130. Woozi

6.3K 593 5
                                    

Requested by AraaHwan96

Nb: akan banyak flashback di part ini, perhatikan keterangan waktunya

Kau berhenti tepat di depan studio kecil suamimu yang ada di rumah saat mendengar suara tertawa putri kecilmu yang baru berusia 1.5 tahun. Kau membuka sedikit pintu studionya dan mengintip sedikit ke dalam. Kau mendapati Jihoon sedang sibuk dengan keyboardnya dengan putri kalian yang duduk di pangkuannya. Saat Jihoon menyentuh tuts keyboardnya, muncul suara yang menurutmu aneh tapi putrimu tertawa senang seraya ikut menekan tuts keyboardnya berulang kali.

Mau tak mau kau ikut tersenyum melihatnya. Kau masih tidak percaya bahwa kau dan Jihoon saat ini sudah menikah dan memiliki seorang putri kecil bernama Lee Haeji.

Saat SMA

"(Y/n), aku tahu kalau kita sebenarnya tidak dekat bahkan jarang bicara, tapi aku selalu memperhatikanmu  sejak kamu ikut serta dalam festival sekolah," ujar Jihoon yang tiba-tiba menghampirimu saat kau sedang menyanyi di ruang musik. "Aku menyukaimu."

Kau menatapnya bingung sebelum berdeham dan mengalihkan wajahmu yang terasa panas. "Um..."

"Maaf jika aku tiba-tiba bicara begini, aku hanya ingin mengatakannya padamu. Kalau begitu sampai jumpa lagi nanti," kata Jihoon dengan wajah merah merona sebelum berbalik dan berjalan pergi. Kau sendiri hanya bisa diam mematung di tempat.

Sejak hari itu mau tak mau pandangan matamu selalu tertuju pada Jihoon yang walaupun berbeda kelas denganmu, tapi kau selalu bisa menemukannya saat ia berkumpul dengan teman-temannya atau saat ia sedang makan, atau saat ia sedang bermain musik di ruang musik, maupun saat ia sedang bermain baseball dengan teman-temannya.

Tak butuh waktu lama, kau pun mulai penasaran dengannya dan akhirnya kau pun memberanikan diri untuk menyapanya. Awalnya Jihoon hanya bisa membalas sapaanmu dengan malu-malu namun lama kelamaan ia pun memberanikan diri untuk mengajakmu berbicara bahkan berkencan.

"Apa kau mau, kau tahu... Pergi denganku?" tanya Jihoon saat kau sedang membaca buku di perpustakaan sekolah sedangkan dia sedang mengerjakan tugasnya.

"Pergi? Kemana? Dengan siapa saja?" tanyamu tanpa mengalihkan pandanganmu dari buku novel yang sedang kau baca.

"Entahlah, bagaimana denganmu? Apa ada tempat yang ingin kau datangi?" tanya Jihoon lagi sambil berusaha untuk menyembunyikan wajahnya yang merona.

"Hm... Aku ingin pergi ke dog cafe yang baru buka. Tapi aku tidak punya teman untuk pergi bersama," jawabmu tanpa ada maksud apa-apa.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita pergi ke sana sabtu besok? Berdua saja," kata Jihoon dengan suara yang semakin lama semakin mengecil.

Kau membelalakkan matamu sebelum menatap Jihoon yang sedang mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Jihoon, apa kau... mengajakku pergi berkencan?" tanyamu hati-hati.

"Kalau kau tidak mau, lupakan saja apa yang kukatakan barusan."

"Tunggu, aku mau. Maksudku, aku... Kalau kau tidak keberatan pergi denganku..."

"Kalau aku keberatan mana mungkin aku mengajakmu," ujar Jihoon lagi.

Itu pertama kalinya ia mengajakmu berkencan dan tanpa kau sangka kau melihat banyak sisi lain dari Jihoon di sekolah.

"Apa kau banyak makan? Aku juga banyak makan," ujar Jihoon pada salah satu anjing putih di cafe.

Kau tersenyum geli melihatnya. Bahkan saat Jihoon memberikan makanan pada beberapa anjing, ia selalu mengajak mereka bicara dengan senyuman mengembang di wajahnya.

Seventeen Imagine Season 2 [REQ CLOSED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang