Requested by leviennaa
Kau membuka matamu perlahan ketika mendengar suara ribut-ribut dari arah dapur.
Kau bangkit dari tidurmu seraya mengerang pelan. Kau sedang tidak enak badan karena kurang istirahat selama beberapa hari sebelum ini.
Tugas-tugas kuliahmu sangat menyita waktu istirahatmu sehingga tak heran jika kau akhirnya tumbang juga.
Kau memegangi kepalamu yang masih pusing seraya menatap ke arah pintu kamarmu yang terbuka lebar. Rasanya sebelum kau tidur, kau sudah menutup pintu kamarmu.
Tak hanya itu sekarang suara ribut-ribut dari arah dapur semakin terdengar jelas. Kau mengerutkan dahimu bingung.
Seharusnya hari ini kau sendiri di rumah karena keluargamu semuanya pergi menghadiri sebuah undangan di luar kota.
Kaupun bangkit dari kasur dan berjalan ke arah dapur.
"Eomma?" Panggilmu dengan suara serak, berharap bahwa yang sedang berada di dapur itu ibumu.
"Oh (Y/n)? Kau sudah bangun?"
Kau melihat kekasihmu menoleh ke arahmu. Kau mengerjapkan matamu berulang kali.
"Oppa?"
Ia tersenyum lembut sebelum meletakkan sendok sup yang tadi dipegangnya lalu berjalan ke arahmu.
"Kenapa oppa ada di sini?" Tanyamu bingung.
Seokmin, kekasihmu itu tidak menjawab melainkan menuntunmu ke arah kursi meja makan dan mendudukkanmu di sana.
Kau menatapnya dengan penuh kebingungan.
"Aku kemari karena ibumu meneleponku dan mengatakan bahwa kau sakit dan sendirian di rumah." Ia berujar seraya mengambil gelas dari dalam lemari dan mengisinya dengan air.
"Lalu oppa kemari karena..."
"Lebih baik kau minum dulu." Potongnya.
Kau melihat gelas yang ia pegang sebelum mengangguk kecil.
Ia segera membantumu untuk minum.
"Oppa, aku bisa sendiri." Ujarmu ketika kau menyadari bahwa ia tidak berniat untuk melepaskan gelas tersebut.
"Diam saja." Ujarnya dan aku menuruti perkataannya.
Setelah minum, ia kembali berjalan ke arah ia berada tadi. "Aku memasakkan bubur untukmu. Apa kau mau makan sekarang?"
"Um..." Jawabmu pelan.
"Kau tahu? Aku sangat khawatir ketika ibumu bilang kalau kau sedang tidak enak badan." Ujar Seokmin seraya melirik padamu. "Apa kau memaksakan diri lagi?"
Kau tersenyum simpul sebelum mengangguk. "Bagaimana oppa tahu?"
"Memangnya aku tidak mengenalmu?" Balas Seokmin seraya berjalan ke arahmu dengan semangkuk bubur di tangannya.
Ia kemudian meletakkan mangkuk tersebut di hadapanmu dan duduk di sampingmu.
Kau menatapnya masih sambil tersenyum.
"Rasanya aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari oppa." Ujarmu pelan.
Ia tersenyum sebelum mengusap puncak kepalamu dengan lembut.
"Tentu saja. Kau pikir aku siapa? Aku ini kekasihmu dan aku sudah terlalu banyak mengenalmu." Ujarnya lalu menarik tangannya. "Kau belum keramas ya?"
Kau menggelengkan kepalamu dan ia menatap tangannya jijik.
"Pantas saja..."
"Apa?" Tanyamu curiga seraya memegangi rambutmu.
"Terasa kasar." Jawabnya seraya tersenyum geli. "Tenang saja kau tetap wangi walaupun dalam keadaan sakit."
Kau mengerucutkan bibirmu seraya menatapnya datar.
"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Seokmin seraya mengambil sendok dan mulai mengaduk-aduk bubur di hadapanmu.
"Masih sedikit pusing." Jawabmu seraya memperhatikannya.
"Baguslah, habis makan kau harus minum obat lalu istirahat yang banyak. Kau juga harus banyak minum." Ujar Seokmin sebelum meniupi bubur tersebut.
"Tapi tugasku masih banyak." Ujarmu murung.
"Biar kubantu mengerjakannya nanti malam." Jawab Seokmin sebelum menyodorkan sesendok penuh bubur di depanmu. "Aaaa..."
"Oppa, aku bukan anak kecil yang harus disuapi." Ujarmu menolak untuk disuapi.
"Biarkan aku memanjakanmu. Jangan protes dan buka saja mulutmu." Ujar Seokmin memaksa.
Kau tahu persis bahwa Seokmin tidak suka dibantah sehingga kau menuruti kemauannya.
"Um... enak." Ujarmu setelah merasakan bubur yang dibuatnya di dalam mulutmu.
"Syukurlah." Ujarnya seraya tersenyum.
"Oppa..."
"Hm?"
"Tugasku masih sangat banyak dan aku tidak ingin oppa pulang malam. Rasanya aku jadi merepotkan oppa." Ujarmu seraya menatapnya.
"Tidak masalah, lagipula aku sedang tidak ada kesibukan apapun... aaa..."
Kau membuka mulutmu dan Seokmin langsung menyuapkan sesendok bubur ke dalam mulutmu.
"Aku lebih senang membantumu sehingga kau bisa beristirahat setelahnya. Aku tidak ingin melihatmu sakit seperti ini." Lanjutnya lagi. "Sekarang lebih baik kau diam dan habiskan bubur ini terlebih dahulu."
Kau mengangguk dan ia tersenyum puas. Ketika bubur di mangkukmu habis dan meminum obatmu, Seokmin segera mengantarkanmu ke dalam kamar.
Kau segera berbaring dan tak lama kemudian ia ikut naik ke atas kasur lalu berbaring di sampingmu.
"Apa yang oppa lakukan?" Tanyamu bingung.
Ia tersenyum sebelum menarikmu dalam pelukannya. "Menemanimu tidur."
"Oppa, lebih baik oppa pulang atau menonton TV di luar. Aku tidak mau oppa berada sedekat ini denganku, nanti oppa sakit." Ujarmu seraya mendorongnya, namun ia tidak bergeming dan memelukmu semakin erat.
"Tidak masalah asalkan kau cepat sembuh."
"Oppa!"
"Shhh... tidurlah, nanti malam kau harus menyelesaikan tugasmu bukan? Sekarang tidurlah. Biar kubangunkan nanti baru kita kerjakan tugasmu." Ujar Seokmin seraya mengecup keningmu.
"Kalaupun aku melarang oppa tidak akan mendengarku bukan?" Tanyamu seraya mendongak untuk menatapnya.
Seokmin hanya tersenyum kecil. "Tidurlah."
Kau menghela nafas panjang tanda menyerah kemudian membenarkan posisimu agar dapat berbaring lebih nyaman.
Seokmin sendiri mengusap-usap rambutmu dan tangan yang lainnya menepuk punggungmu dengan lembut, membuatmu merasa nyaman dan hangat.
Tak butuh waktu lama kaupun kembali ke dalam dunia mimpimu.
♡♡♡♡♡
Done!
Vomment yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine Season 2 [REQ CLOSED]
FanfictionNext Season from "Seventeen Imagine" For Indonesia Carat Only All the pict I used're not mine! I save it from Seventeen Masternim twitter account. It's their picture not mine, if you want to know who's take that photo just look at the watermark on t...