Hai semua, Inem datang lagi nih, semoga betah aja membacanya. Karena cerita ini terus berlanjut, aku mau cerita sedikit. Boleh yaaa...? boleh nggak boleh ya aku tetap cerita. Hihihi...
Cerita dalam ff ini sejujurnya nggak seratus persen fiksi, sebagian adalah cerita nyata. Bahkan sebagian besar karakter dalam ff ini juga aku ambil dari real story yang aku lihat, aku rasakan dan aku alami sendiri. Bukan berarti ini cerita tentang aku, cuma karakter yang aku masukin kedalam cerita ini memang benar-benar aku lihat dan aku nilai sendiri. Tapi ya, namanya juga cerita, banyak yang dipoles sana sini biar seru. Hihihi...
Karakter Pak Humayun sebagai bos yang baik hati dan tidak sombong juga dermawan itu memang benar-benar ada, karakter jalal dan sahabatnya yang konyol dan seru itu juga real. Bahkan Jalal memang anaknya Pak Humayun, ya ampun aku ini, kayak nggak ada kisah lain aja ya. maafkan kalau gitu, hehehe..
Begitu juga dengan tokoh Jodha yang ditinggal meninggal oleh ibunya, tentang cintanya Pak Bharmal kepada istrinya yang dengan ikhlas merawat sampai akhir hayat ibunya Jodha, kemudian mendapatkan cinta dari seorang perempuan yang baik hati, beserta penolakan anaknya sampai akhirnya anak bu Meena tersebut luluh dengan kebaikan dan kesabaran dari Pak Bharmal.
Kenapa aku mengangkat cerita Pak Bharmal dan Bu Meena? Karena tidak semua ibu tiri itu jahat, masih banyak ibu tiri yang kebaikannya bahkan melebihi kebaikan ibu kandung. Dan ini bukan cerita fiksi, Bu Meena memang benar-benar tokoh real, hanya namanya saja yang aku ubah.
Dan semoga dengan cerita ini bisa membuka mata kita, bahwa masih banyak orang baik dimuka bumi ini yang tidak memandang siapa kita kita, bisa menerima kita apa adanya. Biar kita tidak mudah men-judge seseorang hanya karena status dan latar belakangnya.
Cukup itu saja curhatnya, hasil chat dengan salah satu reader setia ff ku. hehehe... makasih banyak atas segala apresiasinya. Semoga tidak semakin membosankan.
========0000======
Ruqaiyah membuka matanya. Dia melihat ruangan serba putih, dengan aroma seperti obat-obatan.
"Kamu sudah sadar, Ruq?" Ruqaiyah menoleh, melihat suaminya sedang menggenggam tangannya, dan sebelah tangannya mengusap kepalanya.
"Aku kenapa? Dan ini dimana?" Surya tersenyum lembut.
"Kamu tadi pingsan, Sayang. Ini rumah sakit." Mata Ruqaiyah sedikit melebar. Dia melihat sebelah tangannya sudah terpasang infus.
'Pingsan?" Surya mengangguk, "kenapa?" tanya Ruqaiyah penasaran. Surya tersenyum lagi. Ruqaiyah melihat suaminya begitu bahagia. Berulangkali lelaki itu mencium punggung tangannya. Tentu saja dia menjadi heran. Tidak biasanya begitu, "kamu sepertinya bahagia sekali?"
"Tentu saja aku bahagia, Sayang. Makasih." Ucap Surya bangkit dari duduknya dan mencium kening isterinya dengan lembut. Meski Ruqaiyah senang, tetapi dia juga heran dan penasaran.
"Makasih untuk apa?" Surya masih tersenyum bahagia, kembali dikecupnya telapak tangan istrinya dengan lembut membuat Ruqaiyah semakin heran, "kok pertanyaanku nggak dijawab sih?" Surya menghembuskan nafas berkali-kali untuk menetralkan rasa bahagia yang sudah membuncah dalam dadanya.
"Kita... bakal jadi orang tua, Sayang?" ucap Surya tanpa bisa menyembunyikan senyum lebarnya.
"Maksud kamu?" Surya mengangguk.
"Kamu hamil, Sayang. Kita bakal punya anak." Ruqaiyah sesaat terpaku. Dia masih bengong mendengar pernyataan suaminya. Benarkah? Dia hamil? Ruq menutup mulutnya dengan telapak tangannya yang terpasang infus, menahan haru tanpa bisa menghentikan laju air mata yang keluar dari sudut matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
FanfictionAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...