yang masih berjalan ke arah garasi untuk mengeluarkan mobilnya. Tanpa pikir panjang dia berlari mengejar tuan mudanya yang hampir sampai garasi.
"Tuan..." Jalal menghentikan langkahnya, namun dia diam saja tanpa menoleh, "Tu...tuan kenapa? Tuan marah sama ya?" tanya Jodha dengan heran, "bilang aja Tuan kalau saya memang salah, saya nggak akan marah kok."
"Tidak ada."
Hanya itu jawaban dari Jalal, itupun dia keluarkan dengan susah payah, tidak tega melihat wajah memelas dari Inemnya yang sesungguhnya sangat perhatian kepadanya. Namun, apa daya ego kemarahan hatinya lebih besar ketimbang rasa kasihan atas ucapan gadis itu.
"Tapi,.... tidak biasanya Tuan seperti ini?" Jalal tersenyum terpaksa.
"Tidak apa-apa Nem. Tidak usah kamu pikirkan. Aku pergi dulu." Ucap Jalal dengan suara pelan. Bergegas dia membuka pintu mobilnya dan naik dengan cepat. Tanpa menoleh ke arah Jodha dia menjalankan jeepnya keluar dari garasi dan melaju di jalanan dengan kecepatan tinggi. Seakan semua emosi dan kemarahannya tersalurkan lewat kakinya yang menginjak pedal gas begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
أدب الهواةAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...