ARAM DAN RAHIM

2.6K 70 47
                                    

Met malam. Ini Inem datang lagi. Seperti yang sudah aku bilangin sebelumnya, season 2 ini akan berisi sekuel dari JoJa CS. Namun hanya 2 org saja yang menjadi tokoh utama. Selain JoJa tentunya. Jadi maaf kalau ada yang kurang berkenan.

Aku bukan ingin mengubah cerita, tapi aku hanya ingin membuatnya sedikit berbeda dari ceritaku sebelumnya. Setidaknya ada warna lain dari ceritaku.

Semoga masih betah membacanya ya. Hehehe...

=========0000=========

10 tahun kemudian.

Jalal memijat kepalanya ketika mendengar penjelasan dari gurunya Aram. Dia bingung bagaimana caranya menangani anaknya itu. Sementara Aram dengan tidak merasa berdosa hanya memainkan jarinya saja, sambil sesekali tersenyum miring.

"Jadi begitu Pak. Ini sudah yang kesekian kalinya Aram melakukan kekerasan terhadap temannya." Jelas Bu Tania, wali kelasnya Aram. Bocah itu mendongak memandang wajah gurunya.

"Tapi sayakan nggak salah Bu. Dionya aja yang keganjenan. Udah ditolak juga, malah ngotot." Kata Aram membela diri. Jalal menoleh ke arah anaknya yang duduk disampingnya. Sekarang ini dia dipanggil oleh pihak sekolah karena anaknya memukul teman lelakinya sampai berdarah. Namun dia dengan entengnya tidak merasa bersalah.

Sekarang ini dia sudah berusia sepuluh tahun dan sudah duduk di kelas empat sekolah dasar. Biasanya yang datang kesekolah adalah Jodha, ibunya. Namun karena perempuan itu sedang kurang sehat, makanya Jalal mau tidak mau datang juga memenuhi panggilan pihak sekolah.

"Sayang, biarkan guru kamu yang bicara dulu. Nanti ada saatnya buat kamu membela diri." Ucap Jalal pelan. Aram akhirnya hanya bisa mengerucutkan bibirnya dan kembali menunduk. Setelah melihat anaknya diam, Jalal kembali mengalihkan pandangannya ke arah gurunya Aram.

"Maaf Bu. Silakan diterusin." Ucap Jalal lagi. Bu Tania hanya bisa mendesah.

"Maaf Pak, kali ini kami harus memberi sanksi kepada Aram. Dia akan diskor selama tiga hari sebagai hukumannya." Aram mendongak menatap gurunya, wajahnya berbinar. Sementara Jalal hanya bisa pasrah.

"Maksud Ibu, aku nggak sekolah selama tiga hari ya Bu?" tanya Aram. Bu Tania mengangguk.

"Wah, asyik. Aku libur Yah." Kata Aram mengguncang tangan Jalal. Jalal melotot.

"Nggak sekolah malah senang." Gumam Jalal. Aram cengengesan.

"Tapi..." ucapan Bu Tania membuat ayah dan anak itu melihat kearahnya, "tapi kamu jangan senang dulu ya, karena selama kamu diskor, kamu akan Ibu beri tugas dan harus kamu kerjakan. Kalau nggak kamu nggak akan naik kelas." Bahu Aram langsung melorot.

"Yaahhh..." Jalal dan Bu Tania menggeleng.

"Pokoknya Ayah nggak mau tau ya, kamu harus mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh guru kamu itu." Aram memutar mulutnya.

"Iya. Iya."

"Baik Bu. Sekali lagi maaf ya atas kelakuan anak saya. Kami permisi dulu." Ucap Jalal sambil berdiri dan mengulurkan tangannya. Bu Tania tersenyum dia ikut berdiri dan menyambut uluran tangan Jalal, "ayo Sayang, salim Bu Gurunya." Perintah Jalal.

Dengan setengah terpaksa Aram menyalami gurunya dan menempelkan punggung tangan gurunya itu di pipinya. Membuat Jalal hanya bisa menggeleng.

"Iya Pak. Saya harap keluarga juga ikut membantu mendidik Aram. Karena keluarga juga ikut bertanggungjawab dalam hal pendidikannya." Jalal mengangguk.

"Baik Bu. Kami permisi dulu." Bu Tania mengangguk.

Jalal dan Aram keluar dari ruangan wali kelasnya itu. Mereka berdua berjalan berdampingan. Ketika tiba di depan ruangan kelas Aram, Jalal berhenti. Aram menatap ayahnya.

BIARKAN AKU JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang