Requested by Dawaaidilaa
"Hei," sapa seseorang ketika kau baru saja berbaring di sofa yang ada di ruangan kecil yang ada di ruang musik dan juga merupakan tempat penyimpanan alat-alat musik.
Kau membuka matamu dan melirik hanya untuk menemukan seorang pria kecil dengan wajah imut berdiri di sampingmu dengan kedua tangan ia lipat di depan dada.
Kau mengerang sebelum berbalik memunggunginya dan kembali menutup matamu.
"(Y/n)-ssi, ini bukan tempat tidurmu. Sudah berapa kali kuingatkan bahwa siswa selain anggota klub musik dilarang memakai ruang musik tanpa seizin ketua klub musik yang tak lain dan tak bukan adalah aku?"
Kau memutuskan untuk mengabaikannya dan tetap diam tak bergeming.
"(Y/n)-ssi."
Kau tetap diam.
"(Y/n)-ssi, aku tahu kau belum tidur. Lebih baik kau menjawabku atau aku akan memberitahukanmu yang bolos ikut seminar dan melarikan diri kemari."
Kau menarik nafas panjang sebelum menghembuskannya dengan suara keras dan melirik padanya. "Lee Jihoon-ssi, ruangan ini adalah ruang bersama. Semua siswa berhak memakai ruangan ini. Lagipula bukan hanya aku yang membolos bukan? Buktinya kau ada di sini."
"Kau benar, semua orang boleh memakai ruangan ini tapi tidak untuk tidur," jawabnya seraya menarik bahumu sehingga kau berbaring terlentang. "Lagipula aku kemari untuk mengambil barangku yang tertinggal dan kebetulan saja aku melihatmu ada di sini."
Kau menutup matamu sebelum menatapnya tajam. "Dengarkan aku pendek, jangan ganggu aku," ujarmu dengan suara rendah sebelum menepis tangannya dan kembali berbalik untuk memunggunginya.
Jihoon nampaknya kesal karena kau membawa tinggi badannya yang bisa dibilang memang pendek jika dibandingkan dengan pria seusianya, tapi ia jelas tidak terima jika tinggi badannya diungkit-ungkit seperti itu terlebih lagi oleh seorang wanita.
Memangnya apa bagusnya punya tinggi badan seperti yang lain? Jihoon mendengus sebelum menarik bahumu kembali dengan kasar. Kau menatapnya tak suka dan ia pun menatapmu dengan tatapan yang sama.
"Apa? Kau tersinggung karena aku mengejek tinggi badanmu?" tanyamu datar.
Jihoon menatapmu tak percaya sebelum berujar, "Kalau iya? Apa menurutmu hal itu pantas kau katakan hm?"
"Kenapa tidak?"
"Apa urusanmu jika aku pendek? Aku bangga dengan tinggi badanku, lagipula tinggi badan bukan segalanya. Buktinya aku punya kemampuan yang lebih bagus daripada orang-orang tinggi lainnya seperti kemampuan bermain musik atau membuat lagu atau..."
"Berisik, aku tidak butuh ocehanmu yang panjang itu," potongmu seraya menatapnya datar. "Aku hanya perlu kau pergi dan tinggalkan aku sendiri ok? Kenapa kau selalu menggangguku sih?"
Jihoon terdiam sesaat sebelum menatapmu dengan tatapan serius yang biasanya kau lihat jika ia bermain musik saja.
"Menurutmu?"
Kau mendengus kesal sebelum menepis tangannya dan bangun seraya berujar, "Minggir."
Kau segera berjalan melewatinya, tak lupa kau sengaja menabrak tubuhnya dengan keras hingga ia agak terhuyung ke samping karenanya.
"Mau kemana?"
"Ke tempat lain yang tidak ada orang pendeknya."
Jihoon menghela nafas tak percaya bahwa kau baru saja menyinggung tinggi badannya lagi. Ia kemudian meraih tanganmu dan menahanmu untuk tidak berjalan pergi.
Kau menatap tangannya sebelum menatapnya kesal. "Apa lagi?"
Jihoon menatapmu dalam-dalam sebelum mengalihkan pandangannya seraya berujar, "Aku menyukaimu."
Kau menatapnya tak percaya sekaligus aneh.
Jihoon menarik nafas panjang sebelum menatapmu kembali. "Kau bertanya kenapa aku selalu mengganggumu bukan? Itu karena aku menyukaimu. Bodoh bukan?"
"Kau sudah gila ya?" tanyamu seraya menepis tangannya.
"Walaupun kau selalu bersikap acuh tak acuh, berkata kasar, berperilaku dingin padaku tapi aku menyukaimu. Menurutku sifatmu itu sangat menarik dan tanpa sadar aku selalu mencarimu dan berusaha menarik perhatianmu. Apa kau tidak menyadarinya?" tanya Jihoon seraya menahan tanganmu kembali.
"Aku tidak menyadarinya. Lagipula kau bukan tipeku. Aku paling benci pria pendek sepertimu dan pria yang suka ikut campur urusanku terlebih lagi jika ia suka mengomeliku."
Jihoon tersenyum simpul mendengar ucapanmu, ia kemudian melepaskan genggaman tangannya dari tanganmu dan berkata, "Mungkin saat ini kau belum menyukaiku tapi aku yakin kau akan menyukaiku jika kau mencoba berteman denganku."
"Kau gila ya?"
Jihoon menggelenhkan kepalanua dan berujar, "Apa kau mau mencobanya? Jika kau memang tidak menyukaiku setelah seminggu aku tidak akan mengganggumu lagi. Bagaimana?"
"Omong kosong macam apa ini?"
"Kau tidak akan tahu jika kau tidak mencobanya bukan? Lagipula aku tidak akan mengganggumu dan tidak akan muncul di depanmu lagi jika kau tidak menyukaiku selama seminggu itu."
Kau menghela nafas panjang sebelum berujar, "Jika aku tidak..."
"Mudah saja, aku akan berpacaran denganmu," potong Jihoon.
"Maksudku jika aku tidak mau melakukannya," ujarmu kesal.
"Maka aku akan terus mengganggumu atau mungkin mengikutimu?"
Kau mengerang kesal sebelum menghela nafas panjang dan berujar, "Terserah kau saja."
Jihoon bersorak dalam diam sebelum tersenyum padamu. "Kalau begitu kita bisa mulai besok bukan?"
"Terserah," jawabmu malas sebelum pergi meninggalkannya.
"Aku akan menjemputmu besok pagi di rumahmu (Y/n)! Jangan pergi duluan!" seru Jihoon dan kau hanya bisa pergi secepat mungkin menjauh darinya seraya bergumam, "Dasar gila."
♡♡♡♡♡♡
Doneeeee 😉
Semoga kesan dinginnya dapet yaaaaa
Jangan lupa vomment 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine Season 2 [REQ CLOSED]
FanficNext Season from "Seventeen Imagine" For Indonesia Carat Only All the pict I used're not mine! I save it from Seventeen Masternim twitter account. It's their picture not mine, if you want to know who's take that photo just look at the watermark on t...