BIARKAN SAJA

1.9K 61 41
                                    


Dedek Aram datang lagi nih. Sebelumnya mohon maaf lahir bathin ya. Dan maaf juga dua part sebelumnya aku nggak bisa balas komen. Maklum emak-emak rempong mau mudik. Tetapi, makasih sudah ngasih like dan komen yang puaanjang. Senang aku bacanya, meski akhirnya nggak kebalas. Banyak soalnya. Hehehe...

Untuk yang bolak-balik nodong, makasih banyak. Ini aku dedikasikan untuk kalian. Semoga nggak garing ceritanya karena keasyikan menikmati liburan. Semoga nggak bosen ya, and makasih banyak. Maaf judulnya asal aja. Jangan protes ya...qiqiqi...

======0000=====

Aram tersenyum bahagia menatap Rahim yang ada didepannya. Jari-jarinya saling bertautan dengan kedua sikunya bertumpu dimeja. Dagunya ditopang diatas jari-jarinya itu. Sampai-sampai Rahim merasa jengah karenanya.

Sejak tadi gadis itu hanya diam dan tersenyum lebar. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. Rahim mendengus geli, karena Aram terlihat seperti orang kurang waras. Hanya tersenyum dan tersenyum.

"Dek...?"

"Hm..."

"Udah dong. Abang risih diliatin gitu terus dari tadi." Aram tidak menjawab. Dia masih tersenyum, "Abang pulang nih." Ancam Rahim pura-pura hendak beranjak dari duduknya.

"Eh, jangan Bang." Cegah Aram. Rahim tersenyum dalam hati.

"Habisnya kamu kayak gitu terus. Abangkan jadi keki." Aram terkekeh.

"Abang ih. Aramkan lagi bahagia. Ngerti dikit napa? Abang tuh so sweet banget tau. Abang dapat ide darimana sih bisa melamar pake marching band kayak gitu?" Rahim yang tidak jadi berdiri tersenyum malu. Wajahnya sedikit memerah.

"Itu... bukan ide Abang sebenarnya," kelopak mata Aram membulat, "tapi ide Egi." Ucap Rahim agak malu. Aram mengangguk mengerti.

"Nggak masalah itu ide siapa Bang. Kan yang ngelakuin Abang. Hati Aram meleleh Bang. Suer deh." Rahim terkekeh. Dia mengacak pelan rambut Aram.

"Sungguh?" Aram mengangguk cepat.

"Aku pikir Abang nggak bisa romantis, tapi ternyata bisa ya." Rahim berdecak tidak terima.

"Kamu menyepelekan Abang ya?" Aram kembali tertawa, "gini-gini Abang juga bisa romantis kok. Jangan salah."

"Iya deh. Aram tau itu. Asalkan jangan berlebihan ya Bang, karena akan terlihat aneh. Abang jadi diri Abang yang biasanya aja. Aram suka seperti itu."

"Iya Sayang. Apapun untuk calon istri Abang, Abang akan belajar terus." Sahut Rahim dengan tangan mengusap kepala Aram dengan sayang.

"Makasih ya Bang. Aram juga akan belajar biar bisa bikin Abang selalu bahagia." Rahim tersenyum.

"Kita pulang yuk. Sudah malam." Aram mengangguk.

Mereka keluar dari cafe tersebut. Orang tua dan keluarga mereka sudah pulang karena hari sudah menjelang malam. Mereka membiarkan Aram dan Rahim menghabiskan waktu berdua setelah acara lamaran Rahim yang sukses diterima oleh Aram.

Rahim masih menggunakan seragam tentaranya. Aram memeluk abangnya dari belakang seperti biasa disaat pemuda itu mengendarai motor besarnya. Dia menyandarkan kepalanya di punggung lebar Rahim. Matanya terpejam, menikmati moment yang dia rasakan sekarang.

Begitu juga dengan Rahim, senyum lebarnya tersungging dibalik helmnya. Dia sendiri hampir tidak mempercayai tindakannya siang tadi ketika melaksanakan ide gila dari sahabatnya. Meski perasaan gugup menghampirinya, namun akhirnya apa yang sudah dia rencanakan berhasil juga. Tak terbayang rasa bahagia ketika semua berjalan dengan lancar. Dia bahkan tidak sanggup untuk menghilangkan senyum dari bibirnya. Apalagi kedua orang tuanya dan juga seluruh keluarganya ikut gembira dengan lamarannya.

BIARKAN AKU JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang