Hai semua, si abang datang lagi nih. Maaf ya dah lama nunggu, maklum inemnya lagi pulang kampung. Hehehe...
Buat yang udah nagih ini aku posting, semoga suka ya. Maaf kalau banyak typo, soalnya ngetiknya ngebut.
Jodha menghempaskan pantatnya di kursi di samping sahabatnya Zeenat. Sahabatnya itu memandangnya dengan berbagai pertanyaan namun tidak terucap. Jodha tahu itu, namun dia masih merasakan emosinya belum stabil jadilah dia hanya diam. Sementara jadwal perkuliahan sebentar lagi akan dimulai.
"Jo, kamu kenapa?" akhirnya Zeenat bertanya juga. Jodha menghela nafas panjang. Zeenat adalah sahabatnya sejak dia masuk kuliah sampai sekarang. Jodha menggeleng.
"Nggak apa-apa Zee." Zeenat mengerutkan keningnya memandang Jodha.
"Tapi, sikapmu seperti ada apa-apa Jo. Cerita aja biar lega. Jangan disimpan sendiri."
"Aku lagi kesal Zee."
"Kesal?" Jodha mengangguk, "sama siapa?"
"Siapa lagi? Sama anaknya Bu Hamidah itu lah?" Zeenat tertawa.
"Lagi?" kembali Jodha mengangguk.
"Yang sabar Jo, namanya juga resiko pekerjaan menghadapi anak manja itu." Jodha menghela nafas panjang.
"Tapi terkadang hatiku sakit juga Zee mendengar ucapan pahit dari mulutnya. Sepertinya dia itu seorang wanita yang terjebak dalam tubuh pria. Cerewet dan judesnya minta ampun." Ucap Jodha sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Sontak Zeenat tertawa mendengar ucapan Jodha.
"Kamu ini ada-ada aja Jo. Masa cakep begitu di bilang wanita terjebak dalam tubuh pria sih?"
"Habisnya dongkol banget aku. Iya kadang aku bisa menerima tapi ketika sedang sensitif aku juga bisa emosi." Zeenat mengangguk.
"Benar juga sih. Yang sabar aja ya Jo. Aku nggak bisa ngasih solusi apa-apa selain hanya jadi pendengar saja."
"Tidak apa-apa Zee. Itu saja sudah cukup. Kalau saja aku tidak memikirkan Bu Hamidah dan Pak Humayun yang sudah begitu baik kepadaku, sudah dari awal aku berhenti bekerja disana." Ucap Jodha sambil menghembuskan nafas dengan kasar.
Baru saja Zeenat akan menyahut ucapan Jodha, dari pintu masuk tiga orang wanita yang berjalan ke arah Jodha dan Zeenat dengan gaya angkuh. Mereka berdua pura-pura tidak tahu saja.
"Hei, namamu Jodha kan?" Jodha mengangguk malas.
"Iya. Kenapa?" wanita yang menjadi pemimpin itu mendelik.
"Kenalkan, namaku Rukayah." Katanya sambil bersidekap.
"Terus?"
Dia mendekatkan wajahnya ke arah wajah Jodha.
"Apa hubunganmu dengan Jalal anaknya pemilik kampus ini?" Jodha membalas tatapan Rukayah.
"Tidak ada hubungan apa-apa." Jawab Jodha kalem.
"Benarkah?" Rukayah masih tidak percaya. Jodha mengangkat bahunya.
"Ya terserah sih kalau tidak percaya."
"Kalau tidak ada hubungan apa-apa kenapa tadi kamu datang bareng dia? Dan kenapa juga tadi dia memegang tanganmu dan juga kepalamu?" Jodha memutar bola matanya dengan malas. Ini nih masalah yang ingin dia hindari yang berhubungan dengan tuan mudanya itu. Karena itu dia sebenarnya tidak ingin numpang di mobilnya.
"Memangnya tidak boleh?"
"Jelas saja tidak boleh. Kamu itu tidak pantas untuk berdampingan dengan pangeran seperti dia. Ngerti?" Jodha mencebikkan bibirnya. Pangeran dia bilang? Orang kayak gitu dibilang pangeran? Dilihat dari mana tuh dia jadi pangeran? Emang pantas apa dia jadi pangeran, sombong banget. Ckck... hello... yang katarak siapa sih? dia atau para wanita pengagum tuan mudanya itu? bathin Jodha jadi ingin tertawa dengan pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
FanficAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...