Met malem, Inem datang lagi nih. Maaf ya sudah absen lama. Part kali ini buat bersenang-senang saja dulu ya. Lagi belum bisa mikir yang berat-berat nih. Semoga bisa menghibur, setidaknya bikin senyum sedikit. Hehehe...
========0000======
Keesokan harinya, pagi-pagi Jalal sudah mendatangi apartemen sahabatnya. Demi melakukan janjinya kepada Inemnya. Dalam hati kecilnya, dia tidak bersungguh-sungguh marah kepada Surya. Bagaimanapun, mereka selama ini sudah bagaikan saudara. Dan mereka berdua, Mansingh dan Surya adalah sahabat paling setia yang dia punya, yang mau menerima dirinya apa adanya. Adalah sangat naif bila dia hanya mementingkan egonya sendiri.
Iya, kekasihnya benar, hak Surya untuk menentukan dengan siapa dia berhubungan. Mereka saja tidak protes ketika dia berulangkali mengatakan kalau gadis yang mampu mengisi hatinya adalah Jodha, dan malah mereka yang selalu bersemangat mendorongnya agar segera mengutarakan cintanya kepada Jodha. Kali ini, Jalal akan meminta maaf kepada Surya dan meluruskan permasalahannya.
"Loh, Bos. Kok sudah datang pagi-pagi sekali sih?" kata Mansingh ketika membukakan pintu untuk Jalal. Wajahnya masih mengantuk.
"Iya Man, aku pengen ngomong sesuatu sama kamu." Sahut Jalal langsung duduk di sofa. Mansingh menatapnya heran.
"Ada apa sih Bos? Kok sepertinya serius sekali?" Mansingh duduk dihadapan Jalal. Namun, pemuda itu tidak langsung bicara, hanya menatap sahabatnya dengan nanar, "kenapa? Kok diam?" Jalal mendengus.
"Itu muka di cuci dulu kenapa? Nggak enak banget cerita dengan pendengar masih ngambang dari alam sebelah." Sindir Jalal. Mansingh terkekeh.
"Siapa suruh datang tanpa pemberitahuan. Mana aku sempat cuci muka." Sahut Mansingh seraya masuk ke kamarnya untuk mencuci muka. Setelah selesai dia membuatkan kopi untuknya dan Jalal.
"Sekarang cerita, ada apa sih? Nggak biasanya begini." Kata Mansingh meletakkan dua cangkir kopi dimeja. Jalal segera menyambutnya dan menyesap sebentar.
"Man, aku mau nanya pendapat kamu tentang Surya?" dahi Mansingh berkerut.
"Surya?" Jalal mengangguk, "ada apa dengan Surya, Bos?" Jalal menghela nafas. Mansingh semakin penasaran, "ada apa sih Bos? Jangan bikin penasaran nih."
"Hm...Surya ada disebelah nggak Man?" Mansingh berpikir sejenak.
"Sepertinya tidak ada ada Bos. Dari kita datang kemarin rasanya aku belum melihat Surya? Kenapa sih Bos? Bos bertengkar dengannya?" tebak Mansingh. Jalal mengangguk, "hah? Kapan? Kenapa?" kejar Mansingh dengan tidak sabar. Jalal menceritakan pertemuan mereka tadi malam. Mansingh mendengarkan dengan mulut ternganga. Sungguh itu diluar dugaannya sama sekali.
"Begitu Man. Aku tidak tahu harus bagaimana? Jujur, aku masih belum bisa memaafkan perlakuan Adam dan adiknya itu. Tapi Inem berbeda. Dengan mudah dia memaafkan mereka. Bahkan memintaku untuk memaafkan mereka juga." Keluh Jalal sambil mengusap wajahnya, membuat Mansingh terkekeh mendengarnya.
"Jodha memang gadis yang berbeda Bos. Bersyukurlah, karena Bos mendapatkan gadis yang berhati baik. Tidak semua orang sanggup berbuat seperti itu."
"Lalu aku harus bagaimana sekarang Man? Apa aku harus minta maaf kepada Surya?" Mansingh terdiam sesaat.
"Hm... begini Bos. Ini menurut pendapatku sih. Lebih baik mungkin apa yang dikatakan Jodha itu benar. Kita hormati keputusan Surya untuk membantu Ruqaiyah. Tidak ada salahnya kita beri dia kesempatan untuk memperbaiki diri. Mungkin memang benar dia mau berubah. Lagian, apa Bos nggak kasihan melihat teman kita itu jomblo terus." Ujar Mansingh sambil terkekeh. Jalal ikut tertawa lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
FanfictionAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...