Requested by AegiPark
Kau menatap sendu ke arah laut yang tampak tak memiliki ujung. Matahari sudah lama tenggelam namun kau tak berniat untuk pergi dari tempat dimana kau duduk di tepi pantai.
Kau memeluk lututmu dan membiarkan kepalamu bertumpu di atasnya.
"(Y/n)."
Kau melirik sekilas ke arah datangnya suara yang kau ketahui milik Myungho.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya seraya duduk di sampingmu.
Kau tidak menjawab melainkan tetap menatap ke arah laut yang gelap.
"Kau harus banyak istirahat." Ujar Myungho lagi seraya menyampirkan sesuatu di pundakmu.
"Kenapa kau kemari?" Tanyamu ketus.
"Karena aku mengkhawatirkanmu." Jawabnya.
"Kenapa? Karena kau merasa bersalah?" Tanyamu seraya meliriknya tajam.
"(Y/n), kau tahu aku memang bersalah telah membuatmu menunggu begitu lama, tapi tak bisakah kau memaafkanku?"
Kau mendengus kasar dan memilih untuk mengabaikannya.
Kalian memang bertengkar karena ia tidak menepati janjinya. Ia membuatmu menunggunya di taman selama 6 jam dan ditengah-tengah menunggu hujan turun dengan derasnya. Kau menyesali keputusanmu 3 hari yang lalu untuk tetap menunggunya hingga kau jatuh pingsan dan harus dirawat di runah sakit karena demam tinggi.
Alasan yang diberikan Myungho hari itu adalah karena ia lupa akan janjinya dan terlalu terlarut pada pekerjaannya. Ia bahkan tidak ingat bahwa kau rela datang ke Sokcho hanya untuk menemuinya. Bahkan ia tak tahu bahwa kau memergokinya sedang membicarakanmu dengan teman-temannya tadi sore.
"(Y/n), aku hanya ingin kau menumpahkan seluruh perasaanmu padaku. Kau berhak marah padaku. Kau boleh membentakku bahkan memukulku jika kau mau."
Mendengar perkataannya yang seakan-akan tak mengetahui perasaanmu, kau menatapnya tajam namun kau tidak membalasnya.
'Aku bosan, ia tak pernah mengatakan apa yang ada dipikirannya lagipula aku merasa ia tidak mencintaiku. Wanita lain akan mengomel atau marah-marah jika aku melakukan kesalahan tapi ia tidak. Ia tidak pernah mengomeliku dan hanya tersenyum seraya mengatakan tak apa.'
Kau mengingat perkataan Myungho tadi sore. Kau ingin sekali melakukannya, memarahinya dan membentaknya, meluapkan isi hatimu namun kau tak bisa. Kau takut kehilangan dirinya. Dulu kau sempat mengekang mantan kekasihmu hingga ia muak dan memutuskanmu karena kau terlalu posesif padanya. Ku hanya tak ingin semua itu terulang sehingga kali ini kau membiarkan Myungho memutuskan semuanya sendiri.
"Kau..." Kau melihat Myungho menatapmu dengan ekspresi terluka. "Apa benar kau mencintaiku?"
Cukup sudah. Ia meragukan perasaanmu padanya.
"Menurutmu? Apa yang harus kulakukan agar kau mempercayai cintaku padamu?" Serumu agak keras padanya.
Myungho terlihat kaget ketika kau berkata seperti itu padanya.
"(Y/n)?"
"Kau ingin aku memarahimu? Aku bisa saja melakukannya tapi memilih tidak! Kau tahu kenapa? Karena aku tidak mau kau muak padaku tapi nyatanya?" Serumu seraya mendengus. "Kau tetap muak padaku ketika aku tidak memarahimu? Apa sih maunya kaum pria? Aku marah salah, tak marahpun salah!"
Myungho menatapmu lekat-lekat.
"Sudahlah, aku lelah berusaha menjadi wanita yang diinginkan pria. Jika kau memang tak percaya padaku kau bisa memutuskanku." Ujarmu lagi seraya berdiri. "Terima kasih atas waktumu Myungho-ssi."
Saat kau melepaskan kemejanya yang sempat tersampir di pundakmu namun Myungho dengan cepat bangkit dan menahan tanganmu.
"Pria mana yang kau bandingkan denganku?" Tanyanya seraya menatapmu.
"Kau tak perlu tahu."
"(Y/n), aku bukan pria itu! Kenapa kau membandingkanku dengan pria yang pernah menyakitimu?"
Kau menepis tangannya dengan kasar. "Jangan kira aku tak tahu kau juga membandingkanku dengan wanita lain."
"Hah?"
"Aku mendengar perkataanmu tadi sore dengan teman-temanmu."
"Kau... tidak tidur?"
"Jangan mengalihkan pembicaraan." Serumu, tanpa sadar air matamu mulai mengalir.
Myungho langsung menarikmu dalam pelukannya. "Bukan begitu. Aku hanya.. kau berbeda. Aku merasa kau tidak mencintaiku karena kau terlalu baik untukku. Kau terlalu sabar. Kau tahu? Aku senang jika kau mengatakan perasaanmu padaku. Aku senang jika kau mengekangku karena aku milikmu."
"Lalu? Membiarkanmu pada akhirnya muak padaku?" Isakmu.
"Aku tidak akan muak denganmu. Aku bukan pria itu! Aku suka jika kau menjadi dirimu apa adanya. Aku tidak ingin kau memaksakan dirimu menjadi seseorang yang bukan dirimu hanya untuk memenuhi ekspetasi dari lingkunganmu." Ujar Myungho seraya memegangi kedua pipimu.
Ia lalu tersenyum padamu. "Dengar, aku benar-benar bersyukur karena hari ini kau meluapkan emosimu padaku. Aku harap kau selalu melakukannya."
"Tapi.. tapi..."
"Apa kau tidak percaya padaku?"
Kau menatapnya yang juga menatapmu dengan lembut. "Aku percaya."
Myungho kembali memelukmu. "Apa kau tetap ingin putus denganku?"
"Bagaimana denganmu?"
"Hm.. asalkan kau berjanji untuk selalu menjadi dirimu sendiri aku tidak akan memutuskanmu." Ujarnya seraya mengecup keningmu.
"Kau yakin?"
Myungho mengangguk. "Aku juga mungkin tidak sempurna dan dengan sengaja membuat kesalahan agar kau marah tapi.. percayalah aku mencintaimu apa adanya dan aku ingin kau memonopoliku."
"Aku tidak suka kalau kau sengaja melakukan kesalahan karena tanpa kau melakukan kesalahan aku bisa saja memonopolimu." Jawabmu dengan senyuman.
"Hm.. aku rindu senyuman tulusmu." Ujarnya seraya mengecup singkat bibirmu.
Kau langsung menyembunyikan wajahmu di dadanya.
"Aku mencintaimu. Terima kasih telah melakukan yang terbaik untukku." Ujarnya seraya mengeratkan pelukannya padamu.
♡♡♡♡♡
Done!
Vomment ya YeonersSelamat hari raya idul fitri
Mohon maaf lahir dan batin bagi yg merayakan 😙
Maafin Yeon yg hobi bikin Yeoners baper
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine Season 2 [REQ CLOSED]
FanficNext Season from "Seventeen Imagine" For Indonesia Carat Only All the pict I used're not mine! I save it from Seventeen Masternim twitter account. It's their picture not mine, if you want to know who's take that photo just look at the watermark on t...