68. Jeonghan

8.7K 905 14
                                    

Requested by KurnMent

Kau berjalan menyusuri hutan yang sudah ratusan kali kau masuki. Tempat tujuanmu hanya satu yaitu gua yang berada di balik air terjun.

Ketika kau melihat sebuah sungai kau tersenyum lebar, itu artinya kau sudah dekat dengan air terjun yang menjadi tujuanmu itu.

Saat kau sedang berjalan menyusuri sungai bunga-bunga bermekaran di sampingmu, seperti memandumu menuju air terjun.

Kau tersenyum semakin lebar lalu berlari menuju tempat yang kau tuju. Dari jauh kau sudah melihatnya, pria yang kau cintai berdiri menghadapmu dengan senyuman mengembang di wajahnya.

Kau segera berlari ke arahnya dan memeluknya erat.

"Wooa..." Serunya tertahan ketika kau langsung menabraknya begitu saja.

"Apa yang kau lakukan diluar sini?" Tanyamu seraya mendongak untuk menatapnya.

"Menunggumu tentu saja." Ujarnya seraya memberikan seikat bunga padamu dengan ekornya.

Jeonghan, orang yang kau cintai itu merupakan gumiho yang tinggal di hutan jauh dari perkotaan. Kau mengenalnya ketika tanpa sengaja tersesat di hutan saat camping dengan teman-temanmu. Ia menolongmu kembali pada teman-temanmu setelah ia melihatmu menolong seekor rusa yang hampir saja jatuh ke jurang.

Setelah kejadian itu kau berkunjung ke hutan setiap akhir pekan untuk bertemu dengan Jeonghan.

"Kau sengaja menumbuhkan bunga-bunga sepanjang jalan menuju kemari bukan?"

"Aku tidak tahu apa yang kau katakan." Ujarnya seraya melepaskan diri darimu dan berjalan menuju air terjun.

"Terima kasih."

Jeonghan menoleh sedikit dan tersenyum singkat padamu sebelum lanjut berjalan ke arah air terjun. "Apa kau ikut atau..."

Kau segera berlari dan meraih lengannya lalu memeluknya. "Ikut."

Jeonghan menatapmu sekilas sebelum mengarahkan tangannya di depan air terjun dan seketika itu juga air terjun tersebut membukakan jalan masuk ke dalam gua.

Kau dan Jeonghan segera masuk ke dalam gua yang memantulkan cahaya ungu dari bebatuan di sekitarnya.

Kau segera melepaskan tangan Jeonghan dan berlari ke arah kursi yang terbuat dari batang pohon yang besar dan ditumbuhi oleh rumput yang lembut lalu duduk di sana.

Jeonghan kemudian meyusulmu dan duduk di sampingmu.

Kau segera menyandarkan kepalamu di bahunya. "Hm... aku merindukanmu."

Jeonghan meraih tanganmu lalu menautkan jari-jari tangan kalian. "Aku juga merindukanmu."

"Apa kau kesepian selama aku tidak kemari?" Tanyamu seraya menutup matamu.

"Aku sudah terbiasa sendirian selama beribu-ribu tahun lamanya."

Kau mengngkat kepalamu lalu menatapnya. "Tapi itu sebelum kau mengenalku."

Jeonghan tersenyum simpul lalu menyentil dahimu pelan. "Aku selalu mengawasimu jadi aku tidak pernah kesepian."

Kau meraih kalung pemberiannya dari dalam sakumu dan menatap Jeonghan.

"Karena ini?"

Jeonghan mengangguk kecil.

"Apa kau tidak mau pergi bersamaku ke kota?" Tanyamu tanpa menatapnya.

"Aku tidak bisa pergi karena aku penjaga hutan ini. Maafkan aku." Ujarnya seraya mengusap puncak kepalamu.

"Hum... lalu jika kita menikah aku harus tinggal disini?" Tanyamu murung.

"Menikah?"

Kau mengerjapkan matamu kaget dengan apa yang kau katakan.

"Eh um... lupakan saja perkataanku barusan." Ujarmu cepat seraya tersenyum kaku padanya sebelum membalikkan tubuhmu seraya memukul bibirmu pelan.

Kau membelalakan matamu ketika merasakan tangan Jeonghan memelukmu dari belakang dan menarikmu mendekat padanya hingga punggungmu bersandar pada dadanya.

"Tentu saja aku mau menikah denganmu." Ujarnya tepat di telingamu. "Tapi aku ingin kita tinggal minimal di pondok dekat hutan ini. Kau tahu? Apa kata orang-orang jika melihat ekorku dan penampilanku yang selalu sama walaupun kau menua?"

Kau mendongak untuk menatapnya sebelum memikirkan perkataannya seraya menatap ke arah air terjun di hadapanmu.

"Benar juga, kita tidak bisa menipu orang-orang tersebut."

Jeonghan mendapati nada sedih dari perkataanmu.

"Kita bisa mendirikan pondok dan pergi ke kota sesekali, bagaimana?"

Kau menggelengkan kepalamu. "Tidak perlu, jika kita menikah kita bisa tinggal di sini. Aku suka tempat ini walaupun mungkin orangtuaku dan teman-temanku tidak bisa mengunjungiku, asalkan aku bersamamu aku sudah senang."

Jeonghan tersenyum sebelum mencium belakang kepalamu. "Kau memang terlalu baik. Satu-satunya manusia yang menarik perhatianku dan membuatku yang hidup sendiri selama beribu-ribu tahun jatuh cinta padamu."

"Ini hanya kebetulan." Ujarmu seraya menutup wajahmu yang merah karena tersipu malu.

Jeonghan tertawa melihat tingkahmu, ia lalu mengeratkan pelukannya dan mengistirahatkan kepalanya di pundakmu.

"Terima kasih karena telah hadir dalam hidupku."

Kau tidak menjawab melainkan menggenggam tangannya yang melingkar di perutmu dan menutup matamu.

Kau membiarkan tubuhmu relaks karena suara air terjun dan kehangatan tubuh Jeonghan.

♡♡♡♡♡

Done... maafin klo kurang baper
Bingung bikin cerita ttg gumiho 😅

 maafin klo kurang baperBingung bikin cerita ttg gumiho 😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seventeen Imagine Season 2 [REQ CLOSED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang