Requested by LEADERLINE
Kau menghela nafas panjang melihat tumpukan laporan yang harus kau selesaikan hari itu. Kau hampir saja mengumpat saat kau dipanggil oleh direktur divisi sebelah untuk memeriksa laporan dari acara besar yang telah divisimu dan divisinya lakukan 2 bulan lalu dengan alasan bahwa seluruh staff di divisinya sibuk mengurusi laporan bulanan dan tidak bisa memeriksa laporan tersebut. Kau mengerang kesal saat keluar dari ruangan tersebut karena divisimu juga harus menyusun laporan bulanan hanya saja memang divisimu memiliki lebih banyak staff. Tapi tetap saja, kenapa harus kau dari sekian banyak staff lainnya?
Kau duduk di kursimu dengan tatapan kosong sebelum mengambil salah satu laporan secara acak. Ada sekitar 10 laporan yang harus kau periksa dan rasanya kau ingin menangis jika mengingat bahwa laporan bulanan yang harus kau susun masih belum selesai.
"Tumpukan laporan apa ini?" tanya seseorang yang suaranya kau kenal benar sebagai teman kerja satu ruanganmu yang menyebalkan.
"Menurutmu?" balasmu tanpa menatapnya.
"Ah, laporan acara 2 bulan yang lalu? Bukankah ini pekerjaan divisi sebelah?"
Kau melirik tajam padanya dan menjawab, "Jika laporan itu ada disini artinya sekarang laporan-laporan ini menjadi pekerjaanku. Apa kau mengerti tuan Lee Jihoon? Jika kau hanya ingin menggangguku lebih baik kau kerjakan pekerjaanmu."
Jihoon menatapmu datar dan berjalan ke arah mejanya yang berada di sampingmu tanpa mengatakan apapun. Kau menghela nafas panjang sebelum kembali fokus pada pekerjaanmu.
Setelah kurang lebih 4 jam kau bekerja, kau memutuskan untuk beristirahat sejenak. Saat ini sudah jam makan siang tapi kau sama sekali tidak memiliki nafsu makan. Kau hanya ingin menutup matamu sejenak dan mengisitirahatkan mata, otak serta tubuhmu yang lelah. Kau pun menyingkirkan beberapa barang yang ada di mejamu hingga cukup untuk kau meletakkan kepalamu di sana. Tak butuh waktu lama, kaupun jatuh tertidur.
Rasanya baru saja kau memasuki dunia mimpi, sebuah suara mengusikmu, suara debaman pelan di sampingmu. Kau membuka matamu dengan perasaan kesal dan menatap jam kecil di depanmu. Baru 30 menit kau tertidur. Kau menghela nafas panjang sebelum menoleh ke arah suara tadi berasal, berniat untuk mencaci maki orang yang mengganggu waktu istirahatmu yang berharga itu, namun kau malah menemukan Jihoon berdiri di sampingmu dengan ekspresi datarnya.
"Apa?" serumu ketus.
"Laporan ini sudah selesai semua, kau bisa mengembalikannya ke divisi sebelah," ujarnya singkat.
Kau menatapnya bingung sebelum berujar, "Aku masih harus memeriksa 2 laporan lagi."
"Sudah ku kerjakan," sahut Jihoon. Kau membuka mulutmu untuk menanyakan apa maksudnya namun ia lebih dahulu berkata, "Bukannya aku mau membantumu tapi pekerjaanku sudah selesai semua sehingga aku menganggur. Aku rasa aku bisa menyibukan diriku sendiri dengan pekerjaan orang di sampingku."
Kau mendengus kesal sebelum membenarkan posisimu menjadi duduk tegak, sesuatu jatuh dari tubuhmu ketika kau bergerak. Kau melirik untuk memeriksa benda apa itu dan mendapati jas milik Jihoon di sana.
"Apa ini?" tanyamu datar seraya mengambil jas tersebut dan mengulurkannya pada Jihoon.
"Aku kepanasan jadi aku taruh saja di sana, kau sepertinya kedinginan?" sahut Jihoon lagi sebelum mengambil jasnya dan pergi keluar begitu saja.
Kau menatap punggungnya sebelum menghela nafas panjang dan melirik ke arah laporan yang tadi dikerjakan oleh Jihoon. Kau tersenyum simpul sebelum merapihkan seluruh laporan tersebut dan membawanya ke divisi sebelah seraya membawa dompetmu.
Ketika jam makan siang berakhir, kau kembali ke ruanganmu dan melihat Jihoon sudah duduk manis di mejanya.
Kau berjalan sebelum meletakkan Ice Americano yang kau beli di cafe sebelah kantor sambil berdeham.
"Apa?" tanyanya seraya melirikmu tanpa menghentikan tangannya yang sedang mengetik.
"Apa kau tidak bisa melihat atau kau bodoh? Itu kan Ice Americano!" jawabmu datar.
"Aku tahu itu nona (Y/n), yang ingin ku tahu adalah apa maksudnya kau memberikan minuman itu padaku," ujar Jihoon seraya bersandar dan menatapmu.
"Aku salah beli dan aku tahu kau suka minuman itu, dari pada aku buang lebih baik kau saja yang minum," jawabmu seraya berdeham pelan dan berjalan ke arah mejamu.
Jihoon menatap minuman yang kau bawa dan tersenyum simpul sebelum berujar, "Terserah apa katamu (Y/n), tapi kau berhutang makan malam padaku."
"Huh?"
"Laporan dan jas," ujar Jihoon seraya meminum minumannya dan tersenyum padamu. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah komputernya tanpa mempedulikan responmu.
"Aku tidak memintamu membantuku!" serumu sebelum ikut menatap layar komputermu untuk menyembunyikan senyummu.
Kau segera searching tempat makan apa yang cocok untuk makan malam kalian hari ini.
♡♡♡♡♡
Doneeee
Semoga suka 😁
Vomment yaaa hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine Season 2 [REQ CLOSED]
FanfictionNext Season from "Seventeen Imagine" For Indonesia Carat Only All the pict I used're not mine! I save it from Seventeen Masternim twitter account. It's their picture not mine, if you want to know who's take that photo just look at the watermark on t...