KAMU DIMANA, DEK?

2.1K 64 23
                                    

Hai, Inem datang lagi nih. Maaf ya, lama nggak nongol. Sedikit kerepotan dengan kesibukan yang menyita waktu jadi nggak sempat untuk ngetik. Selain itu memang untuk mengistirahatkan mata. Maaf sudah menunggu lama.

========0000======

"I-ini?" gumamnya Jodha pelan menoleh kearah suaminya. Jalal hanya tersenyum geli sambil mengangkat kedua bahunya.

"Halloo...Sayang, kamu masih disitu?" Jodha tersadar.

"Ma-Mama..."

"Jodha? Mama kira Jalal yang nelpon tadi. Ada apa Sayang?" mendadak Jodha menjadi gugup sekali. Dia merasa sangat malu. Malu semalu-malunya. Ya ampun, dia merasakan panas menjalar diwajahnya. Dia merasa tidak punya muka lagi berhadapan dengan orang yang ada diseberang sana yang tak lain adalah mertuanya sendiri. Kok bisa-bisanya dia cemburu seperti itu.

"Ng-nggak apa-apa Ma." Sahut Jodha dengan gugup.

"Kamu kenapa Sayang? Kok tumben jadi aneh seperti ini? Apa ada yang bisa Mama bantu?" tanya Bu Hamidah dengan lembut.

Duh, Jodha semakin merasa tidak enak. Dia menoleh kearah suaminya yang tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresinya.

"Ng..." Jodha kehabisan kata-kata.

"Ya udah kalau gitu Sayang. Kapan-kapan main kesini ya. Mama kangen sama cucu Mama." Jodha mengangguk meski mertuanya itu tidak melihatnya.

"I-iya Ma. Nanti sore kami ke rumah. Sekalian aku mau ngomong sesuatu sama Mama."

"Iya Jo. Mama tunggu ya."

"Y-ya udah ya Ma. Aku tutup dulu telponnya. Maaf sudah mengganggu Mama."

"Enggak apa-apa Sayang. Mama nggak keganggu kok. Kamu tenang aja."

"Iya. Ma." Jodha akhirnya mematikan ponsel suaminya itu dan melemparnya ke atas tempat tidur. Dia menutup wajahnya karena malu. Sampai sekarang masih terasa panas wajahnya itu. Sementara Jalal yang sudah menghentikan tawanya mendekati istrinya dan memeluknya.

"Maafin aku." Hanya itu yang bisa Jodha ucapkan. Jalal tersenyum. Dia mencium pucuk kepala istrinya dan melepaskan kedua tangan Jodha yang menutupi wajahnya itu. Jodha menunduk. Dia masih belum berani untuk menatap wajah suaminya.

"Ini juga salahku Yang. Aku bahkan tidak kepikiran mengubah nama kontak Mama itu. Aku pikir kamu ngerti aja. Tapi nyatanya aku salah. Maafin aku ya sudah bikin kamu salah paham." Jodha menggeleng.

"Enggak. Itu karena aku yang terlalu cemburu sama kamu. Sampai tidak bisa berpikir jernih dulu dan nanya sama kamu." Jalal kembali tersenyum.

"Aku ngerti kok Yang. Aku pun pasti akan berbuat seperti itu andai itu terjadi sama aku." Jodha mendongak. Dia menatap wajah suaminya yang masih memeluknya itu. Sekarang rasa malunya sedikit berkurang.

"Lalu apa alasan kamu membuat nama kontak mama seperti itu?"

"Sebelum aku jawab pertanyaan kamu, Kamu masih sakit nggak?" tanya Jalal meraba kening istrinya, "tidak panas." Ucapnya.

"Akukan bukan sakit badan Yang, tapi sakit hati. Makanya lemes walaupun nggak panas." Rajuk Jodha. Jalal terkekeh. Betapa senangnya Jalal melihat istrinya merajuk seperti itu. Sudah lama dia tidak melihat istrinya manja dan merajuk. Yah, terakhir semenjak hamil putri kembar mereka.

"Tapi aku suka kamu kayak gini Yang. Jadi lebih manis." Jodha mencebikkan bibirnya.

"Gombal."

"Biarin. Emang kapan aku nggak gombal? Tapi kan kamu suka? Nyatanya buah kegombalanku menghasilkan anak-anak yang cakep dan pinter. Ya nggak?" goda Jalal memainkan kedua alisnya. Jodha tersipu malu.

BIARKAN AKU JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang