PERGI

1.9K 78 80
                                    

Met malam... masih ada yang nungguin nggak ya? Aram datang agak malam ini. Hehehe...

=======0000=======

Lepaskanlah. Maka esok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu (Tere Liye)

=========0000======

"A-Abang?"

Rahang Rahim terlihat mengeras, kedua tangannya dikepalkan. Pandangannya menatap tajam kepada Dio yang terlihat bingung.

"Jangan coba-coba dekati dia."

"Kenapa? Memangnya anda siapa?" tanya Dio dengan tenang.

"Aku Abangnya."

"Lalu kenapa kalau Anda Abangnya? Andakan bukan pacar ataupun kekasihnya kan? Jadi wajar dong kalau aku berusaha mendekati Aram." Rahim menahan geram dihatinya. Rupanya Dio tidak merasa takut sedikitpun.

"Kamu... jangan harap bisa mendekatinya lagi. Tidak akan aku ijinkan?"

"Apa hak anda berkata seperti itu? Meskipun anda adalah Abangnya, tetap saja Anda tidak berhak ikut campur urusan kami."

"Akan selalu menjadi urusanku jika menyangkut Aram. Ngerti kamu." Bentak Rahim, mereka bertiga menjadi perhatian pengunjung lainnya.

Aram sejak tadi terpana melihat Abangnya yang sedang marah kepada Dio. Entah kenapa, bukannya takut melihat abangnya seperti itu, dia bahkan terpesona. Paduan wajah yang tampan, terlihat dingin, dan menakutkan. Ya ampun, sejak tadi Aram tidak mampu mengalihkan pandangannya dari Abangnya. Hatinya berbunga-bunga. Apalagi jika mengingat ucapan Alya, jika abangnya marah berarti dia cemburu.

Dan sekarang? Abangnya marah. Itu bukan akting, bukan pula pura-pura. Tetapi terlihat nyata dan itu seperti bukan abangnya yang selama ini selalu lembut kepadanya. Selalu perhatian kepadanya.

Hampir saja Aram tersenyum bahagia jika saja keadaannya tidak mencekam seperti ini. Abangnya cemburu kepadanya. Apa itu artinya sudah ada cinta dihati abangnya?

"Ingat kata-kataku, jangan dekati adikku." Kata Rahim menunjuk wajah Dio, "Ayo Dek, kita pergi." Rahim menarik tangan Aram keluar dari cafe diiringi pandangan Dio dan juga pengunjung lainnya. Aram hanya bisa menatap Dio disela-sela langkahnya yang terseret-seret seolah mengatakan minta maaf. Dio hanya mengangguk lemah, Aram sebenarnya kasihan tapi dia bisa apa? Kalau dia membantah, takut abangnya akan bertambah marah.

Rahim mengajak Aram keparkiran dimana motornya berada, "ayo naik Dek." Kata Rahim sembari memasang helmnya.

"Iya Bang." Aram naik dibelakang Rahim.

"Pegangan." Kata Rahim masih dengan nada jutek. Dia memegang kedua tangan Aram dan melingkarkan di pinggangnya. Aram tersenyum dengan sikap abangnya seperti itu.

Rahim segera menghidupkan motornya dan meninggalkan cafe tersebut. Motor sport itu melaju membelah jalanan yang tidak terlalu padat. Aram menyandarkan kepalanya dipunggung Rahim karena dia tidak memakai helm.

Nyaman. Terasa nyaman dan hangat. Aram bahkan tersenyum dan memejamkan matanya menikmati kebersamaan mereka kali ini. Aram merasa terlindungi dibalik punggung lebar abangnya.

Sementara itu Rahim masih terdiam. Tiba-tiba saja dadanya berdebar keras, jantungnya terasa berdegub tidak karuan. Pelukan Aram membuatnya merasa nyaman. Ini adalah pelukan pertama kalinya yang dia rasakan begitu berbeda. Perasaan hangat menyusup dalam hatinya. Tanpa dia sadari, emosinya yang tadi meledak-ledak luruh seiring waktu. Rahim tersenyum dibalik helmnya. Apakah ini artinya sudah ada cinta dihatinya sekarang? Entahlah.

BIARKAN AKU JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang