TUNGGU AKU KEMBALI

2.4K 91 38
                                    

Met malem,... nih Inem datang lagi. Semoga nggak kemaleman ya, dan masih ada yang baca. Hehehe.... maaf kalau ada typo.

=====0000=====

Jalal dan kedua orang tuanya masih berada di meja makan. Kedua orang tuanya kembali menasehatinya untuk apa yang akan dilakukan disana kelak.

"Satu yang harus kamu ketahui Jalal, kalau kamu tidak lulus dengan penilaian mereka disana, maka kamu harus mengulang lagi." Jalal hanya bisa melongo mendengarkan ucapan papanya, "jadi, berusahalah semampu yang kamu bisa untuk belajar. Kelak akan banyak yang bisa kamu dapatkan." Jalal mengangguk.

"Iya Pa."

"Kamu adalah satu-satunya penerus keturunan Papa Jalal, dipundakmu nanti akan Papa serahkan tanggungjawab yang besar untuk kamu pikul. Kamu yang akan menggantikan Papa melanjutkan perusahaan kita. Dan yang harus kamu ketahui, bahwa persaingan di dunia bisnis lebih kejam. Tetapi tidak bisa menghadapinya dengan emosi semata. Harus bisa berpikir dengan tenang. Bukan masalah bangkrut yang Papa takutkan, tetapi Papa memikirkan nasib karyawan yang sudah menggantungkan harapan mereka kepada perusahaan kita. Seandainya perusahaan Papa bangkrut, mereka makan apa? Papa nggak tega melihatnya." Jalal menunduk. Yah, secara tidak langsung Papanya sudah meminta dia untuk berubah. Mungkin sudah saatnya bagi dia untuk belajar memikul tanggungjawab seperti yang kedua orang tuanya inginkan.

"Iya Pa. Aku janji akan belajar seperti yang Papa inginkan. Aku sadar, mungkin sudah saatnya aku berhenti untuk bermain-main." Sahut Jalal lagi. Pak Humayun tersenyum. Begitu juga dengan istrinya. Dia bangkit dan menghampiri Jalal yang sudah berdiri dari kursinya. Pak Humayun memeluk Jalal dengan bangga. Matanya berkaca-kaca karena begitu senangnya. Begitu juga dengan Jalal, ada rasa haru dan bangga pada dirinya ketika Papanya memeluknya.

Dia tidak ingat kapan terakhir papanya memeluknya. Tapi yang dia ingat itu terjadi sudah lama sekali, apalagi mereka berdua sangat jarang bertemu. Kecuali dengan mamanya.

"Terima kasih Jalal, Papa bangga sama kamu. Maafkan jika selama ini Papa jarang memperhatikanmu dan sibuk dengan kerjaan Papa." Kata Pak Humayun melepas pelukannya. Jalal dan juga mamanya tersenyum.

"Tidak apa-apa Pa, aku mengerti atas kesibukan Papa. Maafkan aku juga yang hanya bisa menghabiskan waktu dan uang dengan sesuatu yang tidak berguna." Pak Humayun menepuk pundak Jalal pelan.

"Papa tidak merasa sia-sia membuang uang agar kamu bisa lebih baik lagi dari Papa. Uang masih bisa dicari lagi. Tapi kamu, harta Papa yang paling berharga selain Mama." Jalal mengangguk.

"Jadi, Papa sama Mama merestui hubunganku dengan Jodha?" tanya Jalal dengan penuh harap. Kedua orang tuanya saling pandang dengan tersenyum.

"Bayu sudah menceritakan semua tentang Jodha, Papa sama Mama tidak melarang kamu menjalin hubungan dengannya. Hanya saja Papa berharap kalian bisa menjaga diri. Apalagi kalian tinggal serumah dan kami sering tidak ada, lebih banyak bahayanya. Mungkin akan lebih baik kalian menikah saja. Lebih aman." Sahut Pak Humayun. Wajah Jalal memerah ketika mendengar ucapan papanya yang menyuruhnya menikah. Tetapi dia juga senang kalau orang tuanya merestui cintanya kepada Inemnya.

"Mungkin nanti jika kami lulus kuliah saja Pa. Aku yakin kalau sekarang Jodha pasti akan menolakku mentah-mentah. Karena dia ingin menemukan ayahnya terlebih dahulu. Makasih ya Pa, Ma sudah merestui cinta kami. Tapi, tolong jangan bilang sama dia kalau kita sudah membicarakan ini ya Pa, Ma." Pinta Jalal. Kedua orang tuanya menatap heran.

"Kenapa?"

"Aku takut dia akan pergi dari rumah ini Pa, karena sebelumnya dia memintaku berjanji untuk merahasiakan hubungan kami ini. Tidak sebelum dia lulus kuliah, tetapi dengan adanya peristiwa ini membuatku ingkar janji kepadanya." Jelas Jalal. Kedua orang tuanya mengangguk, mengerti.

BIARKAN AKU JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang