"Jihoon-ah." Panggilmu seraya menatap Jihoon yang sedang asik memainkan gitarnya sambil bernyanyi sejak tadi.
"Hm?" Jawabnya tanpa berhenti memainkan gitarnya sebelum lanjut bernyanyi.
"Apa benar kau menyukai seseorang?" Tanyamu seraya mengambil bantal dan memeluknya.
Jihoon segera berhenti bermain gitar dan menoleh padamu dengan tatapan aneh.
"Bukankah kau sudah tahu?" Tanyanya seraya merebut bantal miliknya dari tanganmu dan mengembalikannya ke tempat semula.
"Siapa? Aku? Wanita malang yang mana?" Balasmu seraya turun dari kasurnya dan duduk di sampingnya.
"Apa maksudmu dengan wanita malang?" Balasnya seraya menatapmu.
"Yah... kalau aku yang menjadi teman masa kecilmu saja kesulitan menghadapimu yang cuek seperti ini, apalagi wanita yang akan jadi kekasihmu itu." Jawabmu dengan senyum sepolos mungkin.
Jihoon memutar bola matanya kemudian ia kembali memainkan gitarnya. "Wanita malang tersebut kan kau."
Kau mengerucutkan bibirmu antara kesal dan gemas. Kau dan Jihoon sudah berteman sejak kalian masih kecil, terlebih lagi sekarang Jihoon tinggal di rumahmu bersama dengan keluargamu karena ayah dan ibunya kembali ke Busan sedangkan ia masih harus bersekolah di Seoul.
Seminggu yang lalu ia mengaku bahwa ia menyukaimu dan kau yang memang sudah menyukainya sejak kecil langsung senang dan juga menyatakan perasaanmu padanya. Itupun karena ia tanpa sengaja mengatakannya saat ia marah-marah karena kau pergi berdua dengan Wonwoo.
Setelah itu? Tidak ada perubahan, kalian tetap bersikap seperti biasa. Padahal kau kira status kalian berubah, nyatanya? Ia masih memperlakukanmu selayaknya memperlakukan seorang teman.
"Memangnya siapa yang menjadi kekasihmu? Aku kan temanmu?" Jawabmu agak ketus.
"Kau?"
"Sejak kapan?"
"Sejak minggu lalu?" Ujar Jihoon seraya menatapmu bingung.
Kau balas menatapnya. "Kau tidak pernah mengajakku pacaran."
Jihoon mengerjapkan matanya berulang kali kemudian menyingkirkan gitarnya dan membenarkan posisi duduknya sehingga saat ini ia duduk menghadap padamu.
"Minggu lalu kan aku sudah bilang kalau aku um..." Kau melihat wajahnya sedikit memerah. "Um... kau tahu... aku ada rasa padamu?"
"Kapan? Ah... waktu kau marah-marah itu?" Balasmu pura-pura lupa.
"Aku serius (Y/n)-ya..."
"Aku juga serius tuan Lee Jihoon." Ujarmu seraya menatapnya serius. "Pernyataan cinta yang tidak romantis seperti itu ditambah perlakuanmu padaku yang masih sama tidak menunjukkan bahwa kita berpacaran."
"Memangnya orang pacaran itu harus memperlakukan satu sama lain dengan berbeda?" Tanyanya seraya menatapmu.
"Tentu saja, orang berpacaran itu biasanya pulang bersama, bergandengan tangan, berpelukan, sampai berciuman. Kau dan aku? Pulang atau pergi bersamapun jarang padahal kita satu kampus!"
Wajah Jihoon semakin merah ketika aku mengatakan hal tersebut. Ia kemudian berdeham seraya memalingkan wajahnya.
"Jam kuliah kita berbeda. Selain itu aku bukan orang lain yang biasa melakukan hal-hal seperti itu. Aku punya caraku sendiri."
"Oh ya? Seperti pengakuan cinta yang dipenuhi amarah itu?" Balasmu seraya berdiri dan duduk di kasurnya kembali. Kau tahu seharusnya kau tidak mengatakan hal-hal tersebut tapi kau sudah terlalu gemas dan kesal pada Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine Season 2 [REQ CLOSED]
Fiksi PenggemarNext Season from "Seventeen Imagine" For Indonesia Carat Only All the pict I used're not mine! I save it from Seventeen Masternim twitter account. It's their picture not mine, if you want to know who's take that photo just look at the watermark on t...